KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 4,84% ke level 6.591,35 sepanjang Oktober 2021. Kenaikan ini didorong kembali oleh saham-saham bluechip dengan bobot besar.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham teratas yang menjadi penggerak atau mover IHSG Oktober 2021 antara lain bank-bank besar. Saham bluechip lainnya seperti PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Astra International Tbk (ASII), PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), dan juga PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).
Kepala Riset FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi Wibowo mengatakan, kenaikan saham-saham ini didorong oleh tren penurunan kasus harian Covid-19 di Indonesia. Sejak puncak gelombang kedua pada pertengahan Juli 2021 yang mencapai 51.000 kasus, jumlah kasus baru harian terus menurun hingga kurang dari 2.000 kasus mulai akhir September 2021.
Saat kasus baru Covid-19 turun, terutama di bawah 2.000 per hari, investor asing terus melakukan pembelian pada saham-saham tersebut secara masif. "Saat investor asing masuk, mereka memang biasanya pilih saham bluechip. Harga saham-saham tersebut juga sudah terkoreksi cukup dalam sehingga asing melihat itu murah," tutur Wisnu, Senin (1/11).
Penurunan kasus baru Covid-19 berpeluang memperlonggar aktivitas ekonomi yang pada akhirnya akan mendorong perbaikan ekonomi. Di saat yang sama, masuknya investor asing ke pasar saham Indonesia membuat investor domestik juga mempunyai ekspektasi yang lebih positif
Wisnu menambahkan, pendorong kenaikan lainnya adalah adanya korporasi yang dilakukan dua bank besar, yakni rights issue PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan stock split saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Selain itu, secara historis, terutama sepuluh tahun terakhir, IHSG memang biasanya dominan bergerak di zona hijau pada bulan Oktober. Hingga akhir tahun 2021, Wisnu melihat sepuluh saham ini masih berpotensi untuk rally dan kembali menjadi leader IHSG. Pasalnya, sebagian emiten yang sudah merilis laporan keuangan kuartal III-2021 memperlihatkan pemulihan kinerja.
Di samping itu, saham-saham ini juga akan mendapat katalis positif dari aksi window dressing yang kemungkinan akan terjadi mulai akhir November 2021 hingga akhir tahun. Akan tetapi, pada bulan November, IHSG biasanya terkoreksi terlebih dahulu.
Waspada koreksi
Waspada koreksi
Secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana juga menilai, saham-saham yang menjadi leader IHSG tersebut sedang berada pada fase uptrend jangka menengah. Koreksi harga yang terjadi pada pertengahan tahun 2021 juga membuat harga sahamnya relatif murah.
"Dari sisi teknikal, beberapa emiten yang disebutkan berpeluang untuk melanjutkan penguatannya. Meskipun dalam jangka pendek, kami perkirakan akan terkoreksi terlebih dahulu," ucap Herditya. Dia merekomendasikan buy on weakness BBRI, UNVR, ASII, EMTK, dan PGAS.
Saham Leader Oktober | |||
Saham | Kenaikan saham (%) | Bobot (poin) | Kapitalisasi Pasar (Rp) |
BBRI | 10,40% | 49,1 | 638 T |
BBCA | 6,80% | 47,4 | 912 T |
BMRI | 16,70% | 44,4 | 331 T |
UNVR | 11,90% | 30,4 | 169 T |
BBNI | 30,20% | 25,2 | 129 T |
BBHI | 60% | 21,1 | 69 T |
MDKA | 25,40% | 12,5 | 72 T |
ASII | 9,50% | 8,8 | 244 T |
EMTK | 10,60% | 8,1 | 118 T |
PGAS | 26,90% | 7,5 | 37 T |
Sumber: BEI
Target harga jangka menengah BBRI berada di level Rp 4.540-Rp 4.500 per saham, UNVR Rp 5.500, ASII Rp 6.600-Rp 7.000, EMTK Rp 2.200-Rp 2.400, dan PGAS Rp 1.700-Rp 1.900 per saham.
Sementara itu, Wisnu menilai, sepuluh saham yang menjadi leader IHSG Oktober 2021 menarik semua. Meskipun begitu, ia menjagokan tiga saham, yaitu BBCA, BBRI, dan EMTK.
Wisnu memprediksi, BBCA memiliki potensi kenaikan harga hingga sekitar Rp 8.200 per saham, BBRI Rp 4.500, dan EMTK Rp 2.450 hingga Rp 2.700 per saham.
Pada penutupan perdagangan Senin (1/11) kemarin, harga saham BBCA berakhir di level Rp 7.400 per saham, BBRI Rp 4.230, EMTK Rp 1.855, UNVR Rp 4.420, dan ASII Rp 6.025. Sedangkan harga saham PGAS kemarin ditutup di level Rp 1.480.
Saham kecil jadi top gainer
Saham kecil jadi top gainer
Di tengah kenaikan IHSG Oktober lalu, sejumlah saham ikut menikmati kenaikan tinggi sepanjang bulan Oktober lalu.
Saham | Kenaikan saham (%) |
PANI | 408% |
IBFN | 132,14% |
FITT | 121,92% |
PNSE | 119,10% |
PANR | 102,21% |
POLU | 78,57% |
DSSA | 77,14% |
MPRO | 71,43% |
MCOL | 67,66% |
DGIK | 66,23% |
Sumber: Bloomberg
Kenaikan tertinggi dicatatkan oleh PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk (PANI). Harga saham emiten produsen kaleng kemas ini menduduki puncak top gainer dengan kenaikan 408% sepanjang Oktober 2021.
Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menuturkan bahwa kenaikan PANI didorong dari pengambilalihan saham perusahaan ini oleh Agung Sedayu Group. Sejak awal tahun, harga saham PANI juga terus tumbuh 1.240,52%.
Sementara itu, mayoritas saham-saham sektor properti dan pariwisata menjadi top gainer selama Oktober. Misalnya PT Hotel Fitra International Tbk (FITT), PT Pudjiadi & Sons Tbk (PNSE), dan PT Panorama Sentrawisata Tbk (PANR) yang naik ratusan persen (lihat tabel).
Untuk properti, Wawan melihat sektor ini didukung program insentif pemerintah. Pasar berekspektasi, penjualan properti tahun depan bisa lebih bagus lagi setelah ekonomi pulih.
Sementara sektor pariwisata didukung katalis moda transportasi mulai dibuka kembali. "Berkaca pada negara lain yang mengalami pelonggaran aktivitas, masyarakat umumnya akan berbondong-bondong berwisata," sebut Wawan, Senin (1/11).
Kepala Riset Praus Capital, Marolop Alfred Nainggolan menambahkan faktor pendorong dari sektor properti dan pariwisata adalah market yang sedang bullish. "Apalagi kedua sektor ini menjadi sektor yang terbelakang dalam hal kinerja indeksnya karena kedua sektor ini yang paling terdampak terhadap kondisi pandemi Covid-19 selama ini," tuturnya.
Tapi, Alfred mengingatkan, likuiditas harian saham-saham ini masih sangat rendah. "Jadi, tidak rekomendasi untuk saham-saham tersebut karena pertimbangan likuiditas," sebutnya.
Sementara, Wawan bilang untuk investor saham, dirinya tetap menyarankan memiliki horizon investasi jangka panjang dan memahami fundamental dan prospek bisnis saham yang dibeli.
Menunggangi sentimen windows dressing pada Desember, Wawan lebih menyarankan investor memegang sektor berbasis keuangan, consumer goods dan telekomunikasi.