Terus Melemah Akibat Efek Virus Corona, Begini Prediksi Kurs Rupiah ke Depan

Sabtu, 14 Maret 2020 | 07:13 WIB
Terus Melemah Akibat Efek Virus Corona, Begini Prediksi Kurs Rupiah ke Depan
[ILUSTRASI. Petugas menghitung pecahan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) di salah satu money changer di Jakarta, Senin (9/3). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah 0,08% ke level Rp 14.255 per dolar US di perdagangan hari Senin (9/3]
Reporter: Arvin Nugroho, Danielisa Putriadita | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fundamental dalam negeri tidak mampu menahan laju pelemahan rupiah. Apalagi, sentimen negatif virus corona masih berlanjut.

Jumat (13/3), nilai tukar rupiah melemah 1,76% menjadi Rp 14.778 per dollar Amerika Serikat (AS). Sementara, berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, rupiah melemah lebih dalam, yakni 2,24% menjadi ke Rp 14.815 per dollar AS.

Baca Juga: Selepas tengah hari, rupiah kembali bergerak ke Rp 14.800 per dolar AS

Bahkan kemarin kurs spot rupiah sempat melemah jadi Rp 14.840 per dollar AS. Pelemahan rupiah kemarin adalah yang terburuk sejak November 2018. Dihitung sejak awal tahun, nilai tukar rupiah melemah 6,58%.

Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan, faktor utama yang membuat rupiah melemah adalah perkembangan pandemi virus korona, terutama di Indonesia. Akibatnya, sentimen dan faktor fundamental lain yang harusnya mendorong naik rupiah diabaikan pelaku pasar.

Baca Juga: Rupiah berada di level paling buruk sejak November 2018, masih bisa melemah lagi

Yudiawan menyebut, penurunan harga minyak seharusnya menambah daya penguatan nilai tukar rupiah. Tetapi karena fokus pelaku pasar masih pada pandemi corona, akhirnya rupiah tidak mampu menguat.

"Dollar AS diperdagangkan sedikit lebih lemah dibandingkan level pada satu minggu lalu, tetapi hal ini juga tidak bisa mendorong rupiah menguat," kata dia, kemarin.

Prediksi kurs rupiah

Pemerintah sebetulnya telah menyiapkan sejumlah kebijakan fiskal untuk mengantisipasi dampak negatif wabah corona. Salah satunya memberikan fasilitas penundaan pajak. Tapi Analis Global Kapital Investama Berjangka Alwy Assegaf menilai, sentimen fundamental Indonesia yang positif tak kuat menahan sentimen negatif akibat corona.

Baca Juga: Lebih 5.000 orang meninggal di seluruh dunia karena virus corona, berikut daftarnya

Imbasnya, rupiah pun merosot. Padahal, pemangkasan suku bunga telah dilakukan oleh Bank Indonesia pada Februari lalu. Kondisi cadangan devisa Indonesia yang baik juga belum bisa menahan turunnya rupiah. "Sentimen positif dari pemerintah tertutup dampak persebaran virus corona yang masif," kata Alwy.

Ke depan, kurs rupiah masih berpotensi tertekan. "PDB kuartal I bisa saja melambat karena efek virus corona," kata Alwy. Di samping itu, data perdagangan Indonesia yang dijadwalkan rilis pekan depan akan turut berdampak pada rupiah dalam jangka pendek.

Baca Juga: Tertahan Jatuh Lebih Dalam di Pekan Ini, IHSG di Pekan Depan Masih Berpotensi Koreksi

Alwy memprediksi rilis data perdagangan Indonesia akan menjadi batu sandungan rupiah. Hitungan dia, kurs rupiah di kuartal I akan bergerak antara Rp 14.585-Rp 15.000 per dollar AS. Di akhir tahun rupiah akan menguat ke Rp 14.130.

Tapi menurut Yudiawan, jika kasus corona semakin parah dan luput dari pengawasan, dalam jangka menengah rupiah berpotensi menyentuh Rp 15.000 per dollar AS. Sebaliknya, kurs rupiah berpotensi ke Rp 14.200 per dollar AS jika virus corona bisa diatasi.

