Saham Japfa (JPFA) Masuk Indeks LQ45, Ini Rekomendasi Analis

Rabu, 31 Juli 2019 | 05:53 WIB
Saham Japfa (JPFA) Masuk Indeks LQ45, Ini Rekomendasi Analis
[]
Reporter: Dimas Andi | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dipercaya dapat kembali pulih memasuki paruh kedua tahun ini.

Japfa cukup terbantu program culling atau pemusnahan ayam yang dilakukan pemerintah.

Sebelumnya, Analis RHB Sekuritas Michael Wilson Setjoadi bilang, ada kemungkinan hasil laporan keuangan Japfa untuk semester I-2019 kurang mengesankan.

Hal ini akibat kelebihan pasokan di Mei-Juni 2019, sehingga harga ayam, baik day old chicken (DOC) maupun broiler, anjlok signifikan.

Sentimen ini berdampak negatif bagi Japfa. Apalagi, di periode tersebut permintaan ayam sebenarnya tengah meningkat, seiring keberadaan libur lebaran.

Namun, suplai ayam di semester dua dinilai akan lebih stabil seiring program culling dari pemerintah.

Kementerian Pertanian bahkan telah memberi mandat kepada 48 produsen unggas Indonesia untuk memusnahkan ayam broiler berusia di atas 68 minggu dalam kurun waktu 26 Juni sampai 9 Juli 2019.

"Program ini diharapkan bisa membuat harga ayam tidak lagi anjlok seperti beberapa waktu lalu," tambah Michael, Selasa (30/7).

Analis Danareksa Sekuritas Victor Stefano menyebut, program pemusnahan ayam efektif menekan risiko kelebihan pasokan di semester dua.

Tak hanya Japfa, menurut dia, emiten poultry yang lain juga ikut ketiban untung.

"Sekitar satu bulan sejak culling dilakukan, suplai ayam seharusnya sudah kembali stabil," kata dia.

Apalagi, permintaan daging ayam di kuartal III kemungkinan akan melambat, terutama ketika masuk September.

Sebab pada bulan tersebut, tidak ada momen musiman yang mendorong peningkatan konsumsi daging ayam.

Biasanya, di masa-masa tersebut, Michael mengatakan, Japfa akan mengontrol produksi pakan ternak maupun ayam.

Tapi menurut dia, perusahaan ini tidak bisa mengurangi produksi secara ekstrem mengingat bisnis mereka berkaitan dengan pengelolaan makhluk hidup.

Meski begitu, para analis percaya, kinerja JPFA akan tumbuh lebih optimal jelang akhir tahun. Ini sejalan dengan peningkatan permintaan ayam di libur akhir tahun.

Pabrik baru

Tak hanya itu, Japfa juga mendapat stimulus berkat kehadiran pabrik baru.

Ini membuat kapasitas produksi perusahaan ini meningkat dari 20.000 ton per bulan menjadi 40.000 per bulan.

Pabrik ini baru diresmikan pada awal Juli ini. Sedangkan pengelolaan dilakukan oleh anak usaha Japfa Comfeed, yakni PT Indojaya Agrinusa.

Japfa hanya menggelontorkan modal untuk pembangunan pabrik yang berlokasi di Deli Serdang, Sumatra Utara, tersebut.

Nilai investasi untuk pabrik ini sekitar Rp 600 miliar. Menurut Michael, keberadaan pabrik baru ini dapat membantu Japfa dalam meningkatkan volume penjualan ayam.

Victor menambahkan, daya tarik Japfa di semester II-2019 bukan hanya dari sisi bisnis.

Emiten ini juga memiliki nilai tambah bagi para investor karena menjadi penghuni LQ45 di periode Agustus 2019 sampai Januari 2020.

Victor berpendapat, masuknya Japfa ke dalam indeks LQ45 menandakan emiten ini memiliki likuiditas yang mumpuni di pasar saham.

Ditambah lagi, porsi free float JPFA saat ini mencapai 47,57%. "Sehingga JPFA cukup diuntungkan oleh penerapan bobot free float baru indeks LQ45," kata dia.

Karena itu, Michael merekomendasikan beli saham JPFA dengan target Rp 2.600 per saham.

Analis Panin Sekuritas Rendy Wijaya juga menyarankan beli dengan target harga Rp 1.800 per saham.

