Vale Indonesia (INCO) Menuai Berkah Tren Kenaikan Harga Nikel

Jumat, 17 September 2021 | 06:10 WIB
Vale Indonesia (INCO) Menuai Berkah Tren Kenaikan Harga Nikel
[]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik PT HKML Battery Indonesia di Karawang New Industrial City resmi dimulai. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) sebagai produsen nikel diprediksi  akan kena efek positif dari perkembangan industri baterai.

Analis Samuel Sekuritas Dessy Lapagu menyebut, pabrik baterai listrik memang belum berdampak langsung pada kinerja INCO. Tapi, INCO mendapatkan momentum positif dari kenaikan harga nikel global seiring permintaan meningkat. "Kenaikan harga nikel global akan mendorong kenaikan pendapatan INCO secara keseluruhan," kata Dessy, Kamis (16/9). 

Manajemen INCO juga menyebut jika perkembangan industri baterai listrik tidak serta-merta membuat INCO tancap gas masuk bisnis downstream.  INCO lebih memilih berfokus memproduksi limonit, bijih nikel berkadar rendah sebagai komponen utama baterai listrik setelah melalui proses high pressure acid leaching (HAPL).

Baca Juga: PLN jamin pasokan listrik untuk industri baterai mobil listrik

Tahun ini, Dessy melihat kinerja INCO ditopang tren positif harga nikel. Prediksinya, harga rata-rata nikel berada di kisaran US$ 18.200-US$ 18.800 per ton.
Sementara volume penjualan nikel INCO tahun ini, kata Dessy, diperkirakan 64.400 ton, naik 23,6% yoy di tahun 2022 menjadi 79.700 ton. Hingga semester I-2021, produksi nikel INCO nikel 30.246 ton, setara 47,3% target tahun ini.

Head of Research RHB Sekuritas Andrey Wijaya sepakat bahwa harga nikel masih tetap tinggi hingga akhir tahun ini. Menurut dia, sentimen utama menjaga harga nikel adalah berkurangnya invetory nikel saat permintaan naik.

Andrey bilang, saat ini permintaan nikel naik lantaran bisnis stainless steel pulih kembali. Di sisi lain, pasokan nikel Rusia justru berkurang karena masalah produksi.

"Hal ini akan menjaga harga nikel tetap tinggi sampai akhir 2021 dan proyeksi kami harga nikel tahun ini US$ 18.500 per ton. Tingginya harga nikel ini akan menjadi bemper bagi INCO secara produksi akan jauh lebih rendah," jelas Andrey, Kamis (16/9).

Produksi turun

Pada semester I-2021, produksi nikel matte INCO hanya 30.246 ton atau turun 17% secara year on year. Andrey menyebut, penurunan ini sudah seiring perbaikan salah satu electric furnace milik INCO. Angka tersebut baru memenuhi 47% dari guidance manajemen pada tahun ini sebesar 64.000 ton.

Baca Juga: Pabrik baterai listrik mulai dibangun, saham INCO akan ikut ketiban berkah

Andrey memasang target konservatif produksi INCO pada tahun ini yakni 61.000 ton. Dia memproyeksikan asumsi ASP INCO pada tahun ini US$ 14.750 per ton naik 37% secara yoy.

Analis Mirae Asset Sekuritas Juan Oktavianus dalam riset pada 30 Agustus mengatakan, dampak rendahnya produksi INCO pada semester I-2021 sudah price-in terhadap harga saham saat ini. Ia ekspektasi kinerja INCO akan mencatatkan perbaikan pada paruh kedua tahun ini dan produksi mulai pulih. Juan memproyeksikan, total produksi INCO pada tahun ini hanya mencapai 62.000 ton.

Secara jangka panjang, Juan memandang positif langkah bisnis INCO yang sedang berupaya meningkatkan porsi ekspor tercermin dari pengembangan smelter di Bahodopi dan Pomala. 

Di smelter Bahadopi, INCO akan membangun delapan rotary kiln-electric furnace yang diproyeksikan memproduksi 73.000 TNi per tahun. 
Sementara di Pomala, INCO sedang proses pembangunan HPAL. Smelter ini memproduksi mix sulphide precipitate (MSP) yang menjadi bahan baku baterai. 