Bagikan

Berita Terbaru

Menanti Tuah Window Dressing di Pekan Pendek, Cermati Saham-Saham Ritel Ini
| Selasa, 23 Desember 2025 | 11:58 WIB

Menanti Tuah Window Dressing di Pekan Pendek, Cermati Saham-Saham Ritel Ini

Saham ritel berpotensi bangkit di sisa 2025. Simak proyeksi pertumbuhan laba 2026 dan rekomendasi saham ACES, MIDI, hingga ERAA.

Niharika Yadav: Inflasi Medis Masih Jadi Tantangan ke Depan
| Selasa, 23 Desember 2025 | 11:40 WIB

Niharika Yadav: Inflasi Medis Masih Jadi Tantangan ke Depan

Penerapan sejumlah regulasi baru dan tingginya inflasi medis akan mempengaruhi bisnis asuransi jiwa di Indonesia di 2026

Laba Melonjak 51% tapi Saham DSNG Justru Tergelincir, Saatnya Masuk Atau Wait & See?
| Selasa, 23 Desember 2025 | 08:17 WIB

Laba Melonjak 51% tapi Saham DSNG Justru Tergelincir, Saatnya Masuk Atau Wait & See?

Prospek kinerja DSNG di 2026 dinilai solid berkat profil tanaman sawit muda dan permintaan CPO yang kuat.

OJK dan KSEI Meluncurkan Integrasi Sistem Perizinan Reksadana
| Selasa, 23 Desember 2025 | 08:15 WIB

OJK dan KSEI Meluncurkan Integrasi Sistem Perizinan Reksadana

Langkah ini  untuk menyederhanakan proses, meningkatkan kepastian layanan, dan memperkuat tata kelola pendaftaran produk investasi reksadana. 

Anak Usaha DOID Perpanjang Kontrak DOID di Tambang Blackwater, Nilainya Segini
| Selasa, 23 Desember 2025 | 08:11 WIB

Anak Usaha DOID Perpanjang Kontrak DOID di Tambang Blackwater, Nilainya Segini

Kontrak tersebut terkait tambang Blackwater. Perpanjangan kontrak yang diperoleh pada 21 Desember 2025 tersebut bernilai sekitar A$ 740 juta. 

Emiten Semen Bisa Pulih Secara Bertahap, Simak Rekomendasi Sahamnya
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:45 WIB

Emiten Semen Bisa Pulih Secara Bertahap, Simak Rekomendasi Sahamnya

Emiten sektor semen berpeluang memasuki fase pemulihan pada 2026 setelah melewati tahun yang menantang.

Tax Holiday Deras, Investasi IKN Terkuras
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:43 WIB

Tax Holiday Deras, Investasi IKN Terkuras

Tercatat 290 perusahaan memperoleh tax holiday, dengan 102 perusahaan telah beroperasi dan merealisasikan investasi sebesar Rp 480 triliun.

Produksi Nikel di 2026 Dibatasi, Saham NCKL, INCO, HRUM, hingga ANTM Makin Seksi
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:43 WIB

Produksi Nikel di 2026 Dibatasi, Saham NCKL, INCO, HRUM, hingga ANTM Makin Seksi

Kebijakan pemangkasan produksi nikel oleh Pemerintah RI diharapkan mendongkrak harga sehingga akan berefek positif ke emiten.

ASII Masih Melirik Peluang Bisnis di Sektor Kesehatan
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:42 WIB

ASII Masih Melirik Peluang Bisnis di Sektor Kesehatan

Hingga saat ini, total investasi Grup Astra di bidang jasa kesehatan telah mencapai sekitar Rp 8,6 triliun.

Likuiditas Melimpah, Riil Masih Lemah
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:39 WIB

Likuiditas Melimpah, Riil Masih Lemah

Kenaikan M2 lebih banyak ditopang oleh peningkatan uang kuasi, terutama simpanan berjangka dan tabungan di perbankan. ​

INDEKS BERITA

Terpopuler