Berita Ekonomi

Siap-Siap, Inflasi Global Bakal Terus Naik

Jumat, 12 November 2021 | 04:55 WIB
Siap-Siap, Inflasi Global Bakal Terus  Naik

Reporter: Ferrika Sari | Editor: Lamgiat Siringoringo

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Inflasi global telah melanda berbagai negara di seluruh dunia. Hingga Oktober 2021, tingkat inflasi menyentuh angka 6,2%, tertinggi sejak 1990.  Kenaikan harga menambah berat perekonomian di saat pandemi.

Dilansir dari Bloomberg, Kamis (11/11), faktor utama penggerak inflasi karena pasar perumahan yang fluktuatif serta terjadinya krisis energi global. Para ekonom terkemuka memprediksi lonjakan yang lebih besar dalam beberapa bulan mendatang.
Namun bank sentral Amerika Serikat (AS) alias Federal Reserve (The Fed) dan Presiden Joe Biden belum berniat mengubah kebijakan. Untuk saat ini, pemerintah masih fokus untuk mengendalikan dampak pandemi Covid-19.

The Fed, misalnya, mulai mengurangi pembelian obligasi bulan ini. Adapun kebijakan menaikkan suku bunga ditargetkan baru akan terjadi tahun depan daripada menunggu hingga 2023.
Kepala ekonom internasional di ING James Knightley mempertanyakan kebijakan The Fed yang dinilai terlalu lamban. “Apakah dapat dibenarkan, jika ekonomi Anda tumbuh sebesar 6% dan inflasi meningkat sebesar 6% dan tidak ada tanda bahwa ada kehilangan momentum di salah satu indikator tersebut?” kata James

Tak hanya Amerika, inflasi juga terjadi di China. Inflasi  pabrik di China mencapai level tertinggi sejak 26 tahun terakhir pada Oktober 2021 karena kenaikan harga batu bara di tengah krisis listrik. Hal ini semakin menekan margin keuntungan bagi produsen dan meningkatkan kekhawatiran stagflasi.
Biro Statistik Nasional (NBS) mencatat, indeks harga produsen (PPI) naik 13,5% dari tahun sebelumnya, lebih cepat dari kenaikan 10,7% pada September 2021.  Lebih cepat dari perkiraan analis sebesar 12,4%.  

Kenaikan harga konsumen juga dipercepat. Indeks harga konsumen (CPI) naik 1,5% yoy pada Oktober 2021. Lebih tinggi 0,7% dibandingkan  realisasi September lalu.
Inflasi perdagangan grosir di Jepang mencapai level tertinggi selama empat dekade pada Oktober ini, menyusul lonjakan pada harga di pabrik China karena hambatan pasokan dan kenaikan biaya komoditas mengancam keuntungan perusahaan Asia.

Meningkatnya tekanan biaya, ditambah dengan melemahnya nilai tukar yen telah menggelembungkan harga barang-barang impor, menambah kepedihan bagi ekonomi terbesar ketiga di dunia itu. Mengingat   permintaan konsumen merosot yang disebabkan oleh pandemi.                          

Terbaru