Tahun ini, Andrey memproyeksikan pendapatan INCO US$ 886 juta dengan laba bersih US$ 141 juta. Sementara Juan memperkirakan pendapatan INCO US$ 885 juta dengan laba US$ 128 juta.

Andrey dan Juan merekomendasikan beli dengan target harga masing-masing Rp 6.200 dan Rp 6.400 per saham. Dessy juga menyarankan beli dengan target Rp 6.700.   

Baca Juga: Proyek pembangunan baterai listrik dimulai, ini rekomendasi saham ANTM dan INCO    

Bagikan

Berita Terbaru

Prospek RMK Energy (RMKE) Cerah Meski Harga Batubara Terpuruk
| Selasa, 30 Desember 2025 | 15:00 WIB

Prospek RMK Energy (RMKE) Cerah Meski Harga Batubara Terpuruk

Menurut analis, model bisnis RMKE memiliki keunggulan, terutama dari sisi efektifitas biaya, keselamatan, kepatuhan regulasi, dan biaya.

MLBI Jaga Kinerja di Momen Penting Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
| Selasa, 30 Desember 2025 | 13:00 WIB

MLBI Jaga Kinerja di Momen Penting Natal 2025 dan Tahun Baru 2026

Manajemen MLBI memastikan, merek-merek mereka berada dalam posisi yang kuat dan tersedia untuk memenuhi permintaan konsumen.

Prospek Minyak Dunia 2026 Masih Tertekan, Surplus Pasokan Jadi Tema Utama
| Selasa, 30 Desember 2025 | 11:00 WIB

Prospek Minyak Dunia 2026 Masih Tertekan, Surplus Pasokan Jadi Tema Utama

Goldman Sachs dalam risetnya menilai pasar minyak global masih akan berada dalam kondisi kelebihan pasokan pada 2026.

Richer Versus Faster Richer : Perhitungan Kalkulus di Balik Investasi
| Selasa, 30 Desember 2025 | 09:22 WIB

Richer Versus Faster Richer : Perhitungan Kalkulus di Balik Investasi

Di masa lalu, kekayaan ratusan miliar dolar Amerika Serikat (AS) terdengar mustahil. Hari ini, angka-angka itu menjadi berita rutin. 

Menavigasi Jalan Terjal Ekonomi Global 2026
| Selasa, 30 Desember 2025 | 07:12 WIB

Menavigasi Jalan Terjal Ekonomi Global 2026

Di sejumlah negara dengan pendekatan populis yang kuat, peran pemerintah melalui jalur fiskal begitu kuat, mengalahkan peran ekonomi swasta.

Bayar Tagihan Ekologis
| Selasa, 30 Desember 2025 | 07:02 WIB

Bayar Tagihan Ekologis

Penerapan kebijakan keberlanjutan di sektor perkebunan dan pertambangan tak cukup bersifat sukarela (voluntary compliance).

Mengejar Investasi untuk Mencapai Target Lifting
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:06 WIB

Mengejar Investasi untuk Mencapai Target Lifting

ESDM mencatat, realisasi lifting minyak hingga akhir November 2025 berada di kisaran 610.000 bph, naik dari capaian 2024 yang sekitar 580.000 bph.

Laju Saham Properti Masih Bisa Mendaki
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:05 WIB

Laju Saham Properti Masih Bisa Mendaki

Di sepanjang tahun 2025, kinerja saham emiten properti terus melaju. Alhasil, indeks saham emiten properti ikut terdongkrak.

Beragam Tantangan Mengadang Emas Hitam di Tahun Depan
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:01 WIB

Beragam Tantangan Mengadang Emas Hitam di Tahun Depan

Sektor mineral dan batubara turut menopang anggaran negara melalui setoran penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

Prodia Widyahusada (PRDA) akan Ekspansi Jaringan ke Asia Tenggara
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:00 WIB

Prodia Widyahusada (PRDA) akan Ekspansi Jaringan ke Asia Tenggara

Fokus utama PRDA diarahkan pada pengembangan layanan kesehatan masa depan, terutama di bidang terapi regeneratif 

INDEKS BERITA

Terpopuler