Siap-Siap Arah Bunga Berubah di Semester II

Kamis, 29 Februari 2024 | 04:50 WIB
Siap-Siap Arah Bunga Berubah di Semester II
[ILUSTRASI. A trader works, as a screen displays a news conference by Federal Reserve Board Chairman Jerome Powell following the Fed rate announcement, on the floor of the New York Stock Exchange (NYSE) in New York City, U.S., July 26, 2023. REUTERS/Brendan McDermid]
Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingkat inflasi yang masih tinggi menghambat rencana bank sentral menurunkan suku bunga. Kondisi ini membuat pelaku pasar di seluruh dunia menahan diri sembari menanti data inflasi Amerika Serikat (AS).

Presiden The Federal Reserve Kansas City Jeffrey Schmid, seperti dikutip Reuters, menyebut, kebijakan bank sentral AS akan fokus pada ancaman inflasi yang tinggi. The Fed tidak akan terburu-buru menurunkan suku bunga. 

"Inflasi masih ada di atas target, pasar tenaga kerja yang ketat dan permintaan menunjukkan momentum besar. Pandangan saya adalah tidak perlu menyesuaikan kebijakan moneter terlebih dahulu," jelas dia, Selasa (27/2).

Baca Juga: Mayoritas Bursa Asia Melemah pada Rabu (28/2), Investor Tunggu Arah Kebijakan Moneter

Penyataan dari Schmid ini seakan menunjukkan bahwa The Fed masih akan bernada hawkish. Ini artinya The Fed masih akan mempertahankan suku bunga di kisaran 5,25%-5,5% pada pertemuan Maret 2024. The Fed memang ingin menjaga inflasi di 2%. Per Januari 2024, inflasi AS masih berada di level 3,1%. 

Keputusan bank sentral untuk menjaga level bunga di kisaran sama sudah dilakukan Selandia Baru. Kemarin (28/2), Reserves Bank of New Zealand (RBNZ) memutuskan mempertahankan suku bunga stabil di 5,5%. 

Nada hawkish

Pejabat RBNZ menganggap perubahan suku bunga belum dibutuhkan saat ini lantaran tingkat bunga saat ini dianggap masih bisa meredam harga.

Baca Juga: Inflasi Pangan Diprediksi Baru akan Melandai Mulai April 2024

"RBNZ menutup kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut. Ini menjadi kejutan atas nada yang hawkish," terang Charu Chanana, Head of Currency Strategy Saxo, seperti dikutip Reuters

Keputusan mempertahankan suku bunga sepertinya juga akan diambil Reserve Bank of Australia (RBA). Pasalnya, inflasi Australia masih ada di level terendah dalam dua tahun terakhir. Alhasil, asumsi rencana RBA menurunkan suku bunga belum bisa dilakukan dalam waktu dekat. 

Namun, menurut Kepala Asia Pasifik Capital Economics Marcel Thieliant, penurunan suku bunga tidak akan dilakukan dalam waktu dekat. Dia menyebut, penurunan suku bunga pertama baru akan dilakukan pada Agustus 2024. 

"Kecuali ada guncangan tidak terduga, tampaknya makin besar kemungkinan data inflasi tidak sesuai proyeksi bank sentral," jelas dia, seperti dikutip Reuters

Rabu (28/2), Biro Statistik Australia mengumumkan inflasi Januari 2024 ada di level 3,4%, tidak berubah dari Desember dan di bawah perkiraan pasar sebesar 3,6%. Inflasi ini memang terendah sejak 2021. Namun Australia mengharapkan inflasi bisa ditekan hingga mencapai 2%-3%.

Baca Juga: Tantangan Ekonomi Global di Sepanjang Tahun 2024

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Indonesian Tobacco (ITIC) Ingin Memperbaiki Kinerja di Kuartal IV 2025
| Senin, 24 November 2025 | 09:45 WIB

Indonesian Tobacco (ITIC) Ingin Memperbaiki Kinerja di Kuartal IV 2025

Penjualan ITIC berasal dari pasar lokal Rp 233,23 miliar dan ekspor Rp 898,86 juta, yang kemudian dikurangi retur dan diskon Rp 4,23 miliar.

