Simak Strategi Investasi Genta Wira Anjalu yang Selalu Optimalkan Alokasi Aset

Sabtu, 06 Mei 2023 | 09:20 WIB
Simak Strategi Investasi Genta Wira Anjalu yang Selalu Optimalkan Alokasi Aset
[ILUSTRASI. Chief Investment Officer Sinarmas Asset Management, Genta Wira Anjalu.]
Reporter: Aris Nurjani | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Genta Wira Anjalu sudah disiplin berinvestasi sejak berkuliah di Universitas Indonesia tahun 2003 silam. Chief Investment Officer Sinarmas Asset Management ini meyakini, investasi sangat penting untuk masa depan. Namun, agar tidak salah langkah, perlu analisis yang tepat dan memahami risiko masing-masing aset portofolio.

Genta bercerita, lingkungan pertemanan di kampus membawa dia mengenal dunia saham. "Saat itu, ada salah satu broker yang membuka pojok saham di kampus dan ternyata banyak teman yang juga berinvestasi di saham," kisahnya kepada KONTAN, Jumat (5/5).

Baca Juga: Sinarmas Asset Management Apresiasi Para Investor Indonesia

Tanpa ragu, Genta ikut mengantre saham perdana pengelola taman hiburan Ancol, PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA). Dana untuk investasi saham itu berasal dari sisa uang sakunya. Ternyata, investasi pertama itu membuahkan keuntungan.

Meski berbuah manis, Genta tidak langsung agresif kembali ke pasar saham. Genta cukup memahami kalau ada berbagai ketidakpastian di pasar saham. Sehingga, dia mulai mencoba untuk menyiapkan beberapa strategi sebelum memutuskan berinvestasi.

Pria yang kini berusia 38 tahun itu menyiapkan analisis top down sebelum memilih instrumen investasi. Ini merupakan analisis dengan mencermati hal besar dahulu, baru kemudian makin mengerucut ke arah bawah. Jadi, alih-alih langsung memilih sahamnya, dirinya akan melakukan analisis pasar dahulu, seperti menelaah faktor global ataupun makroekonomi yang dapat mempengaruhi suatu saham.

Genta juga bercerita, tidak terlalu menggunakan pendekatan market timing. Dia lebih nyaman menggunakan metode rupiah cost averaging dalam berinvestasi. Ini adalah strategi investasi berkala atau rutin berinvestasi di setiap periode tertentu.

"Strategi ini bisa mengontrol psikologi kita bila pasar sedang volatile. Karena harus diakui juga kalau faktor psikologi sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan investasi," ujarnya.

Saat ini, pria kelahiran Jakarta, 28 September 1985 itu membagi portofolio investasi dalam dua jenis. Sebanyak 40% merupakan aset investasi yang sifatnya tidak terlalu likuid. Sedangkan 60% sisanya merupakan aset likuid.

Memilih reksadana

Aset yang kurang likuid itu berupa properti. Sementara aset likuid terbagi dalam tiga kategori berdasarkan horizon investasi. Misalnya, untuk jangka pendek, Genta memilih reksadana pasar uang. Lalu, reksadana obligasi untuk jangka menengah, dan reksadana saham untuk jangka panjang.

Genta lebih memilih berinvastasi pada reksadana karena instrumen ini memiliki berbagai kelas aset dan mudah diakses. Nah, karena pasar modal selalu bergerak, maka Genta selalu menetapkan strategi alokasi aset yang sesuai tujuan investasi dan mengoptimalkan strategi tersebut.

Baca Juga: Hati-hati Investasi di Aset Dollar AS Meski Selisih Bunga Kian Menipis

Genta mengaku, pernah mendapatkan keuntungan multibagger atau naik berkali-kali lipat. "Saya pernah mendapatkan keuntungan 50% dari modal yang saya tempatkan. Ini dengan target investasi menggunakan benchmark di pasar," katanya.

Di tengah kesibukan, Genta menilai investasi reksadana paling cocok baginya. Genta mengatakan, keuntungan paling besar berasal dari reksadana saham, barulah reksadana obligasi dan pasar uang.

Menurutnya, diversifikasi aset juga cukup penting, dan sebaiknya diatur sesuai tujuan investasi. Makanya, untuk jangka panjang, Genta juga memilih investasi properti. Investasi ini dimulai dengan membeli apartemen pada tahun 2010.

