Selain Kebijakan The Fed, Pembahasan RUU Ini Akan Menentukan Arah Wall Street

Minggu, 08 Agustus 2021 | 21:20 WIB
Selain Kebijakan The Fed,  Pembahasan RUU Ini Akan Menentukan Arah Wall Street
[ILUSTRASI. Trader di lantai bursa New York, di New York City, New York, Amerika Serikat, 28 Juli 2021. REUTERS/Andrew Kelly]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - NEW YORK.  Kebijakan pemerintah Amerika Serikat (AS) meniupkan sentimen positif di Wall Street. Program pembangunan infrastruktur senilai US$ 1 triliun yang diusulkan administrasi Joe Biden mengerek indeks saham mendekati rekor tertingginya. Namun, investor mencemaskan drama di Washington akan berubah suram selama dua bulan mendatang.

Ada banyak isyu politik yang bisa menghambat roda ekonomi Negeri Paman Sam. Bukan cuma rancangan undang-undang (RUU) infrastruktur yang pembahasannya terancam macet, tetapi juga RUU rekonsiliasi senilai US$ 3,5 triliun. Ada juga pertikaian mengenai plafon utang, yang dapat memicu penutupan pemerintah federal jika kesepakatan tidak tercapai.

Sedikit yang berharap pemerintah AS akan gagal membayar utangnya. Namun, beberapa analis mengatakan pertarungan plafon utang yang berlarut-larut dapat meningkatkan volatilitas di Wall Street, di mana valuasi telah meregang dengan harga mendekati rekor tertinggi. Kekhawatiran lain termasuk pelonggaran kebijakan uang mudah Federal Reserve dan kebangkitan Covid-19 yang mengancam pertumbuhan.

Baca Juga: Paket stimulus infrastruktur Biden jadi perhatian bagi pergerakan rupiah

“Ketika saya melihat Washington, saya melihat banyak risiko,” kata Steve Chiavarone, manajer portofolio dan ahli strategi ekuitas di Federated Hermes.

Dia mengatakan dia khawatir sikap politik di sekitar plafon utang dapat meningkat menjelang pemilihan Kongres 2022. Dan, RUU rekonsiliasi dapat meningkatkan tarif pajak perusahaan atau individu, membebani sentimen investor.

Akibatnya, dia menahan uang tunai untuk mengantisipasi penambahan nilai atau siklus saham yang mungkin turun selama aksi jual pasar, katanya.

Secara keseluruhan, manajer dana global meningkatkan posisi kas mereka pada bulan Juli dari 3,9% menjadi 4,1% dari total aset, sekaligus mengakumulasi saham perusahaan teknologi besar, menurut Bank of America Merrill Lynch. Pada saat yang sama, pasar opsi menunjukkan bahwa investor melihat keuntungan terbatas di bulan-bulan mendatang, menurut Barclays.

Esty Dwek, kepala strategi pasar global di Natixis Investment Managers Solutions, mengatakan, telah mengumpulkan uang untuk melakukan reposisi menghadapi volatilitas di bulan-bulan mendatang.

“Sekarang, kami memiliki visibilitas yang lebih rendah ke paruh kedua tahun ini mengingat munculnya varian Delta dari virus corona dan potensi pajak yang lebih tinggi sebagai bagian dari RUU rekonsiliasi yang luas,” ujar dia.

Investor mengantisipasi kemungkinan Federal Reserve mengumumkan kelanjutan rencana menarik kembali dukungan ekonomi tingkat darurat pada konferensi tahunan. Kebijakan The Fed yang berubah menjadi hawkish pada Juni lalu, mengagetkan pasar, hingga memicu aksi jual singkat dalam ekuitas dan pasar pendapatan tetap.

Investor akan mendapatkan wawasan tambahan tentang laju inflasi saat pengumuman indeks harga konsumen pada Rabu dan indeks harga produsen pada Kamis.

Baca Juga: Ini Dia Saham Pilihan di Tengah Pemulihan Ekonomi

Suku bunga yang sangat rendah, dan banyaknya perusahaan di S&P 500 yang mencetak pendapatan lebih tinggi daripada ekspektasi analis, mendorong S&P 500 naik 17,2% untuk tahun ini. S&P 500 sekarang diperdagangkan pada 21,7 kali perkiraan pendapatan selama 12 bulan ke depan, turun sedikit dari 24 kali pendapatan yang diharapkan pada awal tahun namun masih jauh di atas rata-rata historisnya.

Senator dapat memberikan suara pada RUU infrastruktur dalam beberapa hari ke depan, ujar seorang anggota parlemen ke Reuters.

