Timah (TINS) Kian Untung Berkat Tambang di Laut

Kamis, 28 Juli 2022 | 04:20 WIB
Timah (TINS) Kian Untung Berkat Tambang di Laut
[]
Reporter: Nur Qolbi | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Indonesia akan melarang ekspor bijih timah mulai tahun depan. Ini dilakukan untuk mendorong hilirisasi timah, demi meningkatkan nilai tambah.

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Desy Israhyanti mengatakan, dampak pelarangan ekspor timah akan terasa secara global. Ini karena pasokan timah dari Indonesia memenuhi sekitar 40% suplai timah global.

Bagi PT Timah Tbk (TINS), langkah pemerintah mendorong hilirisasi timah tersebut memberi dampak baik. Program hilirisasi ini akan melebarkan peluang bisnis TINS dalam menjual produk bernilai tambah. Apalagi, porsi ekspor sejauh ini mendominasi penjualan TINS, yakni 90%. 

Ke depan, produk hilirisasi timah yang akan dikembangkan mencakup tin plat, tin solder dan tin chemical. Tapi risiko resesi melemahkan permintaan komoditas, termasuk timah. Ini jadi sentimen negatif yang membayangi TINS. 

Baca Juga: Simak Prospek dan Rekomendasi Saham TINS di Tengah Larangan Ekspor

Asal tahu saja, harga timah sempat mencapai puncak pada Maret 2022 lalu. Kini harga timah merosot 49%. 

Mengendalikan biaya

Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan dalam risetnya menuliskan, pertumbuhan kinerja TINS yang kuat akan berlanjut tahun ini. "TINS menjalankan tata kelola penambangan timah dengan baik dan mengendalikan biaya produksi," ujar dia.

Perusahaan tambang milik negara ini juga berencana meningkatkan kontribusi bijih timah dari segmen laut, karena segmen darat menuntut biaya lebih tinggi. Pada kuartal IV-2021, biaya penambangan bijih timah di darat mencapai US$ 22.418 per ton, sedangkan di laut US$ 19.101 per ton.

Secara historis, produksi bijih timah di darat pada 2018-2020 berkontribusi sekitar 70%-80% dari total produksi bijih timah TINS. Tapi pada 2021, kontribusi produksi di darat berkurang jadi 50%. 

Hingga Februari 2022, produksi bijih timah dari laut berkontribusi 60%. TINS berencana mempertahankan tren ini di 2022 dan seterusnya. Hasan meyakini, kontribusi produksi bijih timah laut mencapai 60% pada 2023. 

Baca Juga: Pasokan Logam Industri Tersendat, Kinerja Emiten Justru Terbantu

"Kami menurunkan perkiraan biaya tunai 3,3% menjadi US$ 24.360 per ton dan meningkatkan perkiraan laba bersih 2023 sebesar 43,2% menjadi Rp 1,08 triliun, dari prediksi sebelumnya Rp 757 miliar," tutur Hasan.

Analis KB Valbury Sekuritas Devi Harjoto juga memprediksi produksi TINS akan lebih tinggi pada semester dua tahun ini, setelah penambahan kapasitas kapal, sejalan dengan fokus TINS ke penambangan laut. Dia juga yakin produksi TINS dapat optimal dan melebihi 35.000 metrik ton pada 2023. 

"Ini dapat tercapai setelah proyek ausmelt furnace selesai dan berpotensi mendorong produksi jadi dua kali lipat," papar Devi dalam riset yang ditulis bersama Analis KB Valbury Sekuritas Alfiansyah.
TINS juga akan mendongkrak pasokan industri smelter domestik yang saat ini sedang meningkat. Produksi produk teknologi dan panel surya, diikuti menguatnya kurs dollar Amerika Serikat (AS), bisa mengangkat performa TINS.

Di sisi lain, ada faktor negatif yang bisa menekan saham TINS. Pertama, rencana pemerintah membatasi ekspor timah bisa berisiko terhadap performa TINS. Alasannya, pasar ekspor berkontribusi lebih dari 90% terhadap pendapatan TINS.

Kedua, permintaan yang lebih rendah dari perkiraan dan pengetatan moneter yang bisa membuat harga komoditas, termasuk timah, terkoreksi. Ini bisa mengganggu kinerja.

