Sedang Musim, Penawaran Umum Perdana Saham Makin Ramai

Rabu, 19 Juni 2019 | 05:20 WIB
Sedang Musim, Penawaran Umum Perdana Saham Makin Ramai
[]
Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hajatan penjualan perdana saham di bursa saham makin ramai. Sepanjang Juni hingga kemarin, sudah ada tiga emiten yang menggelar initial public offering (IPO).

Tak hanya itu, sejumlah perusahaan pun mengumumkan tengah menggelar proses IPO. Yang terbaru adalah PT Satyamitra Kemas Lestari dan perusahaan teknologi financial (tekfin) PT Hensel Davest Indonesia.

Dalam paparan publik kemarin, Selasa (18/3), Satyamitra menyebut akan melepas saham ke publik sebanyak-banyaknya 1,3 miliar saham. Ini setara 32,10% modal yang ditempatkan disetor penuh.

Harga penawaran saham perdana sebesar Rp 150-Rp 200 per saham. Jadi, target dana segar yang akan diperoleh mencapai Rp 195 miliar-Rp 260 miliar.

Satyamitra menghitung, harga tersebut mencerminkan price to earning ratio (PER) 10 kali dan di bawah rata-rata industri. Perusahaan ini juga menawarkan 260 juta waran seri I.

Marketing & Operational Director Satyamitra Kemas Lestari Herryanto S. Hidayat menyebut, pihaknya akan menggunakan dana IPO untuk modal kerja, membayar sebagian utang,dan membeli mesin baru. Perseroan ini juga akan menambah lokasi pabrik di Cikarang dan Jawa Tengah.

Sedangkan Hensel Davest berencana melepas 381,17 juta saham atau 25% dari modal yang ditempatkan disetor penuh. Rentang harga penawarannya antara Rp 396-Rp 525 per saham. Proyeksi perolehan dana mencapai Rp 150,94 miliar sampai dengan Rp 203,11 miliar.

 Direktur Utama Hensel Davest Indonesia Hendra David menjelaskan menjelaskan, 65% dana IPO untuk peningkatan modal kerja tekfin Davestpay. "Biaya ini untuk mengakuisisi merchant berupa UMKM atau warung dan individu," jelas dia.

Hansel Davest berencana IPO pada 12 Juli 2019. Sementara Satyamitra menargetkan listing pada 11 Juli mendatang.

Direktur Avere Investama Teguh Hidayat menilai, hingga saat ini saham tekfin belum menarik karena dibayang-bayangi citra kurang bagus. "Mulai dari isu kredit macet hingga istilah bakar duit untuk memelihara kinerja perusahaan," kata dia.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana juga mengungkapkan hal senada. Investor akan ragu jika belum pernah mendengar nama calon emiten. Dia menyarankan, investor mencermati sisi risiko. Namun, ada kemungkinan dana hasil IPO untuk pengembangan bisnis menjadi katalis positif bagi perusahaan.

Bagikan

Berita Terbaru

Sagu Sampai Silika Digadang Masuk RPJMN, Sudah Digarap CUAN, Sinarmas, dan Sampoerna
| Senin, 04 November 2024 | 11:20 WIB

Sagu Sampai Silika Digadang Masuk RPJMN, Sudah Digarap CUAN, Sinarmas, dan Sampoerna

Para taipan besar lewat sejumlah emiten yang dimilikinya sudah lebih dulu masuk ke komoditas yang diusulkan masuk RPJMN 2025-2029.

Melancong Backpacker Melalui Jalur Komunitas
| Senin, 04 November 2024 | 10:32 WIB

Melancong Backpacker Melalui Jalur Komunitas

Liburan mandiri alias backpacker masih ramai peminat. Mereka berkumpul lewat komunitas sambil berbagi informasi dan trip saat berlibur.

Tetap Dulang Laba saat Kondisi Ekonomi Menantang
| Senin, 04 November 2024 | 10:27 WIB

Tetap Dulang Laba saat Kondisi Ekonomi Menantang

Pendapatan bunga masih menjadi tulang punggung bagi pertumbuhan laba bank. Untuk itu, pendapatan bunga berpengaruh besar terhadap laba.

Daya Beli Turun, Wisata Jalan Terus
| Senin, 04 November 2024 | 10:22 WIB

Daya Beli Turun, Wisata Jalan Terus

Di tengah penurunan daya beli, masyarakat masih riuh berburu promosi produk wisata. OTA berusaha menangkap peluang jelang akhir tahun ini.

Menanti Penerbitan Obligasi Daerah di Era Pemerintahan Prabowo
| Senin, 04 November 2024 | 09:25 WIB

Menanti Penerbitan Obligasi Daerah di Era Pemerintahan Prabowo

Obligasi daerah sebagai instrumen baru diyakini memiliki nilai yang sangat strategis. Selayaknya pemerintah pusat proaktif.

Diborong Deutsche Bank hingga Goldman Sachs, Analis Kompak Rekomendasi Buy Saham BMRI
| Senin, 04 November 2024 | 08:45 WIB

Diborong Deutsche Bank hingga Goldman Sachs, Analis Kompak Rekomendasi Buy Saham BMRI

Tak lama setelah laporan keuangan BMRI per kuartal III-2024 dirilis, para analis kompak memberikan rekomendasi beli BMRI.

Banyak Pabrik Tutup, Utilisasi Industri Tekstil Makin Redup
| Senin, 04 November 2024 | 07:50 WIB

Banyak Pabrik Tutup, Utilisasi Industri Tekstil Makin Redup

Tingkat utilisasi industri hulu TPT tinggal 40% akibat maraknya gempuran produk impor dan pelemahan daya beli.

Akuisisi Aset Migas Topang Kinerja ENRG
| Senin, 04 November 2024 | 07:45 WIB

Akuisisi Aset Migas Topang Kinerja ENRG

Peningkatan produksi minyak dan rata-rata harga jual migas yang lebih baik menopang kinerja selama sembilan bulan pertama tahun ini.

APLN Memacu Kinerja Hingga Akhir Tahun
| Senin, 04 November 2024 | 07:35 WIB

APLN Memacu Kinerja Hingga Akhir Tahun

Dari lini bisnis properti, APLN membukukan perolehan marketing sales sebesar Rp 1,37 triliun per September 2024.

Masih Ada Risiko, BPK Minta BI Evaluasi dan Sempurnakan BI-FAST
| Senin, 04 November 2024 | 07:34 WIB

Masih Ada Risiko, BPK Minta BI Evaluasi dan Sempurnakan BI-FAST

Transaksi menggunakan BI-FAST tumbuh pesat, pada kuartal III-2024 mencapai 924,89 juta transaksi, naik 61,10%.

INDEKS BERITA

Terpopuler