Menurutnya, bisnis properti tidak terlalu fluktuatif. Selain itu, harganya cenderung stabil dan dapat memberikan lindung nilai dari inflasi. Tak cuma itu, Genta melihat permintaan atas rumah tinggal masih besar.

Dari seluruh pengalaman investasinya ini, Genta menyarankan para investor pemula untuk selalu disiplin menyisihkan uang untuk dana darurat dan investasi. Selain itu, investasi sebaiknya dimulai sejak usia muda. Investor juga perlu mengatur time horizon yang lebih panjang untuk meminimalkan potensi kerugian.

Bagikan

Berita Terbaru

Mediasi Diperpanjang, Gugatan 40 Nasabah Mirae Senilai Rp 8,17 Triliun Masih Bergulir
| Senin, 23 Desember 2024 | 14:21 WIB

Mediasi Diperpanjang, Gugatan 40 Nasabah Mirae Senilai Rp 8,17 Triliun Masih Bergulir

Mirae Asset minta waktu hingga 16 Januari 2025 untuk memberikan tanggapan karena proposal penggugat harus dirapatkan melibatkan seluruh direksi.

Pilihan Saham Big Caps Menarik Untuk Investasi Jangka Panjang
| Senin, 23 Desember 2024 | 13:58 WIB

Pilihan Saham Big Caps Menarik Untuk Investasi Jangka Panjang

Saham-saham dengan kapitalisasi pasar atau market capitalization (market cap) besar tak melulu jadi pilihan tepat untuk investasi jangka panjang.

Harga Saham Provident (PALM) Menguat, Aksi Borong Dua Pemegang Picu Lonjakan Harga
| Senin, 23 Desember 2024 | 09:00 WIB

Harga Saham Provident (PALM) Menguat, Aksi Borong Dua Pemegang Picu Lonjakan Harga

PALM mencetak laba bersih Rp 464,63 miliar di Januari-September 2024, dibandingkan periode sebelumnya rugi bersih sebesar Rp 1,94 triliun.

Sektor Bisnis yang Mendorong Perekonomian Domestik
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:52 WIB

Sektor Bisnis yang Mendorong Perekonomian Domestik

Sejumlah sektor usaha dinilai masih prospektif dan berpotensi sebagai motor penggerak ekonomi Indonesia ke depan, setidaknya dalam jangka menengah

Modal Cekak Pemerintah Mengerek Pertumbuhan Ekonomi 2025
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:47 WIB

Modal Cekak Pemerintah Mengerek Pertumbuhan Ekonomi 2025

Tantangan pemerintah Indonesia untuk memacu perekonomian semakin berat pada tahun depan, termasuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%

Insentif Pajak Mobil Hybrid Dorong Sektor Otomotif, Saham ASII Jadi Unggulan
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:36 WIB

Insentif Pajak Mobil Hybrid Dorong Sektor Otomotif, Saham ASII Jadi Unggulan

Bila mendapatkan insentif pajak, maka PPnBM untuk kendaraan hybrid akan dibanderol sebesar 3% hingga 4%.

Rekomendasi Saham Emiten Barang Konsumsi yang Masih Dibayangi Tekanan Daya Beli
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:35 WIB

Rekomendasi Saham Emiten Barang Konsumsi yang Masih Dibayangi Tekanan Daya Beli

Miten yang bergerak di bisnis barang konsumsi dibayangi sentimen kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%.

Peluang Tipis IHSG Menguat di Pengujung Tahun
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:25 WIB

Peluang Tipis IHSG Menguat di Pengujung Tahun

Sudah tidak banyak lagi ruang bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk menguat di sisa tahun ini. 

Pemerintah Tebar Insentif Kepabeanan Rp 33 Triliun
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:15 WIB

Pemerintah Tebar Insentif Kepabeanan Rp 33 Triliun

Insentif yang dimaksud, antara lain berupa insentif kawasan berikat, penanaman modal, serta kebutuhan pertahanan dan keamanan.

Belanja Masyarakat Bisa Tertahan Tarif PPN 12%
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:04 WIB

Belanja Masyarakat Bisa Tertahan Tarif PPN 12%

Data terbaru Mandiri Spending Index mengindikasikan belanja masyarakat hingga 8 Desember 2024 terkerek momentum Nataru

INDEKS BERITA

Terpopuler