KONTAN.CO.ID - TOKYO. Data tentang kenaikan persediaan minyak di Amerika Serikat menekan harga pada Kamis. Pelemahan yang berlangsung dua hari itu terjadi setelah rally berkepanjangan, mengesankan pergerakan harga minyak mentah mulai stabil.
Minyak mentah Brent turun 11 sen menjadi US$ 78,53 per barel pada perdagangan Kamis pagi di Asia, setelah jatuh 0,6% pada hari Rabu. Sedang minyak acuan di Amerika Serikat (AS) turun 5 sen menjadi US$ 74,78 per barel, setelah juga turun 0,6% di sesi sebelumnya.
Administrasi Informasi Energi (EIA) Kementerian Energi AS, Rabu (29/9), menyatakan stok minyak dan bahan bakar di negerinya meningkat pada pekan lalu.
Baca Juga: Harga minyak tergelincir karena persediaan minyak AS naik
Persediaan minyak mentah naik 4,6 juta barel dalam seminggu hingga 24 September menjadi 418,5 juta, data EIA menunjukkan. Sebagai pembanding, analis yang mengikuti jajak pendapat Reuters memperkirakan stok turun 1,7 juta barel.
Namun kontrak untuk kedua jenis minyak cenderung menguat di awal sesi. Dari kacamata teknikal, penurunan yang telah terjadi selama dua hari bisa diartikan minyak akan menguji resisten berikut. Pada Selasa (28/9), Brent menguat di atas US$ 80 per barel, untuk pertama kalinya dalam sekitar tiga tahun.
"Harga minyak US$ 80 tidak terlalu tinggi," kata Joseph Perry, seorang analis di StoneX.
Baca Juga: Ini prediksi pakar OCBC untuk harga minyak mentah, emas, dan mata uang
Kenaikan persediaan terjadi karena produksi di Amerika Serikat kembali ke level sebelum Badai Ida melanda sekitar sebulan lalu. Output produksi naik menjadi 11,1 juta barel per hari pekan lalu.
Di sisi produksi, Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, kemungkinan akan mempertahankan kesepakatan untuk menambah 400.000 barel per hari (bph) ke produksinya untuk November.
Krisis listrik dan kekhawatiran pasar perumahan di China telah memukul sentimen baru-baru ini karena dampak apa pun untuk ekonomi terbesar kedua di dunia itu kemungkinan akan berdampak pada permintaan minyak, kata para analis.
China adalah importir minyak mentah terbesar di dunia, dan pengguna terbesar kedua setelah AS.
Selanjutnya: Jam Kerja Asia Tutup, Pemegang Obligasi Offshore Evergrande Tidak Terima Pembayaran