Sanksi Ekonomi Lumpuhkan Ekonomi Rusia, Nilai Rubel Menguap Lebih 20% di Pekan Ini
KONTAN.CO.ID. Nilai tukar rubel terhadap dolar AS dan euro mengakhiri perdagangan di Moskow minggu ini dengan turun lebih dari 20%. Di luar pasar valas, rubel kehilangan sepertiga dari nilainya minggu ini, sejalan dengan melemahnya ekonomi Rusia akibat tekanan sanksi dari negara-negara barat.
Lembaga pemeringkat memangkas habis peringkat utang Rusia hingga terperosok ke kategori sampah. S&P Global, Moody's dan Fitch, menyebut sanksi internasional meningkatkan kemungkinan default. Pasukan Rusia di Ukraina memicu kekhawatiran dunia saat mereka merebut pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa.
Ribuan orang diyakini telah tewas atau terluka dan lebih dari 1 juta warga Ukraina telah mengungsi keluar dari negerinya sejak invasi militer Rusia pada 24 Februari.
Rubel mengakhiri minggu di 105 per dolar dari 83 Jumat lalu di Moskow, meskipun menguat 1% pada sesi dari penutupan Kamis. Terhadap euro, rubel ditutup tepat di bawah 119 dari 93 minggu lalu.
Baca Juga: Ancaman China Kian Meningkat, Taiwan Gandakan Produksi Rudal
Rubel mencapai kisaran terendahnya terhadap dolar pada Kamis, dan terhadap euro pada Jumat.
Pada platform EBS, rubel ditutup turun 12,9% hari ini terhadap dolar di 124, untuk penurunan 32% minggu ini saja, terbesar untuk setiap minggu dalam catatan sejak 2007. Selisih di antara bid-ask sangat lebar sepanjang hari, layaknya apa yang biasa disebut trader sebagai tanda-tanda likuiditas menguap.
Dmitry Polevoy, direktur investasi di Locko Invest, memperingatkan bahwa sanksi yang dijatuhkan pada Rusia atas invasi Ukraina - yang menurut Moskow tidak dirancang untuk menduduki wilayah - akan menyebabkan kejutan ekonomi yang besarnya tidak terlihat dalam waktu lama.
"Aset Rusia sedang dihancurkan nilainya," kata Cristian Maggio, kepala strategi portofolio di TD Securities.
Credit default swap Rusia berjangka lima tahun, yang mencerminkan biaya untuk mengasuransikan eksposur utang Rusia mencapai 1.565 basis poin (bps), naik dari penutupan Kamis 1.412 bps. Namun, angka itu masih jauh dari posisi penutupan Senin, yaitu 1.973 yang merupakan rekor tertinggi, demikian diperlihatkan data dari IHS Markit.
Baca Juga: Di Tengah Invasi Rusia ke Ukraina, Korea Utara Tembak Rudal Balistik
Perdagangan saham Moskow tetap ditutup dan obligasi menunjukkan spread bid-ask yang luas dalam volume kecil atau tanpa volume, seperti yang terjadi di sebagian besar minggu ini.
Pada hari Jumat, bank sentral Rusia menurunkan komisi pembelian valuta asing oleh individu melalui broker menjadi 12% dari 30%. Analis mengatakan langkah sebelumnya untuk menaikkan komisi menjadi 30% untuk pembelian mata uang seperti dolar, euro dan pound Inggris telah menyebabkan distorsi seperti lonjakan permintaan untuk mata uang lain seperti yuan China dan yen Jepang.
Dalam upaya untuk menstabilkan pasar yang sangat berfluktuasi, Bursa Moskow memberlakukan larangan short selling mata uang euro dan instrumen saham.
Mengutip memburuknya kondisi pinjaman, kementerian keuangan menghentikan penerbitan obligasi negara untuk rumah tangga. Ada sekitar 39 miliar rubel ($343,5 juta) dari investasi ritel yang beredar pada 1 Januari.