KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham China tengah dilanda euforia. Gairah itu memicu investor berbondong-bondong masuk ke pasar saham. Senin (30/9), Indeks CSI300 melompat 8,48%, melanjutkan kenaikan 16% pekan lalu yang merupakan lonjakan tertinggi mingguan indeks ini sejak 1998.
Indeks CSI300 berisi 300 saham kelas A yang dianggap sebagai indikasi tren di bursa saham Shanghai dan Shenzhen. Indeks bursa saham Shanghai, Senin (30/9), melonjak 8,06%%. Sementara indeks bursa saham Shenzhen melejit 10,67%. Kapitalisasi pasar gabungan dua indeks bursa saham di China itu pun mencetak rekor mencapai 2,6 triliun yuan melampaui kenaikan satu dekade lalu.
Apa gerangan yang menyulut gairah di pasar saham China? Tak lain adalah kebijakan stimulus terbaru China yang cukup agresif. Pemerintah China mengumumkan serangkaian stimulus. Termasuk pemotongan suku bunga, menyuntikkan likuiditas ke sistem perbankan, serta pemberian dana darurat senilai US$ 114 miliar untuk mendongkrak harga saham.
Pemerintah China juga berjanji mendukung pengeluaran fiskal dan menstabilkan sektor properti yang tengah tenggelam. Stimulus itu rupanya menyuntikkan optimisme ke pasar dan meletupkan gairah pasar saham Tiongkok yang sudah tiga tahun lesu.
Gelontoran stimulus ini adalah jurus baru China mengungkit pertumbuhan ekonomi agar kembali ke target sekitar 5% tahun ini. Stimulus ini adalah hasil pertemuan Politbiro China minggu lalu. Para pemimpin tertinggi Tiongkok mengakui ekonomi menghadapi masalah baru dan perlu kebijakan baru untuk lebih kuat untuk merangsang pertumbuhan.
Di kuartal II 2024, ekonomi China hanya tumbuh 4,7%, di bawah target 5%. Lesunya ekonomi China juga terkonfirmasi dari indeks manufaktur terbaru pada September 2024 yang jatuh ke level kontraksi. Menandakan bahwa ekonomi China memang butuh stimulus lebih kuat. Sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, pengaruh China tentu besar ke ekonomi negara lain. Termasuk juga mempengaruhi ekonomi Indonesia.
Apalagi, China adalah tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia, selain Amerika Serikat dan Jepang. China juga masuk lima besar investasi asing terbesar di Indonesia dalam lima tahun terakhir, menurut data BKPM.
Namun, gelontoran stimulus China juga mesti diwaspadai. Terutama di pasar keuangan. Euforia pasar saham China berpotensi memicu outflow dana-dana asing. Dan itu sudah terbukti yang membuat IHSG tumbang pada Senin (30/9). Semoga saja, ini hanya jangka pendek dan tak merembet kemana-mana.