Target Marketing Sales Emiten Properti Naik Dua Digit

Rabu, 16 Januari 2019 | 07:18 WIB
Target Marketing Sales Emiten Properti Naik Dua Digit
[]
Reporter: Yoliawan H | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hasil penjualan emiten properti sepanjang tahun lalu memang jauh lebih rendah dari target. Namun di tahun ini, sejumlah emiten properti yakin, pendapatan pra penjualan alias marketing sales bisa naik dua digit.

PT PP Properti Tbk (PPRO) misalnya. Pada tahun ini menargetkan marketing sales tumbuh 10% menjadi Rp 3,8 triliun dari realisasi tahun lalu, Rp 3,4 triliun.

Emiten properti lain yang yakin bisa membukukan pertumbuhan marketing sales adalah PT Summarecon Agung Tbk (SMRA). Tahun ini, SMRA menargetkan marketing sales naik 17,6% menjadi Rp 4 triliun dari realisasi marketing sales tahun lalu sebesar Rp 3,4 triliun.

PT Pollux Investasi Internasional Tbk (POLI), juga yakin marketing sales tahun ini bisa tumbuh 26,52%. POLI menargetkan marketing sales sebesar Rp 520 miliar.

Tahun lalu, bisnis properti memang kurang bergairah. Penyebabnya, daya serap pasar rendah. PT Ciputra Development Tbk (CTRA) misalnya, mengakui hasil marketing sales tahun lalu tidak memenuhi target.

"Pada tahun 2018, marketing sales kami tutup di Rp 6,4 triliun dari target Rp 7,7 triliun," papar Harun Hajadi, Direktur CTRA.

Dia menjelaskan, perusahaan ini tidak bisa memenuhi target pendapatan pra penjualan tahun lalu lantaran ada dua proyek yang proses launching mundur ke tahun ini. "Kami merasa pasarnya tidak kuat untuk menyerap di tahun lalu," jelas Harun. Namun CTRA masih enggan membuka target marketing sales pada tahun ini.

Para analis juga yakin hasil target pendapatan pra penjualan emiten properti dapat tercapai. Dennies Christoper Jordan, Analis Artha Sekuritas, mengatakan, tren suku bunga acuan yang tak akan naik lebih tinggi dibanding tahun lalu mendukung kinerja emiten properti.

Apalagi di tahun ini, sejumlah kebijakan yang dirilis oleh pemerintah sangat mendukung pertumbuhan penjualan properti. Misalnya, kebijakan relaksasi pajak penjualan atas barang mewah.
 
Harga undervalued
 
Pendapat lain diungkapkan oleh Managing Director Head of Equity Capital Market Samuel International Harry Su. Dia menilai, meski kenaikan bunga tak akan setinggi tahun lalu, namun dampak kenaikan bunga kredit justru akan terasa di tahun ini, setelah naik tinggi di 2018.

Tahun lalu, Bank Indonesia menaikkan bunga acuan sebanyak enam kali senilai 175 basis poin (bps) menjadi 6%. "Kinerja operasional, di sektor properti riil belum mencerminkan adanya perbaikan yang mendasar," kata Harry, Selasa (15/1).

Namun dari sisi harga saham para analis sepakat anjloknya saham sektor properti sepanjang tahun lalu membuat potensi kenaikan harga saham di tahun ini sangat besar. "Secara valuasi, price to earning ratio saham emiten properti sudah undervalued," kata Dennies.

Harry juga melihat, ada beberapa fund manager yang menganggap valuasi sektor ini sudah cukup murah. Tak heran sepanjang tahun ini, indeks sektor properti, real estate, konstruksi gedung naik paling kencang dibanding sektor lain. Sejak awal tahun ini, indeks ini naik 7,3%. Untuk pilihan saham, Dennies merekomendasikan, memilih CTRA dan ASRI.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Bidik Proyek MBG, Produsen Susu Asal Malaysia Siap Bertarung dengan Pemain Lokal
| Rabu, 26 November 2025 | 17:36 WIB

Bidik Proyek MBG, Produsen Susu Asal Malaysia Siap Bertarung dengan Pemain Lokal

Farm Fresh Bhd. bakal mendirikan pertanian seluas 230 ha di Bandung dan sedang mencari kemitraan untuk membangun distribusi lokal.

