Wake Up Call: Investor Bertanya, Lo Kheng Hong Menjawab Bagian 7

Senin, 01 Agustus 2022 | 07:55 WIB
Wake Up Call: Investor Bertanya, Lo Kheng Hong Menjawab Bagian 7
[]
Lukas Setia Atmaja | IG: lukas_setiaatmaja; www.hungrystock.com

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nama Lo Kheng Hong (LKH) sudah tidak asing lagi di pasar saham dalam negeri. Lantaran dikenal mumpuni dalam berinvestasi saham, banyak orang penasaran dengan gaya investasi pria ini.

Artikel ini berisi tanya jawab dengan Lo Kheng Hong sekitar topik seni berinvestasi saham dengan gaya value investing. Sebagian pertanyaan berasal dari investor saham yang menjadi peserta webinar-webinar yang diadakan penulis.

Pembaca yang tertarik mempelajari filosofi dan strategi investasi Lo Kheng Hong bisa membaca buku berjudul “Lo Kheng Hong - Orang Miskin Yang Triliuner di Bursa Efek Indonesia” karya terbaru penulis.

Investor: Saya sering dengar Pak Lo menyanyi memuji Tuhan, sambil main gitar, dan membuat pernyataan “Begitu besar berkat Tuhan di hidup saya.” Menurut Pak Lo bagaimana peran Tuhan dalam kesuksesan hidup Bapak?

LKH: Menurut saya keberhasilan saya itu semuanya adalah berkat dari Tuhan. Berkat Tuhan itu begitu besar dalam hidup saya. Berkat Tuhan itu begitu ajaib dalam hidup saya. Apa yang saya tidak pernah pikirkan, itu yang Tuhan berikan bagi saya.

Saya nggak pernah terpikir kalau saya punya uang sampai trilliunan, nggak pernah terpikir oleh saya. Karena saya pernah mengalami bekerja di bank 11 tahun, jadi pegawai tata usaha dan tidak pernah naik pangkat. Jadi betul-betul berkat Tuhan yang ajaib dalam hidup saya. Makanya setiap hari seperti Pak Lukas dengar, saya sering mengambil gitar saya lalu menyanyi memuji Tuhan. Bahwa berkat Tuhan itu begitu besar dalam hidup saya, begitu ajaib.

Baca Juga: Jerry Ng Jadi Pengendali BFIN, Lo Kheng Rajin Borong CFIN, Saham Apa Paling Menarik?

Investor: Bagaimana pendapat Bapak tentang ORI (Obligasi Negara Ritel) sebagai alternatif investasi?

LKH: ORI itu bunganya kecil. Memang aman karena negara yang menerbitkan. Tapi saya orangnya suka tidak puas dengan bunga yang kecil itu. Jadi saya menaruh uang saya bukan pada obligasi (surat utang) negara, negara ya sudah pasti aman. Saya pilih taruh di instrumen investasi yang lebih berisiko.

Investor: Bagaimana pendapat Bapak tentang ORI (Obligasi Negara Ritel) sebagai alternatif investasi?

LKH: ORI itu bunganya kecil. Memang aman karena negara yang menerbitkan. Tapi saya orangnya suka tidak puas dengan bunga yang kecil itu. Jadi saya menaruh uang saya bukan pada obligasi (surat utang) negara, negara ya sudah pasti aman. Saya pilih taruh di instrumen investasi yang lebih berisiko.

Saya misalnya, pernah membeli MTN (medium term note - surat utang jangka menengah yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang membutuhkan dana pembiayaan) yang diterbitkan oleh PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk, perusahaan swasta. Tentu bunganya lebih besar dari ORI, sekitar 10,25% waktu itu, mungkin sekarang lebih tinggi. Ada juga MTN-nya yang menawarkan bunga 11%.

