Suku Bunga Naik, Imbal Hasil Surat Utang Ikut Terkerek

Kamis, 22 September 2022 | 04:30 WIB
Suku Bunga Naik, Imbal Hasil Surat Utang Ikut Terkerek
[]
Reporter: Aris Nurjani | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana kenaikan suku bunga acuan membuat imbal hasil obligasi meningkat. Selasa (20/9) yield US Treasury mencapai rekor level tertinggi sejak April 2011, yaitu di 3,57%. 

Pada Rabu (21/9), US Treasury tenor 10 tahun sedikit menurun ke 3,54% hingga pukul 21.09 WIB. Sementara yield SUN acuan Indonesia FR091 ada di 7,2%, stagnan dari hari sebelumnya. 

Fixed Income Portfolio Manager Sucorinvest Asset Management Gama Yuki berpendapat, saat ini pasar menanti hasil rapat The Fed. "Investor masih dalam posisi menunggu untuk kemudian akan masuk lagi," kata dia, kemarin. Pelaku pasar menyusun strategi bergantung kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS).

Baca Juga: Imbal Hasil US Treasury Terus Naik, Obligasi Dalam Negeri Bisa Tertekan

Pendapat Senior Vice President, Head of Retail, Product Research & Distribution Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi Riawan juga segendang sepenarian. Apalagi inflasi di Amerika Serikat masih cukup tinggi. "Efeknya investor akan meminta dan menyesuaikan tingkat yield obligasi, sehingga harga obligasi menjadi turun," kata dia.

Kendati begitu, Gama berpendapat posisi obligasi domestik saat ini jauh lebih baik. "Yield SUN sudah lebih baik dari sebelumnya, yang pernah mencapai 7,5%, bahkan sebelum US Treasury mencapai 3,5%," jelas dia. 

Gama berpendapat ini karena dukungan dari investor lokal yang lebih besar, sehingga volatilitas SUN tidak besar. Saat ini, posisi kepemilikan asing cuma 14,83%. Angka ini jauh lebih kecil dibanding awal tahun, yaitu 19,1%. "Investor asing sebenarnya sudah mulai akumulasi, karena itu yield SUN jauh lebih tertahan," terang dia. 

Baca Juga: IHSG Masih Rawan Koreksi pada Kamis (22/9), Saham-saham Ini Bisa Dilirik

Meski begitu, Reza memperkirakan imbal hasil SUN masih bisa kembali naik. Ini sejalan dengan tren bunga acuan yang meningkat. Jika The Fed menaikkan suku bunga, maka yield yang diminta investor dari US Treasury juga akan memicu investor menyesuaikan tingkat imbal hasil obligasi dalam negeri. "Dampak ke pasar obligasi akan negatif dan yield SUN berpotensi naik," ujar dia. 

Namun Reza berharap melimpahnya likuiditas dalam negeri akan menjaga agar yield tidak naik terlalu kencang. Terlebih fundamental perekonomian Indonesia masih baik dibanding negara lain dengan rating utang yang sama.

Gama juga berpendapat jika yield SUN sudah cukup menarik, apalagi pergerakan rupiah terbilang lebih stabil dibanding negara lain yang melemah cukup dalam terhadap dollar AS. Kemarin kurs spot rupiah masih terjaga di bawah Rp 15.000 per dollar AS. 

Padahal pada saat yang sama indeks dollar AS mencapai level 111. "Jadi seharusnya yield Indonesia masih menarik bagi investor dan harusnya proyeksi yield ke depan masih sama, yaitu untuk SUN acuan tenor 10 tahun di 6,5 %-6,8%," kata Gama.

Baca Juga: Lelang Sukuk Pekan Ini Sepi Peminat, Begini Prospeknya untuk Lelang Selanjutnya

Bagikan

Berita Terbaru

Serap 48% Capex, Hasnur Internasional (HAIS) Bakal Kerek Kapasitas Angkut Hingga 15%
| Minggu, 19 Oktober 2025 | 15:53 WIB

Serap 48% Capex, Hasnur Internasional (HAIS) Bakal Kerek Kapasitas Angkut Hingga 15%

Alokasi dana tersebut digunakan untuk menambah armada baru guna memperkuat operasional, salah satunya dengan membeli kapal tunda dan tongkang.