Dalam jangka panjang, paling tidak beberapa tahun mendatang, pengesahan RUU infrastruktur dan rekonsiliasi sangat mungkin meningkatkan ekonomi AS. Namun dalam jangka pendek, pengesahan keduanya akan memperbesar kekhawatiran terhadap kemungkinan kenaikan tarif pajak.

Dan bersama masalah plafon utang pemerintah AS, itu dapat S&P 500 di bulan-bulan mendatang, tutur Jon Adams, ahli strategi investasi senior untuk Manajemen Aset Global BMO. “Akan ada banyak detail yang perlu diselesaikan, yang akan dipantau ketat oleh pasar," kata dia. “Kami berharap melihat banyak volatilitas dan sikap di sini selama beberapa bulan ke depan dan kami pikir itu akan berlangsung hingga Oktober.”

Selanjutnya: AS Stop Investasi ke 59 Entitas China, Berkah Bagi Bukalapak (BUKA) & Wacana IPO GoTo

 

Bagikan

Berita Terbaru

Top Gainers Pekan Kedua Februari 2025 Diisi Saham-Saham Kurang Likuid
| Selasa, 18 Februari 2025 | 09:41 WIB

Top Gainers Pekan Kedua Februari 2025 Diisi Saham-Saham Kurang Likuid

Kenaikan paling besar terjadi pada PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA). Dalam sepekan, pertumbuhan harganya mencapai 40%.

Perdagangan Surplus, Ekspor Turun 3 Bulan Beruntun
| Selasa, 18 Februari 2025 | 09:19 WIB

Perdagangan Surplus, Ekspor Turun 3 Bulan Beruntun

Nilai impor dan ekspor sama-sama turun. Tetapi, ekspor Indonesia turun dalam tiga bulan berturut-turut.

Bukalapak (BUKA) Ajukan PKPU Terhadap Mitra Bisnis
| Selasa, 18 Februari 2025 | 08:40 WIB

Bukalapak (BUKA) Ajukan PKPU Terhadap Mitra Bisnis

Langkah hukum tersebut diambil untuk memastikan keadilan bagi perusahaan dan menciptakan kepastian hukum bagi dunia usaha di Indonesia.

Tetap Waspada, Rupiah Masih Rentan Melorot Kembali
| Selasa, 18 Februari 2025 | 08:29 WIB

Tetap Waspada, Rupiah Masih Rentan Melorot Kembali

Keputusan suku bunga BI pekan ini menjadi faktor kunci. Selain itu, sentimen pasar didominasi oleh pembelian dolar oleh BUMN.. 

FKS Food Sejahtera (AISA) Memperkuat Jaringan Distribusi dan Inovasi
| Selasa, 18 Februari 2025 | 08:20 WIB

FKS Food Sejahtera (AISA) Memperkuat Jaringan Distribusi dan Inovasi

AISA meyakini penjualan di tahun 2025 cenderung positif dan akan lebih baik dibandingkan realisasi 2024

Investor Mesti Bersiap, Dividen Emiten Batubara bisa Menciut Akibat Dua Sentimen Ini
| Selasa, 18 Februari 2025 | 08:13 WIB

Investor Mesti Bersiap, Dividen Emiten Batubara bisa Menciut Akibat Dua Sentimen Ini

Nilai dividen yang dibagikan emiten pertambangan batubara seperti ITMG PTBA, dan UNTR diprediksi bakal menyusut secara signifikan.

Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) Intip Program 3 Juta Rumah
| Selasa, 18 Februari 2025 | 08:00 WIB

Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) Intip Program 3 Juta Rumah

INTP mengharapkan kenaikan kenaikan permintaan seiring proyek pertumbuhan industri semen di tahun ini.

Rupiah Masih Rentan Terkoreksi pada Selasa 18 Februari 2025
| Selasa, 18 Februari 2025 | 07:30 WIB

Rupiah Masih Rentan Terkoreksi pada Selasa 18 Februari 2025

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah spot ditutup pada angka 16.228 per dolar AS, menguat 0,14% dari akhir pekan lalu. 

Berikut Daftar Sejumlah Ide Trading Saham Untuk 18 Februari 2025
| Selasa, 18 Februari 2025 | 07:27 WIB

Berikut Daftar Sejumlah Ide Trading Saham Untuk 18 Februari 2025

Ide trading untuk perdagangan Selasa, 18 Februari 2025 secara teknikal oleh sejumlah analis teknikal yang patut dilirik

Harga Listrik Mengerek Capex Inalum dan EGA
| Selasa, 18 Februari 2025 | 07:23 WIB

Harga Listrik Mengerek Capex Inalum dan EGA

Semula total capex diperkirakan US$ 2,5 miliar (setara Rp 40,54 triliun), namun belakangan membengkak hingga US$ 4,8 miliar

INDEKS BERITA

Terpopuler