Saya lebih berani mengambil risiko untuk mendapat bunga yang 11% karena saya tahu Indah Kiat adalah perusahaan besar, pemiliknya adalah orang terkaya nomor dua di Indonesia, bukan orang yang keliatan kaya, tapi benar-benar kaya. Jadi uang saya pun aman kalau dipinjam oleh perusahaan yang dimiliki orang yang terkaya nomor dua di Indonesia.

Baca Juga: Wake Up Call: Investor Bertanya, Lo Kheng Hong Menjawab Bagian 6

Investor: (Pertanyaan ini diajukan di tahun 2021, sebelum LKH melepas seluruh saham MBSS miliknya). PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS) dalam empat tahun terakhir sering merugi, kenapa Pak Lo tertarik membeli saham ini?

LKH: Ini perusahaan selama empat tahun rugi terus, saya juga nggak menyangka bisa rugi empat tahun seperti ini, kan?

Terus terang saya membeli saham ini di sekitar harga Rp 300. Kenapa saya beli? Kalau kita tanya ke Google, PT Indika Energy Tbk (INDY) membeli PT Petrosea Tbk di harga berapa? Google akan menjawab Indika beli 51% saham MBSS di harga Rp1.630! Terus harga sahamnya turun ke Rp 300, apa salah kalau saya beli saham tersebut di Rp 300 alias ada diskon 80% dari harga pembelian Indika Energy?

Saya membeli MBSS dengan harga diskon tetapi ternyata saya kurang beruntung. Perusahaan ini rugi terus karena beban penyusutannya besar. Kalau kita beli mobil kan ada beban penyusutan atau depresiasi. Ternyata beli kapal juga ada beban penyusutan yang besar. Secara operasional mungkin MBSS tidak rugi. Rugi itu hanya karena ada beban penyusutan besar yang sifatnya non-cash.

Baca Juga: Wake Up Call: Inflasi Meredam Optimisme Investor

Investor: (Pertanyaan ini diajukan di tahun 2021): Pengertian saham murah itu apa ya Pak? Apakah menggunakan PE ratio atau PBV?. Misal PBV saham Bank BCA jauh lebih tinggi dari PBV saham Bank BNI, kalau Pak Lo sekarang mau investasi, Bapak pilih saham yang mana?

LKH: Saya mengukur murah atau mahalnya sebuah saham menggunakan metoda yang paling sederhana, yaitu price to book ratio (PBV) dan price earnings ratio (PER). Ini cara paling sederhana, paling gampang, sehingga mungkin bisa dipakai orang awam, bahkan anak-anak lulusan Sekolah Dasar.

Kalau kita lihat saham Bank BCA saat ini diperdagangkan di harga 4,7 kali price-to-book, sedangkan saham Bank Mandiri diperdagangkan di 1,7 kali. Lalu saham Bank BRI diperdagangkan di sekitar 2,9 kali. Kalau disuruh pilih, saya tidak akan pilih saham Bank Mandiri, Bank BRI atau Bank BCA. Saya akan pilih saham Bank BNI.

Kenapa? Karena price-to-book ratio saham Bank BNI lebih rendah, hanya 1 kali. Padahal Bank BNI juga perusahaan yang besar, bank yang besar. Ini sekadar contoh saja.

Investor: Berapa lama biasanya Pak Lo menghabiskan waktu untuk menganalisis laporan keuangan sebuah perusahaan sampai akhirnya memutuskan untuk membeli?

LKH: Karena sudah mengikuti perusahaan tersebut selama 30 tahun, dan setiap hari saya sudah membaca laporan keuangannya, jadi analisa yang saya lakukan juga sederhana, hanya melihat price earnings ratio, hanya melihat nilai buku, lalu lihat labanya. Jadi hanya butuh waktu sebentar karena sudah dipelajari lama.

Bagikan

Berita Terbaru

Pasar Modal Indonesia 2025 Didominasi Investor Muda dan Ritel
| Rabu, 31 Desember 2025 | 20:14 WIB

Pasar Modal Indonesia 2025 Didominasi Investor Muda dan Ritel

Hingga 24 Desember 2025, KSEI mencatat jumlah investor pasar modal telah menembus 20,32 juta Single Investor Identification (SID).

