Wake Up Call: Strategi Memproteksi Portofolio dari Kejatuhan Pasar

Senin, 27 Februari 2023 | 07:00 WIB
Wake Up Call: Strategi Memproteksi Portofolio dari Kejatuhan Pasar
[]
Parto Kawito | Direktur PT Infovesta Utama

KONTAN.CO.ID - 

Pasar saham terkenal akan volatilitasnya. Bila mengamati fluktuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak 2001 hingga kini, IHSG pernah mengalami kejatuhan tertinggi (maximum drawdown) sebesar 60,73 di tahun 2008. Indeks LQ45 juga anjlok 66,45% di tahun yang sama.

Saham berkapitalisasi pasar besar dan likuid pun tidak lepas dari gejolak harga. Lalu, bagaimana memitigasi risiko investasi di saham?

Untuk menghindari kerugian masif yang membuat jantung berdegup kencang dan bikin susah tidur, ada beberapa strategi. Nasehat yang paling mudah adalah "Sell until your sleeping point". Artinya, jual saham tersebut hingga titik tidur Anda.

Tidak ada saham yang harganya lebih mahal dari jantung dan kenyamanan tidur alias kesehatan Anda, kan? Memang gampang diucapkan, namun pelaksanaannya sangat sulit.

Nasehat yang lebih kongkret diutarakan oleh William J. O’Neil dalam bukunya The Successful Investor. Beliau menyodorkan strategi 3-to-1 profit vs loss ratio.

Gamblangnya, investor wajib menerapkan cutloss di angka tertentu sesuai profil risikonya. Angka yang disarankan adalah maksimal -7% atau -8% dan mempertimbangkan menjual saham setelah naik 20%-25%.

Dengan menjaga strategi 3-to-1 profit vs loss ratio, investor boleh betul dengan probabilitas hanya 30% saat membeli saham dan salah dengan probabilitas 70%, tanpa menderita kesulitan serius. Biar lebih jelas, tengok ilustrasi pada tabel di bawah.

Transaksi 1

 

Anda beli 10.000 saham di Rp 500 per saham

        5.000.000

…tapi saham turun 7%

          -350.000

…ke Rp 465 dan Anda jual. menyisakan:

        4.650.000

 

 

Transaksi 2

 

Anda beli 10.000 saham di Rp 465 per saham

        4.650.000

…tapi saham turun 7%

          -325.500

…ke Rp 432,45 dan Anda jual. menyisakan:

        4.324.500

 

 

Transaksi 3

 

Anda beli 10.000 saham di Rp 432,45 per saham

        4.324.500

…saham naik 20%

         +864.900

…ke Rp 519 dan Anda jual. menyisakan:

        5.189.400

Perhitungan di tabel sekadar ilustrasi, karena harga saham di contoh tersebut tidak sesuai fraksi harga di Bursa Efek Indonesia. Namun gambarannya, dengan satu kali betul dan dua kali salah, investor masih bisa selamat, bahkan untung sedikit.

Bila kita asumsikan biaya perantara pedagang efek (broker) rata-rata untuk transaksi beli dan transaksi jual di angka 0,25% per transaksi, maka untuk tiga transaksi beli dan jual dapat dihitung sekitar Rp 75.000, sehingga masih menyisakan sedikit profit.

Mungkin timbul pertanyaan, kenaikan saham 20%, kan, lama dan probabilitas terjadinya agak sulit di saat pasar sedang bearish. Untuk kondisi pasar yang sedang sulit atau sideways, parameter cutloss boleh dikurangi, misalnya menjadi -3% atau -5%, sehingga profit taking dilakukan 3 kalinya, alias di 9% atau 15%. Apapun yang Anda lakukan, tetaplah dengan perbandingan 3 banding 1.

Kegalauan selanjutnya adalah bagaimana bila saham yang kita cutloss di 7% kemudian malah berbalik naik? Ketika ini terjadi, mungkin Anda merasa seperti orang bodoh karena terbukti saham yang Anda beli sudah tepat dan menjualnya adalah tindakan keliru.

Tapi, apakah cutloss tindakan yang benar-benar keliru? Anda cutloss untuk mencegah kerugian yang lebih dahsyat, misalnya hingga 30% atau 40% atau lebih. Berpikirlah ini sebagai sebuah asuransi.

Misalkan Anda memiliki rumah atau mobil yang diasuransikan. Jika rumah atau mobil Anda tidak mengalami bencana, apakah Anda akan menyesali diri telah membeli asuransi? Tentu tidak.

Jadi anggaplah kerugian 7% sebagai biaya ringan daripada kehilangan 70% modal Anda, yang tentunya akan sangat sulit untuk mengembalikan ke modal semula.

