Stimulus China

Selasa, 01 Oktober 2024 | 03:50 WIB
Stimulus China
[ILUSTRASI. TAJUK - Khomarul Hidayat]
Khomarul Hidayat | Redaktur Pelaksana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham China tengah dilanda euforia. Gairah itu memicu investor berbondong-bondong masuk ke pasar saham. Senin (30/9), Indeks CSI300 melompat 8,48%, melanjutkan kenaikan 16% pekan lalu yang merupakan lonjakan tertinggi mingguan indeks ini sejak 1998. 

Indeks CSI300 berisi 300 saham kelas A yang dianggap sebagai indikasi tren di bursa saham Shanghai dan Shenzhen. Indeks bursa saham Shanghai, Senin (30/9), melonjak 8,06%%. Sementara indeks bursa saham Shenzhen melejit 10,67%. Kapitalisasi pasar gabungan dua indeks bursa saham di China itu pun mencetak rekor mencapai 2,6 triliun yuan melampaui kenaikan satu dekade lalu.

Apa gerangan yang menyulut gairah di pasar saham China? Tak lain adalah kebijakan stimulus terbaru China yang cukup agresif. Pemerintah China mengumumkan serangkaian stimulus. Termasuk pemotongan suku bunga, menyuntikkan likuiditas ke sistem perbankan, serta pemberian dana darurat senilai US$ 114 miliar untuk mendongkrak harga saham.

Pemerintah China juga berjanji mendukung pengeluaran fiskal dan menstabilkan sektor properti yang tengah tenggelam. Stimulus itu rupanya menyuntikkan optimisme ke pasar dan meletupkan gairah pasar saham Tiongkok yang sudah tiga tahun lesu. 

Gelontoran stimulus ini adalah jurus baru China mengungkit pertumbuhan ekonomi agar kembali ke target sekitar 5% tahun ini. Stimulus ini adalah hasil pertemuan Politbiro China minggu lalu. Para pemimpin tertinggi Tiongkok mengakui ekonomi menghadapi masalah baru dan perlu kebijakan baru untuk lebih kuat untuk merangsang pertumbuhan.

Di kuartal II 2024, ekonomi China hanya tumbuh 4,7%, di bawah target 5%. Lesunya ekonomi China juga terkonfirmasi dari indeks manufaktur terbaru pada September 2024 yang jatuh ke level kontraksi. Menandakan bahwa ekonomi China memang butuh stimulus lebih kuat. Sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, pengaruh China tentu besar ke ekonomi negara lain. Termasuk juga mempengaruhi ekonomi Indonesia.

Apalagi, China adalah tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia, selain Amerika Serikat dan Jepang. China juga masuk lima besar investasi asing terbesar di Indonesia dalam lima tahun terakhir, menurut data BKPM.

Namun, gelontoran stimulus China juga mesti diwaspadai. Terutama di pasar keuangan. Euforia pasar saham China berpotensi memicu outflow dana-dana asing. Dan itu sudah terbukti yang membuat IHSG tumbang pada Senin (30/9). Semoga saja, ini hanya jangka pendek dan tak merembet kemana-mana. 

Bagikan

Berita Terbaru

Profit 29,70% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Merosot (27 Juni 2025)
| Jumat, 27 Juni 2025 | 16:13 WIB

Profit 29,70% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Merosot (27 Juni 2025)

Harga emas Antam hari ini (27 Juni 2025) Rp 1.907.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 29,70% jika menjual hari ini.

Belum Setahun Listing di BEI, Master Print Bakal Diakuisisi Perusahaan Singapura
| Jumat, 27 Juni 2025 | 16:04 WIB

Belum Setahun Listing di BEI, Master Print Bakal Diakuisisi Perusahaan Singapura

Harga saham PTMR sudah melambung duluan sebelum pengumuman resmi soal rencana akuisisi oleh Deep Source diumumkan.

Proyek EBT Digeber Pemerintah, Ada Rencana Revisi Aturan Tarif Listrik dan PLTP
| Jumat, 27 Juni 2025 | 10:57 WIB

Proyek EBT Digeber Pemerintah, Ada Rencana Revisi Aturan Tarif Listrik dan PLTP

Dalam waktu dekat akan ada peresmian pembangkit EBT total 350 MW, sebesar 55 MW di antaranya berlokasi di Sumatra.​

Jaga Stabilitas Harga Saham, Bangun Kosambi (CBDK) Melaksanakan Buyback Saham
| Jumat, 27 Juni 2025 | 10:13 WIB

Jaga Stabilitas Harga Saham, Bangun Kosambi (CBDK) Melaksanakan Buyback Saham

Anak usaha PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) akan melaksanakan aksi buyback saham selama tiga bulan, mulai 25 Juni 2025-24 September 2025.​

Dorong Kinerja Tahun 2025, Solusi Bangun (SMCB) Genjot Penjualan ke Pasar Ritel
| Jumat, 27 Juni 2025 | 10:08 WIB

Dorong Kinerja Tahun 2025, Solusi Bangun (SMCB) Genjot Penjualan ke Pasar Ritel

PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) berupaya mempertahankan kinerja operasional dan keuangannya di tengah kelesuan pasar semen di Indonesia.

Danantara Kucurkan Dana Investasi US$ 120 juta Untuk Pertamina Geothermal (PGEO)
| Jumat, 27 Juni 2025 | 09:58 WIB

Danantara Kucurkan Dana Investasi US$ 120 juta Untuk Pertamina Geothermal (PGEO)

Chief Investment Officer Danantara, Pandu Sjahrir menegaskan, nilai investasi untuk PGEO telah disepakati beberapa waktu lalu.

Medco Energi (MEDC) Akuisisi Hak Partisipasi Repsol di Blok Corridor
| Jumat, 27 Juni 2025 | 09:52 WIB

Medco Energi (MEDC) Akuisisi Hak Partisipasi Repsol di Blok Corridor

 Akuisisi tersebut bernilai US$ 425 juta atau setara Rp 6,89 triliun dengan penyesuaian sesuai praktik yang berlaku.

Merry Riana Education (MERI) Siap Menggenjot Bisnis Pasca IPO
| Jumat, 27 Juni 2025 | 09:44 WIB

Merry Riana Education (MERI) Siap Menggenjot Bisnis Pasca IPO

Manajemen PT Merry Riana Education Tbk (MERI) menargetkan penggunaan dana dari hasil IPO untuk ekspansi usaha.

Tantangan Masih Mengadang Prospek Lorena (LRNA) di Sisa Tahun 2025
| Jumat, 27 Juni 2025 | 09:38 WIB

Tantangan Masih Mengadang Prospek Lorena (LRNA) di Sisa Tahun 2025

PT Eka Sari Lorena Transport Tbk (LRNA) tengah berjuang menghadapi berbagai tantangan berat di industri transportasi darat berbasis bus.

Masih Merugi di Kuartal I-2025, Emiten Investasi Bersiap Membenahi Kinerja
| Jumat, 27 Juni 2025 | 09:30 WIB

Masih Merugi di Kuartal I-2025, Emiten Investasi Bersiap Membenahi Kinerja

Di sepanjang tiga bulan pertama tahun 2025, mayoritas emiten portofolio investasi masih mencatat kerugian. 

INDEKS BERITA

Terpopuler