Ketiga analis menyarankan beli saham TINS. Devi memasang target di Rp 2.400. Estimasi tersebut mencerminkan PE 7,32 kali. Target harga dari Hasan dan Desy di Rp 2.100 dan Rp 2.800. Kemarin, TINS naik 0,7% ke Rp 1.435.   

Baca Juga: Menilik Prospek Saham-saham Emiten Logam Industri di Paruh Kedua 2022

 

Bagikan

Berita Terbaru

ADMR Punya Angin Segar: Aluminium Bullish dan Labanya Diproyeksi Melonjak
| Selasa, 18 November 2025 | 16:13 WIB

ADMR Punya Angin Segar: Aluminium Bullish dan Labanya Diproyeksi Melonjak

Prospek PT Alamtri Minerals Indonesia Tbk (ADMR) juga didukung smelter aluminium yang ditargetkan beroperasi pada akhir tahun 2025.

Intiland Development (DILD) Garap Proyek IKN, Begini Respon Pasar
| Selasa, 18 November 2025 | 15:31 WIB

Intiland Development (DILD) Garap Proyek IKN, Begini Respon Pasar

Masuknya DILD ke proyek IKN dianggap sebagai katalis yang kuat. IKN merupakan proyek dengan visibilitas tinggi dan menjadi prioritas pemerintah.

Astra Graphia (ASGR) Cetak Pertumbuhan Dua Digit
| Selasa, 18 November 2025 | 10:05 WIB

Astra Graphia (ASGR) Cetak Pertumbuhan Dua Digit

Dalam menjaga kelangsungan bisnis jangka panjang, perusahaan berfokus dalam penguatan fundamental bisnis yang disertai pemberian ruang eksplorasi

Indonesia Bisa Kecipratan Investasi dari Australia
| Selasa, 18 November 2025 | 09:50 WIB

Indonesia Bisa Kecipratan Investasi dari Australia

Hubungan dagang Indonesia–Australia selama ini didominasi oleh ekspor daging, gandum serta arus pelajar Indonesia ke Australia.

Hanya 4 Hari Saham CSIS Terbang Hampir 100%, Aksi Korporasi Anak Usaha Jadi Katalis
| Selasa, 18 November 2025 | 08:49 WIB

Hanya 4 Hari Saham CSIS Terbang Hampir 100%, Aksi Korporasi Anak Usaha Jadi Katalis

Secara teknikal, saham PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk (CSIS) masih berpotensi melanjutkan penguatan. 

Bisnis UMKM Belum Bisa Terangkat
| Selasa, 18 November 2025 | 08:15 WIB

Bisnis UMKM Belum Bisa Terangkat

Hal ini dipengaruhi oleh normalisasi daya beli masyarakat yang masih lesu, permintaan pasca Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan libur sekolah

Sejumlah Emiten Akan Private Placement, Simak Prospek Sahamnya
| Selasa, 18 November 2025 | 08:11 WIB

Sejumlah Emiten Akan Private Placement, Simak Prospek Sahamnya

Salah satu yang terbesar ialah PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Emiten pelat merah ini berencana menggelar private placement Rp 23,67 triliun

Mitra Keluarga (MIKA) Terus Merawat Pertumbuhan Bisnis
| Selasa, 18 November 2025 | 08:00 WIB

Mitra Keluarga (MIKA) Terus Merawat Pertumbuhan Bisnis

Pertumbuhan kinerja didukung peningkatan volume pasien swasta serta permintaan layanan medis berintensitas lebih tinggi di sejumlah rumah sakit.

Summarecon Agung (SMRA) Menyuntik Modal ke Anak Usaha Sebesar Rp 231,83 Miliar
| Selasa, 18 November 2025 | 07:46 WIB

Summarecon Agung (SMRA) Menyuntik Modal ke Anak Usaha Sebesar Rp 231,83 Miliar

SMRA melakukan transaksi afiliasi berupa penambahan modal oleh perusahaan terkendali perseroan itu pada perusahaan terkendali lain.

Integrasi Merger Berlanjut, Laba EXCL Bisa Membaik di 2026
| Selasa, 18 November 2025 | 07:33 WIB

Integrasi Merger Berlanjut, Laba EXCL Bisa Membaik di 2026

EXCL berhasil meraup pendapatan sebesar Rp 30,54 triliun. Nilai ini melonjak 20,44% secara tahunan atau year on year (yoy) dari Rp 25,36 triliun.​

INDEKS BERITA

Terpopuler