Menakar Dampak Pergeseran Pasien Swasta dan BPJS ke Emiten, MIKA dan KLBF Diunggulkan
| Senin, 24 November 2025 | 09:07 WIB

Menakar Dampak Pergeseran Pasien Swasta dan BPJS ke Emiten, MIKA dan KLBF Diunggulkan

Emiten-emiten rumah sakit besar tetap menarik untuk dicermati karena cenderung defensif dari tantangan BPJS. 

Keputusan Korea Menutup 40 PLTU Bakal Berdampak ke ADRO, GEMS, BYAN, PTBA Hingga BUMI
| Senin, 24 November 2025 | 08:32 WIB

Keputusan Korea Menutup 40 PLTU Bakal Berdampak ke ADRO, GEMS, BYAN, PTBA Hingga BUMI

Transisi energi yang dilakoni Korea Selatan memicu penurunan permintaan batubara, termasuk dari Indonesia.

Risiko Waskita Sudah Diperhitungkan, JP Morgan Kerek Rating & Target Harga Saham JSMR
| Senin, 24 November 2025 | 07:55 WIB

Risiko Waskita Sudah Diperhitungkan, JP Morgan Kerek Rating & Target Harga Saham JSMR

Laba bersih PT Jasa Marga Tbk (JSMR) diproyeksikan naik berkat ekspektasi pemangkasan suku bunga dan penyesuaian tarif tol.

Perbankan Optimistis Permintaan Kredit Meningkat Jelang Akhir Tahun
| Senin, 24 November 2025 | 07:55 WIB

Perbankan Optimistis Permintaan Kredit Meningkat Jelang Akhir Tahun

Hasil survei BI menunjukkan perbankan memperkirakan penyaluran kredit baru di kuartal IV akan meningkat ditandai dengan nilai SBT mencapai 96,40%

Pertambangan Topang Permintaan Kredit
| Senin, 24 November 2025 | 07:46 WIB

Pertambangan Topang Permintaan Kredit

Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan, kredit ke sektor pertambangan dan penggalian melesat 17,03% secara tahunan​ hingga Oktober

Saham ESG: Transisi Bisnis Hijau di Tengah Kinerja Merah
| Senin, 24 November 2025 | 07:45 WIB

Saham ESG: Transisi Bisnis Hijau di Tengah Kinerja Merah

Sejumlah emiten melepas sebagian bisnis batubara untuk lebih fokus di bisnis hijau. Tapi, ini membuat kinerja keuangan m

OJK Minta Bank Evaluasi Kredit ke Pindar
| Senin, 24 November 2025 | 07:42 WIB

OJK Minta Bank Evaluasi Kredit ke Pindar

Meningkatnya kasus gagal bayar pindar kembali mendorong OJK  mengingatkan perbankan agar lebih waspada menyalurkan kredit channeling 

TBS Energi Utama (TOBA) Terbitkan Sukuk Wakalah Rp 448,50 Miliar
| Senin, 24 November 2025 | 06:37 WIB

TBS Energi Utama (TOBA) Terbitkan Sukuk Wakalah Rp 448,50 Miliar

PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) mengumumkan penerbitan Sukuk Wakalah Jangka Panjang dengan dana modal investasi sebesar Rp 448,50 miliar. ​

Prospek IPO Seksi di Tahun Kuda Api
| Senin, 24 November 2025 | 06:32 WIB

Prospek IPO Seksi di Tahun Kuda Api

Tahun 2026 akan jadi momentum yang relatif kondusif bagi perusahaan yang membutuhkan pendanaan dari pasar modal lewat skema IPO.

INDEKS BERITA

Terpopuler