Simak Rekomendasi Saham Indocement Tunggal Prakarsa (INTP)

Selasa, 23 Juli 2019 | 05:57 WIB
Simak Rekomendasi Saham Indocement Tunggal Prakarsa (INTP)
[]
Reporter: Adrianus Octaviano, Sanny Cicilia | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski penjualan semester I-2019 masih lesu, PT Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) masih memiliki kesempatan untuk injak gas di semester II tahun 2019.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Antonius Marcos mengatakan, penjualan semen di akhir semester I-2019 mencapai hampir 7,9 juta ton. Menilik sebelumnya, angka ini lebih rendah dibanding realisasi akhir Juni tahun lalu yang sebesar 8,3 juta ton.

Ke depan, Indocement Tunggal Prakarsa akan mempertahankan brand Tiga Roda sebagai top brand perusahaan, juga mempopulerkan produk semen ramah lingkungan baru, slag cement. Antonius optimistis, dengan percepatan pertumbuhan proyek infrastruktur, penjualan di semester II akan lebih baik dibanding semester I.

Analis Ciptadana Sekuritas Asia Fahressi Fahalmesta menilai, penjualan INTP yang lesu di semester pertama termasuk wajar. Menurut dia, sejumlah situasi dalam negeri belum mendukung proyek yang membutuhkan semen. Situasi tersebut adalah libur Lebaran dan adanya pemilihan umum.

Meskipun demikian, Fahressi optimistis, kenaikan jumlah penjualan semen akan terjadi di sisa semester tahun ini. "Pekerjaan konstruksi memang biasanya lebih besar di semester dua," kata Fahressi, Senin (22/7).

Selain itu, dia juga menilai, sektor industri semen sudah cukup lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Terutama setelah ada konsolidasi, ketika Semen Indonesia Tbk (SMGR) mengakuisisi PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) yang akhirnya berganti nama menjadi PT Solusi Bangun Indonesia Tbk. "Setelah adanya akuisisi terhadap Holcim, dampak pada industri lebih positif," jelas Fahressi.

Pasalnya, persaingan yang ketat dalam industri semen dinilai lebih baik. Itu karena persaingan harga tidak lagi terlalu ketat, lantaran kompetitor tidak jor-joran menurunkan harga semen. Oleh karena itu, ia berpendapat, seharusnya Indocement dapat mempertahankan harga semen dan market share di semester dua ini.

Melihat persaingan yang cukup baik ini, Fahressi meyakini hal itu bisa menyebabkan average selling price (ASP) perusahaan stabil. ASP yang baik ini juga bisa menimbulkan potensi peningkatan margin. Selain itu, risiko terhadap turunnya market share juga bisa lebih minim.

Prospek yang bagus juga dinilai oleh Analis Maybank Kim Eng Isnaputra Iskandar. Dalam risetnya Juni lalu, dia mengatakan bahwa INTP bisa mengambil keuntungan dari akuisisi terbaru Holcim Indonesia dari SMGR. Isnaputra bilang, INTP bisa merebut pasar SMGR saat sedang membuat brand baru yang perlu waktu untuk diterima oleh masyarakat.

Isnaputra pun mengatakan, INTP dapat memenuhi target volume semen pada tahun 2019 yaitu 18,4 juta ton. Ini dikarenakan cuaca dan kegiatan politik yang cukup kondusif di sisa tahun ini.

Kami memperkirakan volumenya akan tumbuh lebih besar di semester dua, karena cuaca yang baik dan absennya agenda politik yang memberi pengaruh besar, jelas Isnaputra dalam risetnya yang ditulis pada 17 Juni.

Kendati berprospek cukup baik, Fahressi merekomendasikan hold dulu saham INTP. Harga saham yang sudah cukup mahal menjadi alasannya. Mengutip Bloomberg, price to earning ratio (PER) INTP saat ini di posisi 64,20 kali.

Fahressi menilai, sedikit peluang Indocement Tunggal Prakarsa untuk naik lagi. Ia berpendapat sudah tidak ada lagi tren pertumbuhan dari harga saham INTP sendiri. Ini sudah ke priced in gitu di harga yang sekarang, jelas Fahressi. Dia mematok target harga INTP 21.800 untuk jangka panjang.