Produsen Menahan Diri, Konsumen Mulai Optimistis: Gambaran Ekonomi 2025
| Rabu, 31 Desember 2025 | 19:01 WIB

Produsen Menahan Diri, Konsumen Mulai Optimistis: Gambaran Ekonomi 2025

Ekonomi Indonesia menunjukkan dua wajah yang berbeda. Produsen mulai bersikap lebih hati-hati saat keyakinan konsumen mulai membaik.

IHSG Menguat 22,13%, Asing Net Sell Rp 17,34 Triliun Pada 2025, Prospek 2026 Membaik
| Rabu, 31 Desember 2025 | 17:27 WIB

IHSG Menguat 22,13%, Asing Net Sell Rp 17,34 Triliun Pada 2025, Prospek 2026 Membaik

IHSG menguat 22,13% di 2025, ditutup 8.646,94, didorong investor lokal. Asing net sell Rp 17,34 triliun.

Saham ESSA Terkoreksi ke Area Support, Simak Prospek ke Depan
| Rabu, 31 Desember 2025 | 15:00 WIB

Saham ESSA Terkoreksi ke Area Support, Simak Prospek ke Depan

ESSA mulai menunjukkan sinyal yang semakin konstruktif dan menarik bagi investor dengan profil risiko lebih agresif.

2025, Kesepakatan Merger Akuisisi Sektor Keuangan Indonesia Capai Rp 9,21 triliun
| Rabu, 31 Desember 2025 | 14:05 WIB

2025, Kesepakatan Merger Akuisisi Sektor Keuangan Indonesia Capai Rp 9,21 triliun

Kesepakatan merger dan akuisisi di sektor keuangan melesat 56,3% secara tahunan, di saat total aktivitas merger dan akuisisi turun

Saham-Saham Paling Cuan dan Paling Jeblok Saat IHSG Naik 22% pada 2025
| Rabu, 31 Desember 2025 | 13:50 WIB

Saham-Saham Paling Cuan dan Paling Jeblok Saat IHSG Naik 22% pada 2025

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 22,13% sepanjang tahun 2025. IHSG ditutup pada level 8.646,94 pada perdagangan terakhir.

Nilai Kesepakatan Merger dan Akuisisi di Indonesia Merosot 72,1% di 2025
| Rabu, 31 Desember 2025 | 13:01 WIB

Nilai Kesepakatan Merger dan Akuisisi di Indonesia Merosot 72,1% di 2025

Nilai kesepakatan merger dan akuisisi yang terjadi sepanjang 2025 mencapai US$ 5,3 miliar, atau setara sekitar Rp 88,46 triliun

Berhasil Breakout Resistance, Yuk Intip Prospek Saham Humpuss Maritim (HUMI)
| Rabu, 31 Desember 2025 | 13:00 WIB

Berhasil Breakout Resistance, Yuk Intip Prospek Saham Humpuss Maritim (HUMI)

Kombinasi pola pergerakan harga, indikator teknikal, serta strategi manajemen risiko menjadi faktor kunci yang kini diperhatikan pelaku pasar.

Pendapatan Ritel Diproyeksi Tumbuh 8,7% di Tahun 2026
| Rabu, 31 Desember 2025 | 11:00 WIB

Pendapatan Ritel Diproyeksi Tumbuh 8,7% di Tahun 2026

Fokus pemerintah pada belanja sosial, program gizi, serta stabilisasi harga kebutuhan pokok diyakini dapat memperbaiki likuiditas masyarakat.

Perketat Peredaran Minuman Beralkohol
| Rabu, 31 Desember 2025 | 09:01 WIB

Perketat Peredaran Minuman Beralkohol

Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 89 Tahun 2025                   

INDEKS BERITA

Terpopuler