Tidak Membayar Dalam Rubel, Gazprom Menghentikan Pasokan Gas ke Bulgaria dan Polandia

Tidak Membayar Dalam Rubel, Gazprom Menghentikan Pasokan Gas ke Bulgaria dan Polandia

KONTAN.CO.ID - WARSAWA/SOFIA/KYIV. Raksasa energi Rusia yakni Gazprom, menyatakan telah menghentikan pasokan gas ke Bulgaria dan Polandia karena pelanggan gagal membayar gas dalam rubel. Pengaturan pembayaran gas dalam rubel merupakan respon terberat Kremlin terhadap sanksi-sanksi yang dijatuhkan oleh Barat kepada Rusia atas konflik di Ukraina.

Penghentian pasokan gas kepada pelanggan Eropa itu pertama kali terjadi sejak Moskow melancarkan invasi pada 24 Februari 2022. "Gazprom telah sepenuhnya menangguhkan pasokan gas ke Bulgargaz dan PGNiG karena tidak adanya pembayaran dalam rubel," kata Gazprom dalam sebuah pernyataan, mengacu pada perusahaan gas Polandia dan Bulgaria, Rabu (27/4).

PGNiG milik Negara Polandia mengonfirmasi pasokannya dari Gazprom telah dipotong. Namun perusahaan tersebut mengatakan masih memasok kliennya sendiri sesuai kebutuhan.

Ini Artikel Spesial

Segera berlangganan sekarang untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap.

ATAU

Baca Juga: Wah, Susul Presdir, Satu Komisaris dan Direktur TUGU Juga Mundur dari Jabatannya

PGNiG mengatakan pemotongan pasokan gas adalah pelanggaran kontrak. "PGNiG berhak untuk meminta kompensasi dan akan menggunakan semua cara kontrak dan hukum yang tersedia untuk melakukannya," kata perusahaan itu.

Baik Polandia maupun Bulgaria merupakan anggota NATO dan Uni Eropa. Sebelumnya, kedua negara telah mengatakan Rusia akan berhenti memasok gas kepada mereka pada Hari Rabu.

Pasokan gas dari Gazprom mencakup sekitar 50% terhadap konsumsi Polandia. Polandia mengatakan tidak perlu menarik cadangan dan penyimpanan gasnya yang sudah 76% penuh.

Baca Juga: Penjualan Baterai ke Tesla Naik, Penurunan Laba LGES Tidak Serendah Perkiraan

Direktur Eksekutif Bulgartransgaz yang merupakan operator jaringan gas Bulgaria, mengatakan kepada Reuters bahwa pasokan ke Bulgaria masih mengalir. Hungaria dan Austria juga mengatakan pasokan gas normal.

Ekspor energi Rusia sebagian besar terus berlanjut sejak perang dimulai di Ukraina. Kecuali, sanksi-sanksi yang telah memutus Moskow dari sebagian besar perdagangannya dengan Barat.

Moskow telah menuntut agar Negara-negara Eropa membayar gas dalam rubel. Pembeli mengatakan tuntutan Moskow melanggar kontrak yang meminta pembayaran dalam euro. 

Ukraina menuduh Rusia memeras Eropa atas energi dalam upaya untuk menghancurkan sekutunya saat pertempuran memasuki bulan ketiga. "Rusia berusaha menghancurkan persatuan sekutu kami," kata Andriy Yermak, Kepala Staf Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.

Bulgaria yang hampir sepenuhnya bergantung pada impor gas Rusia, mengatakan skema pembayaran baru yang diusulkan Moskow melanggar pengaturannya dengan Gazprom. Mereka telah mengadakan pembicaraan untuk mengimpor gas alam cair melalui negara tetangga yakni Turki dan Yunani.

