Tapering dan Evergrande Berefek Jangka Pendek ke Reksadana Offshore

Jumat, 24 September 2021 | 05:30 WIB
Tapering dan Evergrande Berefek Jangka Pendek ke Reksadana Offshore
[]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana offshore dinilai masih akan menarik meski sentimen eksternal tak mendukung. Sentimen yang sempat menggoyahkan adalah gagal bayar perusahaan properti raksasa China, Evergrande, hingga rencana tapering Amerika Serikat.

Bagi Investment Director Schroders Indonesia Irwanti, efek tapering dan Evergrande hanya jangka pendek bagi pasar saham global. Ia menilai kondisi tersebut temporary shock bagi pasar.

Apalagi, pernyataan petinggi The Fed terkait rencana tapering ditanggapi dengan positif oleh pelaku pasar. Sementara, Evergrande yang berpotensi berdampak sistemik ke pasar keuangan China. Efeknya akan memudar lantaran pemerintah China akan bail-out untuk mitigasi risiko sistemik ke pasar keuangan China dan global.

Baca Juga: Hadapi efek tapering, Schroders kurangi porsi saham teknologi di reksadana offshore

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana pun sepakat menyebut, kedua hal tersebut hanya bersifat jangka pendek. Tapering menurut Wawan akan berdampak pada reksadana yang berbasis obligasi. "Sementara prospek reksadana offshore akan bergantung ke proses pemulihan ekonomi dan pendapatan perusahaan yang dijadikan portofolio," kata Wawan.

Irwanti pun sepakat menyebut jika dalam jangka panjang pasar saham global akan fokus pada recovery ekonomi. Dia menilai pasar negara maju akan lebih dulu menunjukkan pemulihan, seiring tingkat vaksinasi yang cepat dibanding emerging market. 

Karena itu, Presiden Direktur PT BNP Paribas Asset Management Priyo Santoso menyarankan, saat koreksi harga yang terjadi saat ini bisa menjadi jendela masuk bagi para investor ke reksadana offshore. Fluktuasi harga akan memberikan kesempatan bagi investor untuk akumulasi ketika harga terkoreksi.

Priyo juga berpendapat keberadaan reksadana indeks yang memberikan paparan ke teknologi amat dibutuhkan saat ini, mengingat kehidupan saat ini semuanya sudah sangat bergantung teknologi. Apalagi, indeks saham teknologi seperti DJIM Global Technology secara historis terbukti memberi kinerja apik.

Baca Juga: Volatilitas jangka pendek jadi peluang untuk masuk ke reksadana offshore

Irawati menyebut, dalam jangka pendek sektor teknologi akan menghadapi volatilitas yang disebabkan tapering dan kenaikan suku bunga. Kenaikan suku bunga akan menekan valuasi sektor teknologi, yang sangat bergantung pada ekspektasi earnings di masa depan. 

Apalagi saat ini valuasi sektor teknologi sudah mahal. Irawati bilang, sektor teknologi akan menawarkan growth tinggi setelah isu pengetatan moneter perbankan berlalu. 

Bagikan

Berita Terbaru

Dua Anak Usaha BUMN Karya Digugat PKPU di Dua Pekan Pertama Mei 2025
| Jumat, 16 Mei 2025 | 14:00 WIB

Dua Anak Usaha BUMN Karya Digugat PKPU di Dua Pekan Pertama Mei 2025

Selain PT PP Urban, gugatan PKPU juga menghampiri PT Wijaya Karya Industri dan Konstruksi (WIKON) anak usaha PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).

Hingga Akhir Maret 2025, APBN Sudah Mencetak Defisit Sebesar Rp 104 Triliun
| Jumat, 16 Mei 2025 | 13:00 WIB

Hingga Akhir Maret 2025, APBN Sudah Mencetak Defisit Sebesar Rp 104 Triliun

Jika penerimaan masih seret, sementara pemerintah tak melakukan penghematan pengeluaran yang masif, defisit APBN 2025 berpotensi lebih dari 3%.

Pertumbuhan Paylater atau BNPL yang Melambat, Diproyeksikan Bakal Berlanjut
| Jumat, 16 Mei 2025 | 12:00 WIB

Pertumbuhan Paylater atau BNPL yang Melambat, Diproyeksikan Bakal Berlanjut

Penurunan paylater mencerminkan sikap kehati-hatian baik dari sisi penawaran (bank dan perusahaan pembiayaan) maupun permintaan.

RUPSLB Hari Ini, Gelael Pratama dan Anthoni Salim Bakal Tambah Modal KFC
| Jumat, 16 Mei 2025 | 11:03 WIB

RUPSLB Hari Ini, Gelael Pratama dan Anthoni Salim Bakal Tambah Modal KFC

PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) bakal menerbitkan 533.333.334 saham baru melalui skema private placement.

Wajib Pajak Hasil Ekstensifikasi Menyusut
| Jumat, 16 Mei 2025 | 11:00 WIB

Wajib Pajak Hasil Ekstensifikasi Menyusut

Berdasarkan perhitungan KONTAN, dari data Kemkeu, rata-rata pertumbuhan penerimaan pajak periode 2020 hingga 2023 mencapai 9,28% per tahun.

Saham Central Omega (DKFT) Sudah Naik Lebih dari 90%, Diprediksi Bisa Terus Menguat
| Jumat, 16 Mei 2025 | 10:00 WIB

Saham Central Omega (DKFT) Sudah Naik Lebih dari 90%, Diprediksi Bisa Terus Menguat

Central Omega Resources disebut memproduksi bijih nikel kadar tinggi, bersiap mendapatkan keuntungan dari harga premium di pasar domestik.

Emiten Farmasi Mencatatkan Kinerja Bervariasi, Begini Kata Analis
| Jumat, 16 Mei 2025 | 08:54 WIB

Emiten Farmasi Mencatatkan Kinerja Bervariasi, Begini Kata Analis

Valuasi KLBF dan SIDO masih menarik dan dapat dinilai undervalued dibandingkan emiten lain di bidang serupa. 

Sukuk Ritel SR022 Mulai Ditawarkan, Kupon 6,45%-6,55%, Begini Kata Analis
| Jumat, 16 Mei 2025 | 08:46 WIB

Sukuk Ritel SR022 Mulai Ditawarkan, Kupon 6,45%-6,55%, Begini Kata Analis

Dalam menentukan imbal hasil, pemerintah mempertimbangkan strategi pembiayaan pemerintah, tingkat suku bunga pasar dan yield SBN. 

Cuan 28,36% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik (16 Mei 2025)
| Jumat, 16 Mei 2025 | 08:46 WIB

Cuan 28,36% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik (16 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (16 Mei 2025) 1 gram Rp 1.891.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 28,6% jika menjual hari ini.

Basis Saham Diperluas, Waran Terstruktur Berpotensi Lebih Ramai
| Jumat, 16 Mei 2025 | 08:36 WIB

Basis Saham Diperluas, Waran Terstruktur Berpotensi Lebih Ramai

Bursa Efek Indonesia (BEI) memperluas underlying atau dasar untuk penerbitan waran terstruktur menjadi IDX80

INDEKS BERITA

Terpopuler