KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Apakah saat ini Anda masih berharap nilai tukar rupiah bisa menguat lagi ke level Rp 14.000-an atau Rp 15.000-an per dollar Amerika Serikat (AS)? Kalau iya, sebaiknya kubur harapan itu.
Kenapa?
La, gimana, yah? Menteri Keuangan (Menkeu) saja memasang asumsi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tahun 2026 sebesar Rp 16.500 hingga Rp 16.900 per dollar AS. Sebagai pembanding, saat tajuk ini ditulis, rupiah di pasar spot masih diperdagangkan pada kisaran harga Rp 16.410 per dolar AS. Artinya, pemerintah berasumsi nilai tukar rupiah tahun depan akan lebih lemah dibanding saat ini.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah menyampaikan asumsi dasar ekonomi makro yang menjadi dasar dalam penyusunan Rancangan APBN 2026 di depan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam Rapat Paripurna DPR ke-18 Masa Persidangan III 2024—2025, Selasa (20/5/2025).
Nah, coba bayangkan, Menkeu saja berasumsi rupiah akan semakin lemah pada 2026 nanti, masa kita yang masyarakat biasa berani berharap sebaliknya?
Kira-kira apa efek tersiarnya asumsi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tersebut?
Para orang tua yang harus membiayai studi anak yang sedang bersekolah di Amerika Serikat atau Inggris, misalnya, mungkin akan bersiap-siap menambah tabungan valas mereka. Dengan begitu pada saat asumsi pelemahan rupiah benar-benar terjadi kelak, mereka tidak lagi terpapar rugi kurs.
Demikian pula dengan para importir barang. Bagi mereka lebih aman menyimpan dollar AS, dong, ketimbang menimbun rupiah untuk modal berbelanja kelak.
Sikap para pengelola pabrik yang membutuhkan bahan baku atau barang modal juga akan serupa. Mereka bakal meminimalkan risiko rugi kurs dengan mengumpulkan dollar AS dari sekarang.
Belum lagi para spekulan valas yang tega bertaruh nasib mata uang negeri sendiri. Apa iya mereka bakal pasang posisi sell USD/IDR berlama-lama?
Ah, tapi asumsi belum tentu terwujud, kan?
Sayangnya, selama beberapa tahun ini asumsi nilai tukar rupiah yang disusun pemerintah selalu terwujud, malah kenyataannya kurs lebih lemah dari asumsi.
Itu bisa terjadi mungkin saking pinternya para ahli hitung asumsi. Atau, selama ini asumsi makro rupiah dianggap kibaran bendera start berburu dollar AS.