Utang Luar Negeri Indonesia Membengkak

Rabu, 16 Januari 2019 | 07:22 WIB
Utang Luar Negeri Indonesia Membengkak
[]
Reporter: Grace Olivia | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - KONTAN. Utang luar negeri Indonesia (ULN) kembali bertambah per November 2018. Bank Indonesia (BI) mencatat, total utang Indonesia baik utang pemerintah maupun swasta mencapai US$ 372,9 miliar, naik 7% secara tahunan year-on-year (yoy).

Perinciannya utang luar negeri pemerintah dan bank sentral para periode ini mencapai US$ 183,5 miliar. Khusus utang pemerintah saja mencapai US$ 180,5 miliar atau naik sebesar 4,4% (yoy).

Laju pertumbuhan utang luar negeri pemerintah tercatat lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang cuma 3,3% (yoy). Menurut bank sentral, peningkatan tersebut dipengaruhi arus masuk dana investor asing di pasar Surat Berharga Negara domestik selama November 2018.

Tak mau kalah, utang luar negeri swasta juga ikut-ikutan naik jadi US$ 189,3 miliar atau melonjak 10,1% (yoy). Laju peningkatan uang luar negeri swasta per November naik 7,7% (yoy). Faktor pendorongnya adalah pembelian surat utang korporasi oleh investor asing.

Catatan BI, utang luar negeri swasta tersebut sebagian besar dimiliki oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas, serta sektor pertambangan dan penggalian. Utang keempat sektor tersebut berkontribusi 73,9% terhadap total utang luar negeri pihak swasta. Lebih tinggi dari Oktober yang tercatat 72,9%.

Dari sisi rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di akhir November 2018 masih stabil di kisaran 34%. BI menilai, rasio tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara berkembang lainnya. Secara struktur, ULN Indonesia hingga Oktober 2018 tetap didominasi utang luar negeri jangka panjang yang memiliki pangsa 84,8% dari keseluruhan utang luar negeri.

Berfluktuasi

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual, melihat perkembangan utang luar negeri Indonesia ini akan terus mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. "Sepanjang tahun lalu juga fluktuatif, tapi terlihat trennya semakin meningkat," ujar David kepada KONTAN, Selasa (15/1)

Meski demikian, menurutnya kenaikan utang ini menunjukkan ketertarikan bank luar negeri memberi pinjaman dana ke berbagai sektor usaha di Indonesia. Jika dibandingkan dengan kondisi di periode 2010–2014, saat itu, pinjaman luar negeri banyak mengalir ke sektor komoditas.

Sedangkan untuk kondisi utang luar negeri pemerintah, faktor penyebabnya adalah terjadinya lonjakan kepemilikan asing di surat berharga negara (SBN). Data BI menunjukkan posisi utang luar negeri dari SBN naik 10,65% dari bulan sebelumnya menjadi US$ 62,81 miliar.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah meningkatkan, meski rasio utang luar negeri terhadap PDB yang sekitar 34%, masih aman, ia mewanti-wanti pemerintah agar waspada terhadap dominasi utang luar negeri ketimbang domestik. 

Saat ini suku bunga kredit di perbankan dalam negeri sedang dalam tren kenaikan. "Swasta semakin banyak utang ke luar negeri karena menguntungkan," katanya.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Sampai Akhir September 2024, Laba Bersih Summarecon Agung (SMRA) Melejit 43%
| Sabtu, 23 November 2024 | 07:19 WIB

Sampai Akhir September 2024, Laba Bersih Summarecon Agung (SMRA) Melejit 43%

Pertumbuhan laba bersih SMRA itu didongkrak melejitnya pendapatan di periode Januari-September 2024.

Pendapatan dan Laba Harita Nickel (NCKL) Melesat di Kuartal III-2024
| Sabtu, 23 November 2024 | 07:11 WIB

Pendapatan dan Laba Harita Nickel (NCKL) Melesat di Kuartal III-2024

Pendapatan dan laba bersih PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) alias Harita Nickel kompak naik di sembilan bulan 2024. 

Menguat Dalam Sepekan, IHSG Ditopang Optimisme Pasar
| Sabtu, 23 November 2024 | 07:01 WIB

Menguat Dalam Sepekan, IHSG Ditopang Optimisme Pasar

Dalam sepekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakumulasi penguatan 0,48%. Jumat (22/11), IHSG ditutup naik 0,77% ke level 7.195,56 

Insentif Pajak Lanjutan, Harapan Emiten Kendaraan Listrik
| Sabtu, 23 November 2024 | 06:54 WIB

Insentif Pajak Lanjutan, Harapan Emiten Kendaraan Listrik

Menakar efek insentif pajak lanjutan PPnBM DTP dan PPN DTP terhadap prospek kinerja emiten kendaraan listrik​.

Timah (TINS) Memacu Produksi Bijih Timah
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:45 WIB

Timah (TINS) Memacu Produksi Bijih Timah

TINS berhasil memproduksi bijih timah sebesar 15.189 ton hingga kuartal III-2024 atau naik 36% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Total Bangun Persada (TOTL) Menembus Target Kontrak Baru
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:40 WIB

Total Bangun Persada (TOTL) Menembus Target Kontrak Baru

TOTL menerima nilai kontrak baru senilai Rp4,4 triliun per Oktober 2024. Perolehan ini melampaui target awal TOTL sebesar Rp 3,5 triliun.

Mobil Baru Siap Meluncur Menjelang Akhir Tahun
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:30 WIB

Mobil Baru Siap Meluncur Menjelang Akhir Tahun

Keberadaan pameran otomotif diharapkan mampu mendorong penjualan mobil baru menjelang akhir tahun ini.

Lion Air Group Mendominasi Pasar Penerbangan di Indonesia
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:25 WIB

Lion Air Group Mendominasi Pasar Penerbangan di Indonesia

Menurut INACA, Lion Air Group menguasai 62% pasar penerbangan domestik di Indonesia, khususunya segmen LCC.

Produk Terstruktur BEI Sepi Peminat
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:20 WIB

Produk Terstruktur BEI Sepi Peminat

Masalah likuiditas membuat produk terstruktur kurang diminati. Berdasarkan data KSEI, AUM ETF sebesar Rp 14,46 triliun hingga Oktober 2024.

Mempertahankan dan Perebutan Kekuasaan
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:15 WIB

Mempertahankan dan Perebutan Kekuasaan

Rakyat harus cerdas dan kritis dalam membaca peta pertarungan politik di ajang pilkada pada saat ini.

INDEKS BERITA

Terpopuler