Selisih Yield Kian Menipis, Investor Asing Pilih Keluar dari Obligasi Domestik

Senin, 31 Oktober 2022 | 04:30 WIB
Selisih Yield Kian Menipis, Investor Asing Pilih Keluar dari Obligasi Domestik
[]
Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan suku bunga tinggi mengangkat imbal hasil (yield) obligasi. Di akhir pekan lalu (28/10), yield SUN tenor 10 tahun ada di level 7,58%. Yield SUN tenor 10 tahun naik lantaran yield US Treasury tenor yang sama kembali ke level 4%. 

Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro mengatakan, agresifnya bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve mengerek Fed fund rate (FFR) telah mendorong peningkatan yield surat utang AS alias US Treasury. Kondisi tersebut juga mendorong kenaikan yield obligasi domestik.

Imbal hasil yang sedang tinggi-tingginya di obligasi Amerika mendorong investor asing keluar dari pasar SBN dalam negeri. Hingga 25 Oktober 2022, posisi asing di SBN tersisa Rp 714,21 triliun. 

Baca Juga: Pefindo Sematkan Peringkat idAA untuk Beberapa Surat Utang Milik PPA

Angka ini turun dari akhir September sebesar Rp 730,26 triliun. Nicodimus bilang, perhatian pelaku pasar obligasi sejauh ini memang masih tertuju pada Amerika Serikat. Kondisi ini menekan pasar obligasi domestik.

Prospek obligasi Indonesia masih akan bearish hingga akhir tahun, terpicu kenaikan inflasi dan tren kenaikan FFR, diikuti suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Namun, Nicodimus menilai, ada sentimen positif yang dapat sedikit meredam tekanan di pasar. 

Di antaranya, besarnya partisipasi investor domestik pada kepemilikan surat berharga negara (SBN), stabilnya perekonomian Indonesia dan skema burden sharing BI yang masih akan berlaku hingga akhir tahun ini.

Dengan demikian, Nicodimus menilai, tren kenaikan yield saat ini sangat menguntungkan investor masuk ke pasar obligasi. Sehingga, investor bisa mendapatkan kupon yang lebih tinggi.

Baca Juga: Pefindo Proyeksikan Penerbitan Obligasi Korporasi Tahun Ini Capai Rp 153,2 Triliun

Adapun strategi investasi yang dipilih bisa "buy and hold" pada seri obligasi negara benchmark yang sudah terdiskon banyak. Selain itu, investor juga dapat mencoba obligasi korporasi dengan peringkat utang single A ke atas agar semakin kecil risiko gagal bayar. Di sepanjang tahun ini, yield obligasi korporasi tenor 10 tahun rating AAA naik 0,57%, rating AA naik 0,06%, rating A naik 0,16%, serta rating BBB naik 0,56%.

Senior Vice President Head of Retail Product Research & Distribution Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi menyarankan, investor bisa memilih obligasi korporasi karena kupon yang ditawarkan lebih menarik dan lebih besar dibandingkan obligasi pemerintah.

Namun, Reza mengingatkan agar investor menimbang risiko obligasi korporasi. "Harus melihat bagaimana perusahaan mengatur keuangan dan lihat perkembangan rating perusahaan dari Pefindo," saran Reza, Sabtu (29/10).

Reza menilai, investasi harus didasarkan dan disesuaikan dengan kebutuhan investor. Dalam kondisi inflasi seperti saat ini, investor yang memang ingin berinvestasi di surat utang bisa pilih tenor panjang. Sedangkan, instrumen lain yang prospektif adalah reksadana pasar uang.

Baca Juga: Tower Bersama Infrastructure (TBIG) Rampungkan Penerbitan Obligasi Rp 1 Triliun

Bagikan

Berita Terbaru

IHSG Pekan Ini Tembus Rekor Baru, Waspada Sentimen Global
| Minggu, 14 Desember 2025 | 06:00 WIB

IHSG Pekan Ini Tembus Rekor Baru, Waspada Sentimen Global

IHSG mengakumulasi kenaikan 0,32% dalam sepekan terakhir. Sedangkan sejak awal tahun, IHSG menguat 22,33%.

Animo Investor Saham
| Minggu, 14 Desember 2025 | 05:50 WIB

Animo Investor Saham

​Kenaikan IHSG terdorong oleh peningkatan investor pasar modal di dalam negeri yang semakin melek berinvestasi saham.

Keandalan Menara MTEL Diuji Bencana Sumatera
| Minggu, 14 Desember 2025 | 05:35 WIB

Keandalan Menara MTEL Diuji Bencana Sumatera

Banjir dan longsor membuat layanan telekomunikasi di sejumlah wilayah Sumatera lumpuh. Dalam situasi ini, keandalan peru

Memutar Roda Bisnis yang Terhuyung di Pulau Andalas
| Minggu, 14 Desember 2025 | 05:10 WIB

Memutar Roda Bisnis yang Terhuyung di Pulau Andalas

Banjir dan longsor yang melanda Sumatera akhir November bukan hanya merenggut ratusan nyawa, tapi bikin meriang perdagangan.

 
Transaksi Pembayaran Lewat QRIS Semakin Semarak
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 10:11 WIB

Transaksi Pembayaran Lewat QRIS Semakin Semarak

BI menargetkan volume transaksi QRIS tahun 2025 mencapai 15,37 miliar atau melonjak 146,4% secara tahunan dengan nilai Rp 1.486,8 triliun 

CIMB Niaga Syariah Jajaki Konsolidasi dengan BUS
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 10:07 WIB

CIMB Niaga Syariah Jajaki Konsolidasi dengan BUS

Bank CIMB Niaga berpotensi memiliki bank syariah beraset jumbo. Pasalnya, bank melakukan penjajakan untuk konsolidasi dengan bank syariah​

Ekonomi Tak Pasti, Kolektor Barang Mewah Berhati-hati
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 08:00 WIB

Ekonomi Tak Pasti, Kolektor Barang Mewah Berhati-hati

Kondisi ekonomi global yang tak pasti serta suku bunga tinggi menekan industri barang mewah di tahun 2025

Berhentilah Menebang Masa Depan
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 07:10 WIB

Berhentilah Menebang Masa Depan

Bencana  banjir dan longsor di tiga provinsi Sumatra jadi momentum reformasi kebijakan perizinan dan tata ruang Indonesia.​

Jangan Jadi Tradisi
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 07:00 WIB

Jangan Jadi Tradisi

Lonjakan harga-harga komoditas pangan menjelang Nataru ataupun saat puasa dan Lebaran harus disikapi serius pemerintah lewat kebijakan.

Bos Martina Berto (MBTO) Memilih Investasi Berhorizon Menengah hingga Panjang
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:55 WIB

Bos Martina Berto (MBTO) Memilih Investasi Berhorizon Menengah hingga Panjang

Direktur Utama PT Martina Berto Tbk (MBTO), Bryan David Emil, memilih aset berjangka menengah panjang dalam portofolio investasinya.

INDEKS BERITA