Dengan strategi 3-to-1 ratio, investor bisa memperoleh profit lebih besar bila dibekali dengan pengetahuan cara memilih saham secara bijak, sehingga probabilitas benarnya meningkat jadi 50%, atau bahkan lebih.

Metode ini sangatlah sederhana namun terus terang sangat sulit menerapkannya. Dibutuhkan disiplin tinggi, terutama bagi investor individu.

Sedangkan untuk investor institusi, mungkin bisa diatasi dengan penerapan Standard Operating Procedure yang ketat, dengan eksekusi cutloss dilakukan oleh pihak berbeda dari pembeli saham, demi mengatasi bias atau subyektivitas. Selamat mencoba.

Bagikan

Berita Terbaru

Investor Asing Pandang Netral ke Perbankan Indonesia, BBCA, BMRI, & BBRI Jadi Jagoan
| Kamis, 18 September 2025 | 07:55 WIB

Investor Asing Pandang Netral ke Perbankan Indonesia, BBCA, BMRI, & BBRI Jadi Jagoan

Likuiditas simpanan dan penyaluran kredit perbankan yang berpotensi lebih rendah sepanjang tahun ini jadi catatan investor asing.

Menanti Tuah Stimulus Saat Ekonomi Masih Lemah
| Kamis, 18 September 2025 | 07:19 WIB

Menanti Tuah Stimulus Saat Ekonomi Masih Lemah

Meski berisiko, penempatan dana ini bisa jadi sentimen positif bagi saham perbankan, karena ada potensi perbaikan likuiditas dan kualitas aset.

JITEX Bidik Transaksi Rp 14,9 Triliun
| Kamis, 18 September 2025 | 07:15 WIB

JITEX Bidik Transaksi Rp 14,9 Triliun

JITEX 2025 diikuti  335 eksibitor dan 258 buyer. Tahun ini kami menghadirkan buyer internasional dari sembilan negara dan lebih banyak investor

 Pengusaha Minta Setop Impor Baki Makan Bergizi
| Kamis, 18 September 2025 | 07:12 WIB

Pengusaha Minta Setop Impor Baki Makan Bergizi

Kapasitas produksi dalam negeri dinilai mampu memenuhi kebutuhan food tray program MBG. sehingga tidak perlu impor

Progres Proyek LRT  Fase 1B Capai 69,88%
| Kamis, 18 September 2025 | 07:00 WIB

Progres Proyek LRT Fase 1B Capai 69,88%

Pada Zona 1, yakni Jl. Pemuda Rawamangun dan Jl. Pramuka Raya, progres pembangunan telah mencapai 69,06%

Penjualan Ciputra (CTRA) Bisa Terpacu Tren Bunga Layu
| Kamis, 18 September 2025 | 06:58 WIB

Penjualan Ciputra (CTRA) Bisa Terpacu Tren Bunga Layu

CTRA berada di posisi yang tepat untuk mempertahankan pertumbuhan, margin, dan mendorong nilai jangka panjang

Permintaan Tumbuh, BSDE Rajin Merilis Ruko Baru
| Kamis, 18 September 2025 | 06:57 WIB

Permintaan Tumbuh, BSDE Rajin Merilis Ruko Baru

BSDE mengantongi marketing sales ruko Rp 1,26 triliun atau berkontribusi sekitar 25% dari total pra-penjualan di semester I-2025

Suku Bunga The Fed Turun, Pelemahan Indeks Dolar AS Masih Bisa Berlanjut
| Kamis, 18 September 2025 | 06:55 WIB

Suku Bunga The Fed Turun, Pelemahan Indeks Dolar AS Masih Bisa Berlanjut

Penurunan suku bunga Federal Reserve biasanya turut menyebabkan dolar AS melemah dalam jangka pendek

Izin Ekspor Freeport Tak Diperpanjang
| Kamis, 18 September 2025 | 06:52 WIB

Izin Ekspor Freeport Tak Diperpanjang

Ekspor konsentrat tembaga telah dilarang sejak 1 Januari 2025 berdasarkan Permendag Nomor 22 Tahun 2023 junto Permendag Nomor 20 Tahun 2024.

ESDM Kirim Spesifikasi BBM Swasta ke Pertamina
| Kamis, 18 September 2025 | 06:47 WIB

ESDM Kirim Spesifikasi BBM Swasta ke Pertamina

Pertamina mengikuti arahan pemerintah terkait kerja sama pembelian BBM oleh SPBU swasta untuk mengatasi kelangkaan pasokan

INDEKS BERITA

Terpopuler