KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah santa claus rally, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat naik 0,73% pada Desember 2021. Memasuki bulan pertama tahun 2022, pelaku pasar mulai mencermati potensi terjadinya tren musiman January effect.
Infovesta Utama menyebut fenomena tersebut akan membantu kenaikan harga saham, seiring optimisme awal tahun. Ini didukung banyaknya pembelian saham yang sudah dijual akhir tahun lalu dan alokasi investasi bonus akhir tahun.
Hanya saja, January effect tidak terjadi tiap tahun. Dua tahun terakhir, IHSG justru turun di Januari. Pada Januari 2021 IHSG turun 1,95% dan turun 5,71% di Januari 2020. Tapi, pada Januari 2018, IHSG naik 3,93%. IHSG juga naik 5,46% di Januari 2019.
Baca Juga: Saham-Saham yang Banyak Dikoleksi Asing di Awal Pekan Kedua Januari 2022
Analis Infovesta Utama menyebut, kenaikan kasus Covid-19 varian Omicron yang terjadi di berbagai negara di dunia, termasuk di dalam negeri, menambah kekhawatiran sentimen musiman tersebut berpotensi tidak terjadi tahun ini. "Walau demikian, ekonomi berangsur pulih, otoritas pembuat kebijakan yang prudent dan varian omicron yang cukup mild, tetap memberi harapan terhadap terjadinya January effect di 2022,” tulis Infovesta Utama dalam riset.
January effect berpotensi terjadi pada indeks-indeks acuan seperti LQ45, dan IDX30. Ini tentu saja menguntungkan bagi investor, karena dapat berinvestasi pada indeks tersebut dengan membeli reksadana indeks maupun produk Exchange Traded Fund (ETF).
Infovesta Utama menilai, di tengah pergerakan sektor saham yang fluktuatif dan dapat mengalami rotasi secara cepat pada tahun ini, investasi reksadana indeks maupun ETF yang langsung meniru kinerja indeks dapat menjadi alternatif menarik bagi para investor.
Baca Juga: Asing Banyak Menjual Saham-Saham Ini pada Perdagangan Senin (10/1)