KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kontribusi pembentukan modal tetap bruto, alias investasi, terhadap pertumbuhan ekononomi Indonesia cenderung menurun belakangan ini. Per akhir kuartal I, pertumbuhan komponen ini menunjukkan penurunan.
Mengutip Badan Pusat Statistik, porsi investasi ke pertumbuhan ekonomi per akhir kuartal I-2025 hanya tumbuh 0,85% year-on-year (yoy). Angka itu lebih rendah jika dibanding pertumbuhan per kuartal IV-2024, yaitu 1,61% yoy atau kenaikan per kuartal I-2024: 1,18% yoy.
Tren itu sejalan dengan peringkat Indonesia di World Competitiveness Ranking (WCR) 2025 yang disusun oleh International Institute for Management Development (IMD). Dalam laporan pemeringkatan, peringkat daya saing Indonesia rontok 13 tingkat menjadi urutan ke-40.
Itu bukan ranking yang membanggakan mengingat total negara yang tercakup dalam WCR 2025 cuma 69 negara. Jika disandingkan dengan negara-negara yang sejenis, seperti berdasarkan lokasi, yaitu Asia Pasifik, Indonesia juga mengalami penurunan. Peringkat Indonesia tahun ini adalah 11 dari 8 di tahun sebelumnya. Sedangkan dalam kelompok negara dengan populasi lebih dari 20 juta, ranking Indonesia tahun ini adalah 16, lebih rendah urutan di 2024 yaitu 10.
Mirip dengan Ease of Doing Business, laporan pemeringkatan negara yang digarap Bank Dunia, WCR pun punya sejumlah komponen pembentuk peringkat. Nah dari banyak komponen itu, Indonesia mendapatkan rating merah di international trade dan international investment yang ada di kategori komponen economic investment.
Pertanyaan tentang rendahnya investasi di Indonesia sedikit banyak terjawab dengan hasil yang diperoleh Indonesia dalam tiga kelompok komponen pembentuk rating WCR. Dalam kategori Government Efficiency, Indonesia punya nilai jelek untuk institutional framework, business legislation dan societal framework.
Di kategori Business Efficiency, nilai Indonesia tidak memuaskan untuk productivity and efficiency serta finance. Dalam kategori Infrastructure, rating Indonesia jeblok di stechnological infrastructure, scientific infrastructure, health and enviroment serta education.
Jika dicermati, apa yang menjadi nilai minus Indonesia nyaris tak berubah dari waktu ke waktu. Artinya? Upaya memperbaiki daya saing yang pernah bergulir di negara ini tidak tuntas, dan cenderung menghilang seiring dengan pergantian kepemimpinan.