Sime Darby Perkirakan Defisit Tenaga Kerja di Malaysia Kian Parah Awal Tahun Ini
KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Sime Darby Plantation Bhd pada Kamis (13/1) memperingatkan kekurangan tenaga kerja di perkebunan kelapa sawit pada awal 2022 kemungkinan lebih buruk dibandingkan situasi yang terjadi selama enam bulan terakhir.
Perkebunan di Malaysia kesulitan mencari pekerja akibat penutupan perbatasan untuk mencegah peredaran virus cornoa.
Mohamad Helmy Othman Basha, direktur pelaksana di Perkebunan Sime Darby, mengatakan kekurangan lebih dari 75.000 orang pekerja mengakibatkan perusahaan terancam kehilangan antara 20%-30% dari potensi produksi.
Baca Juga: Palsukan Sertifikat Vaksin Covid-19, Dokter di Malaysia Ditangkap
Perkebunan Sime Darby adalah perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia berdasarkan luas lahan kebunnya. Sime Darby mengatakan tahun lalu bahwa 75% dari pekerjanya merupakan tenaga kerja asing.
Mohamad Helmy mendesak industri untuk memajukan upaya otomatisasi dan mekanisasi, serta mencari solusi di luar kelaziman, seperti mempekerjakan lebih banyak penduduk setempat. "Industri harus mengambil kesempatan ini untuk mengatur ulang," katanya.
Perbatasan Malaysia tetap ditutup dalam upaya untuk mengekang penyebaran Covid-19 dan pembatasan perekrutan tenaga kerja asing telah diberlakukan sejak awal pandemi.
Baca Juga: Pekan Ini, Minyak Goreng Seharga Rp 14.000 Per Liter Sudah Tersedia di Pasar
Tahun lalu, Malaysia menyetujui masuknya 32.000 orang pekerja perkebunan untuk meringankan kekurangan tenaga kerja yang akut.
Menteri Perkebunan dan Komoditas Zuraida Kamaruddin mengatakan kepada wartawan di sela-sela konferensi bahwa pembicaraan masih berlangsung antara Indonesia dan Malaysia. Pekerja migran asal Indonesia diperkirakan baru masuk kembali ke Malaysia sekitar pertengahan Februari.
Malaysia juga membahas perjanjian pasokan tenaga kerja dengan India, Bangladesh dan Thailand untuk menyediakan pekerja di sektor perkebunan, katanya.
"Ini untuk memastikan pasokan tenaga kerja kami stabil untuk memastikan perkebunan kami dipanen sehingga produksi kami akan konsisten," katanya. Ia menambahkan bahwa ini akan menjadi strategi jangka pendek karena industri menggenjot penelitian untuk melakukan mekanisasi operasi perkebunan.