Kinerja BBTN Sesuai Target, Laba Bersih Mencapai Rp 2,50 Triliun per Oktober 2025
| Rabu, 26 November 2025 | 15:45 WIB

Kinerja BBTN Sesuai Target, Laba Bersih Mencapai Rp 2,50 Triliun per Oktober 2025

Laba bersih BTN naik 13,72% jadi Rp 2,50 triliun per Oktober 2025, didukung kredit dan DPK. Analis proyeksikan laba Rp 3,30 triliun di 2025.

Sempat Dikoleksi Asing, Saham SMGR Mulai Terkoreksi di Tengah Pemulihan Kinerja
| Rabu, 26 November 2025 | 08:59 WIB

Sempat Dikoleksi Asing, Saham SMGR Mulai Terkoreksi di Tengah Pemulihan Kinerja

SMGR sudah pulih, terutama pada kuartal III-2025 terlihat dari pencapaian laba bersih setelah pada kuartal II-2025 perusahaan masih merugi.

KRIS dan Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Bikin Prospek Emiten Rumah Sakit Makin Solid
| Rabu, 26 November 2025 | 08:53 WIB

KRIS dan Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Bikin Prospek Emiten Rumah Sakit Makin Solid

Simak analisis prospek saham rumah sakit HEAL, SILO, dan MIKA) tahun 2026 yang berpotensi disulut kenaikan iuran BPJS dan implementasi KRIS.

Setelah Cetak Rekor & Koreksi, Arah IHSG Menanti Data Penting dari Indonesia dan AS
| Rabu, 26 November 2025 | 08:45 WIB

Setelah Cetak Rekor & Koreksi, Arah IHSG Menanti Data Penting dari Indonesia dan AS

Pelaku pasar juga menunggu rilis sejumlah data makroekonomi penting seperti indeks harga produsen, penjualan ritel dan produksi industri AS.

Tunggu Lima Tahun, Eks Pegawai Jadi Konsultan Pajak
| Rabu, 26 November 2025 | 08:22 WIB

Tunggu Lima Tahun, Eks Pegawai Jadi Konsultan Pajak

Dirjen Pajak Bimo Wijayanto mengungkapkan rencananya untuk memperketat syarat bagi mantan pegawai pajak untuk menjadi konsultan pajak

Bea Cukai Bakal Pangkas Kuota Kawasan Berikat
| Rabu, 26 November 2025 | 08:17 WIB

Bea Cukai Bakal Pangkas Kuota Kawasan Berikat

Ditjen Bea dan Cukai bakal memangkas kuota hasil produksi kawasan berikat yang didistribusikan ke pasar domestik

Akhir November, Belanja Masyarakat Naik
| Rabu, 26 November 2025 | 08:10 WIB

Akhir November, Belanja Masyarakat Naik

Mandiri Spending Index (MSI) per 16 November 2025, yang naik 1,5% dibanding minggu sebelumnya ke level 312,8

PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) Kejar Target Home Passed Via Akuisisi LINK
| Rabu, 26 November 2025 | 07:53 WIB

PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) Kejar Target Home Passed Via Akuisisi LINK

Keberhasilan Akuisisi LINK dan peluncuran FWA IRA jadi kunci pertumbuhan bisnis PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI).

Wajib Pajak Masih Nakal, Kebocoran Menganga
| Rabu, 26 November 2025 | 07:51 WIB

Wajib Pajak Masih Nakal, Kebocoran Menganga

Ditjen Pajak menemukan dugaan praktik underinvoicing yang dilakukan 463 wajib pajak                 

INDEKS BERITA

Terpopuler