Hal yang sama juga ditulis dalam riset Analis Mirrae Asset Mimi Halimin yang merekomendasikan hold saham INTP. Menurut dia, masih ada risiko yang menghadang industri semen. Misalnya, pertumbuhan permintaan yang lebih rendah, serta harga batubara yang lebih tinggi dari perkiraan. Target harga INTP, menurut Mimi, di Rp 19.500 per saham.

Berbeda, Isnaputra memilih merekomendasikan buy untuk saham INTP ini. Dalam risetnya, dia memprediksi, harga INTP bisa naik ke Rp 23.100 jika harga batubara turun lagi 3%–4%.

Bagikan

Berita Terbaru

Prospek RMK Energy (RMKE) Cerah Meski Harga Batubara Terpuruk
| Selasa, 30 Desember 2025 | 15:00 WIB

Prospek RMK Energy (RMKE) Cerah Meski Harga Batubara Terpuruk

Menurut analis, model bisnis RMKE memiliki keunggulan, terutama dari sisi efektifitas biaya, keselamatan, kepatuhan regulasi, dan biaya.

MLBI Jaga Kinerja di Momen Penting Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
| Selasa, 30 Desember 2025 | 13:00 WIB

MLBI Jaga Kinerja di Momen Penting Natal 2025 dan Tahun Baru 2026

Manajemen MLBI memastikan, merek-merek mereka berada dalam posisi yang kuat dan tersedia untuk memenuhi permintaan konsumen.

Prospek Minyak Dunia 2026 Masih Tertekan, Surplus Pasokan Jadi Tema Utama
| Selasa, 30 Desember 2025 | 11:00 WIB

Prospek Minyak Dunia 2026 Masih Tertekan, Surplus Pasokan Jadi Tema Utama

Goldman Sachs dalam risetnya menilai pasar minyak global masih akan berada dalam kondisi kelebihan pasokan pada 2026.

Richer Versus Faster Richer : Perhitungan Kalkulus di Balik Investasi
| Selasa, 30 Desember 2025 | 09:22 WIB

Richer Versus Faster Richer : Perhitungan Kalkulus di Balik Investasi

Di masa lalu, kekayaan ratusan miliar dolar Amerika Serikat (AS) terdengar mustahil. Hari ini, angka-angka itu menjadi berita rutin. 

Menavigasi Jalan Terjal Ekonomi Global 2026
| Selasa, 30 Desember 2025 | 07:12 WIB

Menavigasi Jalan Terjal Ekonomi Global 2026

Di sejumlah negara dengan pendekatan populis yang kuat, peran pemerintah melalui jalur fiskal begitu kuat, mengalahkan peran ekonomi swasta.

Bayar Tagihan Ekologis
| Selasa, 30 Desember 2025 | 07:02 WIB

Bayar Tagihan Ekologis

Penerapan kebijakan keberlanjutan di sektor perkebunan dan pertambangan tak cukup bersifat sukarela (voluntary compliance).

Mengejar Investasi untuk Mencapai Target Lifting
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:06 WIB

Mengejar Investasi untuk Mencapai Target Lifting

ESDM mencatat, realisasi lifting minyak hingga akhir November 2025 berada di kisaran 610.000 bph, naik dari capaian 2024 yang sekitar 580.000 bph.

Laju Saham Properti Masih Bisa Mendaki
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:05 WIB

Laju Saham Properti Masih Bisa Mendaki

Di sepanjang tahun 2025, kinerja saham emiten properti terus melaju. Alhasil, indeks saham emiten properti ikut terdongkrak.

Beragam Tantangan Mengadang Emas Hitam di Tahun Depan
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:01 WIB

Beragam Tantangan Mengadang Emas Hitam di Tahun Depan

Sektor mineral dan batubara turut menopang anggaran negara melalui setoran penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

Prodia Widyahusada (PRDA) akan Ekspansi Jaringan ke Asia Tenggara
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:00 WIB

Prodia Widyahusada (PRDA) akan Ekspansi Jaringan ke Asia Tenggara

Fokus utama PRDA diarahkan pada pengembangan layanan kesehatan masa depan, terutama di bidang terapi regeneratif 

INDEKS BERITA

Terpopuler