Rendy memperkirakan, pendapatan JPFA akan mencapai Rp 37,77 triliun pada akhir tahun nanti. Adapun laba bersih perusahaan ini diprediksi Rp 1,52 triliun.

Tapi Victor merekomendasikan hold dengan target Rp 1.650. Kemarin saham JPFA naik 0,6% di Rp 1.600.

Bagikan

Berita Terbaru

Adu Kuat Pasar dan Pemerintah di Pasar Surat Utang SBN
| Jumat, 18 April 2025 | 17:37 WIB

Adu Kuat Pasar dan Pemerintah di Pasar Surat Utang SBN

Investor minta yield tinggi, pemerintah tak mau menyerap banyak pada lelang sukuk negara di awal kuartal kedua.

Penjualan Ritel Masih Tumbuh tapi Melambat, Sinyal Ada Masalah di Ekonomi RI
| Jumat, 18 April 2025 | 13:00 WIB

Penjualan Ritel Masih Tumbuh tapi Melambat, Sinyal Ada Masalah di Ekonomi RI

Meski tak sebagus tahun lalu, emiten peritel diprediksi masih bisa menuai berkah dari momen Ramadan dan Idulfitri 2025.

Dimotori BYD dan Wuling, Pabrikan China Kian Unjuk Gigi di Pasar Mobil Indonesia
| Jumat, 18 April 2025 | 10:00 WIB

Dimotori BYD dan Wuling, Pabrikan China Kian Unjuk Gigi di Pasar Mobil Indonesia

Pabrikan China berhasil mendongkak penjualan di tengah menurunnya penjualan mobil di Indonesia pada kuartal I 2025.

Profit 35,88% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Melemah (18 April 2025)
| Jumat, 18 April 2025 | 09:32 WIB

Profit 35,88% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Melemah (18 April 2025)

Harga emas Antam hari ini (18 April 2025) 1 gram Rp 1.965.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 35,88% jika menjual hari ini.

Erajaya (ERAA) Tengah Mempersiapkan Jalan Masuk Bagi Investor Baru di Erafone
| Jumat, 18 April 2025 | 09:00 WIB

Erajaya (ERAA) Tengah Mempersiapkan Jalan Masuk Bagi Investor Baru di Erafone

PT Erafone Artha Retailindo dan PT Teletama Artha Mandiri akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 29 April 2025.

Prospek Kinerja Masih Terjaga, MDKA Akan Perpanjang Umur Tambang Emas Tujuh Bukit
| Jumat, 18 April 2025 | 08:00 WIB

Prospek Kinerja Masih Terjaga, MDKA Akan Perpanjang Umur Tambang Emas Tujuh Bukit

Tahun ini PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) membidik target produksi emas sebanyak 100.000 ons hingga 110.000 ons.

Sariguna Primartirta (CLEO) Akan Membagikan Saham Bonus
| Jumat, 18 April 2025 | 07:38 WIB

Sariguna Primartirta (CLEO) Akan Membagikan Saham Bonus

Pembagian saham bonus baru kepada para pemegang saham perusahaan yang berasal dari tambahan modal disetor atau agio saham diusulkan Rp 240 miliar.

Telkom (TLKM) Buyback Saham Senilai Rp 3 Triliun
| Jumat, 18 April 2025 | 07:26 WIB

Telkom (TLKM) Buyback Saham Senilai Rp 3 Triliun

PT  Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) akan melakukan buyback saham maksimal 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh sesuai ketentuan.

Meski Pasar Saham Masih Lesu, Emiten Investasi Siap Menggenjot Portofolio
| Jumat, 18 April 2025 | 07:17 WIB

Meski Pasar Saham Masih Lesu, Emiten Investasi Siap Menggenjot Portofolio

Sejumlah emiten investasi berencana menggenjot portofolio mereka pada 2025. Alokasi belanja modal (capex) jumbo telah disiapkan emiten.

Mengusung Nama Baru, EXCL dan Smartfren Resmi Merger
| Jumat, 18 April 2025 | 07:11 WIB

Mengusung Nama Baru, EXCL dan Smartfren Resmi Merger

Status Smartfren Telecom dan Smart Telecom berakhir. EXCL jadi entitas bertahan dengan nama PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk. ​

INDEKS BERITA

Terpopuler