Dapat keuntungan di Timur

 

Sejak pasukan invasi Rusia dipukul mundur daro pinggiran Kyiv bulan lalu, Moskow telah memfokuskan kembali operasi di Ukraina bagian timur. Rusia memulai serangan baru dari beberapa arah untuk sepenuhnya merebut dua provinsi yang dikenal sebagai Donbas.

Baca Juga: Korea Utara Unjuk Gigi Lagi, Kim Jong Un Janji Percepat Pengembangan Senjata Nuklir

Staf umum Ukraina mengakui bahwa Rusia telah memperoleh keuntungan di sejumlah wilayah di bagian timur. Rusia merebut pinggiran Kota Velyka Komyshuvakha dan Zavody di satu sisi serta pemukiman Zarichne dan Novoshtokivske di Wilayah Donetsk.

Serangan terhadap Azovstal terus berlanjut. Azovstal adalah sebuah pabrik baja di mana para pembela Ukraina bertahan di reruntuhan Pelabuhan Mariupol.

Sementara di selatan, Ukraina mengatakan telah menyerang Pulau Ular yakni pos terdepan Laut Hitam yang telah direbut oleh Rusia pada awal perang. Kala itu, para pembela menjadi pahlawan bagi Ukraina karena menolak permintaan Rusia untuk menyerah dengan kata-kata kotor.

Baca Juga: Lockdown China Bisa Menyulut Laju Inflasi RI

Ukraina mengatakan Rusia sedang mencoba untuk mengatur referendum palsu di Kherson untuk mencoba mencabut kota itu dari Ukraina. Sejauh ini, Kherson merupakan satu-satunya ibu kota regional yang telah direbut.

Ada juga kekhawatiran yang meningkat atas prospek meluasnya konflik ke negara tetangga Moldova. Para separatis pro-Rusia di wilayah kecil yang diduduki sejak 1990-an oleh pasukan Rusia, telah melaporkan beberapa ledakan dalam beberapa hari terakhir.

Invasi ke Ukraina telah menyebabkan ribuan orang tewas atau terluka dan kota-kota menjadi puing-puing. Kondisi tersebut memaksa lebih dari 5 juta orang mengungsi ke luar negeri.

Moskow menyebut tindakannya sebagai operasi khusus untuk melucuti senjata dan melindungi Ukraina dari fasis. Sementara Ukraina dan Barat menyebut tindakan itu sebagai dalih untuk perang tak beralasan untuk merebut wilayah.

Amerika Serikat dan sekutunya semakin banyak memasok senjata berat ke Ukraina untuk pertempuran di timur. Lebih dari 40 negara telah bertemu di pangkalan udara AS di Jerman pada Hari Selasa dengan tujuan membahas pertahanan Ukraina. Jerman mengumumkan pengiriman pertama senjata berat ke Ukraina, termasuk tank ringan Gepard yang dilengkapi dengan senjata anti-pesawat.

Gudang amunisi terbakar

 

Menurut pihak berwenang, ledakan terdengar pada dini Hari Rabu (27/4) di tiga provinsi Rusia yang berbatasan dengan Ukraina dan gudang amunisi di provinsi Belgorod terbakar. Gubernur regional mengatakan kobaran api di dekat Desa Staraya Nelidovka telah dipadamkan dan tidak ada warga sipil yang terluka.

Baca Juga: Turunkan Harga atau Ekspor Terus Ditutup

Bulan ini Rusia menuduh Ukraina menyerang depot bahan bakar di Belgorod dengan helikopter dan menembaki beberapa desa di provinsi tersebut. Kebakaran besar juga terjadi minggu ini di depot bahan bakar di dekat Bryansk. Ukraina tidak mengonfirmasi tanggung jawab atas insiden yang dilaporkan di wilayah Rusia.

Intelijen militer Inggris mengatakan Ukraina mempertahankan kendali atas sebagian besar wilayah udaranya. Sementara Rusia telah gagal secara efektif menghancurkan angkatan udara atau pertahanan udara Ukraina.

Editor: Anastasia Lilin Yuliantina