KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dipercaya dapat kembali pulih memasuki paruh kedua tahun ini.
Japfa cukup terbantu program culling atau pemusnahan ayam yang dilakukan pemerintah.
Sebelumnya, Analis RHB Sekuritas Michael Wilson Setjoadi bilang, ada kemungkinan hasil laporan keuangan Japfa untuk semester I-2019 kurang mengesankan.
Hal ini akibat kelebihan pasokan di Mei-Juni 2019, sehingga harga ayam, baik day old chicken (DOC) maupun broiler, anjlok signifikan.
Sentimen ini berdampak negatif bagi Japfa. Apalagi, di periode tersebut permintaan ayam sebenarnya tengah meningkat, seiring keberadaan libur lebaran.
Namun, suplai ayam di semester dua dinilai akan lebih stabil seiring program culling dari pemerintah.
Kementerian Pertanian bahkan telah memberi mandat kepada 48 produsen unggas Indonesia untuk memusnahkan ayam broiler berusia di atas 68 minggu dalam kurun waktu 26 Juni sampai 9 Juli 2019.
"Program ini diharapkan bisa membuat harga ayam tidak lagi anjlok seperti beberapa waktu lalu," tambah Michael, Selasa (30/7).
Analis Danareksa Sekuritas Victor Stefano menyebut, program pemusnahan ayam efektif menekan risiko kelebihan pasokan di semester dua.
Tak hanya Japfa, menurut dia, emiten poultry yang lain juga ikut ketiban untung.
"Sekitar satu bulan sejak culling dilakukan, suplai ayam seharusnya sudah kembali stabil," kata dia.
Apalagi, permintaan daging ayam di kuartal III kemungkinan akan melambat, terutama ketika masuk September.
Sebab pada bulan tersebut, tidak ada momen musiman yang mendorong peningkatan konsumsi daging ayam.
Biasanya, di masa-masa tersebut, Michael mengatakan, Japfa akan mengontrol produksi pakan ternak maupun ayam.
Tapi menurut dia, perusahaan ini tidak bisa mengurangi produksi secara ekstrem mengingat bisnis mereka berkaitan dengan pengelolaan makhluk hidup.
Meski begitu, para analis percaya, kinerja JPFA akan tumbuh lebih optimal jelang akhir tahun. Ini sejalan dengan peningkatan permintaan ayam di libur akhir tahun.
Pabrik baru
Tak hanya itu, Japfa juga mendapat stimulus berkat kehadiran pabrik baru.
Ini membuat kapasitas produksi perusahaan ini meningkat dari 20.000 ton per bulan menjadi 40.000 per bulan.
Pabrik ini baru diresmikan pada awal Juli ini. Sedangkan pengelolaan dilakukan oleh anak usaha Japfa Comfeed, yakni PT Indojaya Agrinusa.
Japfa hanya menggelontorkan modal untuk pembangunan pabrik yang berlokasi di Deli Serdang, Sumatra Utara, tersebut.
Nilai investasi untuk pabrik ini sekitar Rp 600 miliar. Menurut Michael, keberadaan pabrik baru ini dapat membantu Japfa dalam meningkatkan volume penjualan ayam.
Victor menambahkan, daya tarik Japfa di semester II-2019 bukan hanya dari sisi bisnis.
Emiten ini juga memiliki nilai tambah bagi para investor karena menjadi penghuni LQ45 di periode Agustus 2019 sampai Januari 2020.
Victor berpendapat, masuknya Japfa ke dalam indeks LQ45 menandakan emiten ini memiliki likuiditas yang mumpuni di pasar saham.
Ditambah lagi, porsi free float JPFA saat ini mencapai 47,57%. "Sehingga JPFA cukup diuntungkan oleh penerapan bobot free float baru indeks LQ45," kata dia.
Karena itu, Michael merekomendasikan beli saham JPFA dengan target Rp 2.600 per saham.
Analis Panin Sekuritas Rendy Wijaya juga menyarankan beli dengan target harga Rp 1.800 per saham.
Rendy memperkirakan, pendapatan JPFA akan mencapai Rp 37,77 triliun pada akhir tahun nanti. Adapun laba bersih perusahaan ini diprediksi Rp 1,52 triliun.
Tapi Victor merekomendasikan hold dengan target Rp 1.650. Kemarin saham JPFA naik 0,6% di Rp 1.600.