KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah bersiap mengerek impor beras lagi pada tahun ini. Pasalnya, kebutuhan dalam negeri terus meningkat, sementara produksi domestik justru terus menurun.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi memprediksi produksi beras pada tahun ini berkurang sebesar 5 juta ton. Prediksi itu seiring dengan adanya defisit produksi beras pada periode Januari-Juli 2024 yang mencapai 2,6 juta ton.
Sementara di semester II 2024 produksi beras juga diprediksi terus tergerus. "Kalau diskusi saya dengan Menteri Pertanian memproyeksikan sekitar 5 juta ton (kekurangan produksi beras). Dilihat dari grafik dan pattern di semester kedua memang agak berat produksinya," ujar dia dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR RI, Rabu (12/5).
Hanya saja, Arief belum bisa berspekulasi ihwal penambahan impor dari kuota yang telah ditetapkan yaitu 3,6 juta ton pada tahun ini. Menurut dia, Bapanas bersama Kementerian Pertanian berupaya menutup kekurangan ini dengan peningkatan produksi dalam negeri.
Adapun beberapa langkah yang sudah dilakukan antara lain penambahan alokasi pupuk subsidi dari semula 4,7 juta ton menjadi 9,5 juta ton hingga peningkatan program pompanisasi. "Sekarang saja dari 3,6 juta ton (kuota impor), kita masih pelan-pelan, baru 2 juta ton. Nanti kalau diperlukan, tapi kita usahakan (pasokan) dalam negeri. Sayang, 3 juta ton impor itu yang Rp 30 triliun (mengalir ke petani luar negeri)," ucap Arief.
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi menyebutkan, realisasi impor beras hingga telah mencapai 2 juta ton dari kuota 3,6 juta ton tahun ini. Sebagian besar beras impor tersebut didatangkan dari Vietnam, Thailand dan Pakistan. "Kami standby kalau butuh tinggal ambil," tutur dia.
Bayu menegaskan hingga saat ini belum ada rencana penambahan kuota impor. Menurut dia, pada sidang kabinet terakhir, impor tetap diangka 3,6 juta ton sesuai dengan penugasan awal tahun lalu. "Kalau cukup pengadaan dalam negeri sisanya tidak impor," jelas Bayu.