Langkah Pincang Sepatu Lokal Menghadapi Selundupan
| Minggu, 19 Oktober 2025 | 14:00 WIB

Langkah Pincang Sepatu Lokal Menghadapi Selundupan

Di tengah maraknya sepatu selundupan, produsen sepatu lokal menolak menyerah. Pabrikan sepatu di Tangerang sampai Jawa Timur mulai ekspansif.

Ini Cara BATA Mengencangkan Tali Sepatu Pasca Tutup Produksi
| Minggu, 19 Oktober 2025 | 13:00 WIB

Ini Cara BATA Mengencangkan Tali Sepatu Pasca Tutup Produksi

Cara bata mengencangkan tali sepatu dengan mengambil produksi sepatu dari pihak ketiga.                      

IHSG Anjlok Sepekan, Ini Biang Kerok dan Prediksi Pekan Depan
| Minggu, 19 Oktober 2025 | 11:32 WIB

IHSG Anjlok Sepekan, Ini Biang Kerok dan Prediksi Pekan Depan

Dari lima hari perdagangan sepekan periode 13-17 Oktober 2025, IHSG turun dalam empat hari perdagangan dan hanya naik sehari pada Kamis (16/10).

Dirut Indokripto Koin Semesta Menyukai Saham Sebagai Investasi
| Minggu, 19 Oktober 2025 | 09:00 WIB

Dirut Indokripto Koin Semesta Menyukai Saham Sebagai Investasi

Ade Wahyu, Direktur Utama PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) berinvestasi sebagai proses pendewasaan diri dalam mengelola risiko.

Total Bangun Persada Tbk (TOTL) Tambah Kegiatan Usaha Konstruksi
| Minggu, 19 Oktober 2025 | 08:00 WIB

Total Bangun Persada Tbk (TOTL) Tambah Kegiatan Usaha Konstruksi

Mengupas profil PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) yang tengah gencar menambah 10 kegiatan usaha di bidang konstruksi

Beli Kapal Tanker, Emiten Tommy Soeharto Ini Merogoh Kocek  US$ 26,93 juta
| Minggu, 19 Oktober 2025 | 06:35 WIB

Beli Kapal Tanker, Emiten Tommy Soeharto Ini Merogoh Kocek US$ 26,93 juta

Pembelian kapal tersebut sejalan dengan strategi pertumbuhan dan pengembangan usaha GTSI sebagai perusahaan di bidang usaha pelayaran.

Quick Commerce Terdorong Gaya Hidup Serba Cepat
| Minggu, 19 Oktober 2025 | 06:30 WIB

Quick Commerce Terdorong Gaya Hidup Serba Cepat

Industri quick commerce yang melayani belanja kebutuhan sehari-hari, saat ini mendapat banyak permintaan dari masyarakat urban.

Pinjaman Daring hingga Layanan Gadai, Jadi Pilihan Lintas Generasi
| Minggu, 19 Oktober 2025 | 06:30 WIB

Pinjaman Daring hingga Layanan Gadai, Jadi Pilihan Lintas Generasi

Masyarakat mencari sumber dana cepat dan fleksibel. Pinjaman daring, paylater, hingga layanan gadai, jadi pilihan lintas generasi.

Saat Tetes Tebu Menjelma Jadi Angsa Putih
| Minggu, 19 Oktober 2025 | 06:15 WIB

Saat Tetes Tebu Menjelma Jadi Angsa Putih

Pemerintah berencana menerapkan program mandatori pencampuran etanol 10% dalam bensin. Dan, telah membuat peta jalan bioetanol dari tetes tebu

INDEKS BERITA

Terpopuler