KONTAN.CO.ID - Salah satu produk pasar modal yang diperdagangkan di banyak bursa adalah opsi saham. Di bursa saham dalam negeri, opsi saham juga pernah diperdagangkan pada tahun 2004-2005 dan kemudian mati di tahun 2006. Perdagangannya empat dihidupkan lagi di tahun 2007, tetapi kembali tidur setahun kemudian. Kini opsi saham akan ditawarkan lagi dengan nama waran terstruktur. Apa itu opsi?
Opsi adalah kontrak yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli (call) atau menjual (put) sebuah aset dasar (underlying asset) pada harga tertentu, sebelum atau tepat pada tanggal yang telah disepakati.
Jika Anda memegang call untuk saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) misalnya, Anda mempunyai hak untuk membeli saham tersebut pada harga yang telah ditentukan (harga exercise), misalnya sebesar Rp 4.000, dalam tiga bulan lagi (tipe Eropa) atau selama tiga bulan ini (tipe Amerika) atau periode lain.
Opsi ini akan bernilai (in the money) jika harga saham PTBA berada di atas Rp 4.000. Namun opsi akan menjadi tidak bernilai (out of the money) jika harga saham PTBA berharga di bawah Rp 4.000 per saham.
Untuk waran terstruktur di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang akan menerbitkan atau menjual di pasar perdana, atau memegang posisi short, adalah anggota bursa. Aset dasar yang digunakan adalah saham-saham IDX30, dengan periode dua bulan hingga dua tahun, dan hanya bisa di-exercise pada saat jatuh tempo (style Eropa) dengan cash settlement, bukan dengan penyerahan aset dasar.
Opsi sejatinya adalah kontrak antara dua pihak, yaitu pihak yang membeli (long) dan pihak yang menjual (short). Mengabaikan posisi di aset dasar, dalam keadaan apa pun, keuntungan yang didapat oleh pembeli adalah kerugian bagi penjual. Befitu pula sebaliknya, kerugian yang dialami pembeli adalah keuntungan bagi penjual atau zero-sum game, istilah kerennya.
Baca Juga: Anggota Bursa Pertimbangkan Jadi Penerbit Waran Terstruktur
Jika pemegang opsi senang, maka penjual opsi akan susah dan sebaliknya, alias SMS, yaitu senang melihat lawan susah dan susah melihat lawan senang. Karena memang begitulah karakteristik sebuah permainan zero sum.
Payoff posisi long dan short berbeda. Potensi keuntungan posisi long yang merupakan potensi kerugian posisi short untuk opsi call relatif tidak terbatas. Sementara potensi keuntungan posisi short, sekaligus potensi kerugian posisi long, untuk opsi put, selalu terbatas, yaitu sebesar harga opsi yang diterimanya. Ceritanya akan berbeda jika yang bertransaksi opsi di atas memiliki aset dasarnya.
Jika penjual call PTBA di atas mempunyai saham ini, ketika harga saham PTBA naik, maka dia tidak akan terlalu bersedih. Dia akan menyerahkan saham PTBA yang ada dalam portofolionya kepada pemegang opsi yang dijualnya.
Dengan demikian, short call di sini terlindungi dan disebut covered call. Potensi keuntungan dia dari kenaikan saham PTBA yang dimilikinya menjadi terbatas, tetapi kemungkinan rugi tak terbatas dari menjual call juga hilang.
Selain untuk tujuan spekulasi, opsi pun dapat digunakan untuk tujuan hedging seperti asuransi. Jika Anda mempunyai saham PT Astra International Tbk (ASII) dan khawatir harganya turun ke bawah Rp 7.000 beberapa bulan ke depan, Anda cukup membeli opsi put dengan harga exercise sebesar Rp 7.000.
Jika harga saham ASII benar-benar merosot hingga Rp 6.000, Anda tinggal menggunakan hak ini untuk menjualnya pada harga Rp 7.000. Kondisi ini dinamakan protective put atau put yang melindungi.
Baca Juga: Pasca IPO, Estee Gold Feet Tbk (EURO) Masuk Industri Otomotif
Valuasi opsi dengan dua model utamanya, yaitu Black-Scholes (variabel kontinu) dan binomial (variabel diskrit) lebih sulit dibandingkan dengan saham, meskipun metode valuasi saham jauh lebih banyak.
Ini karena kita memerlukan lima variabel terutama untuk model Black-Scholes, pemenang nobel Ekonomi 1997, yaitu harga aset dasar (S), harga exercise (X), periode hingga jatuh tempo (t), suku bunga (r), dan volatilitas aset dasar. Repotnya, tidak semua variabel tersebuut tersedia di pasar, karena kita tidak mungkin memperoleh volatilitas aset dasar periode mendatang.
Paritas put-call
Ini baru untuk call, bagaimana dengan put? Untuk praktisnya, sebagian besar buku tidak menuliskan lagi secara eksplisit persamaan untuk nilai put ini. Meskipun demikian, nilai put akan dapat dicari dengan mudah jika harga call sudah diperoleh, dengan menggunakan persamaan yang dikenal sebagai paritas put-call.
Logika dari paritas ini adalah, jika diinginkan, payoff yang dijanjikan dari memiliki put adalah sama seperti payoff call. Masing-masing opsi ini tentunya harus dikombinasikan dengan aset lainnya.
Ilustrasinya, seorang investor yang punya saham PT Telkom Indonesia (Tbk) TLKM dan juga put saham ini dengan harga exercise Rp 4.500 akan merasa tenang dan dapat memastikan kalau portofolionya ini tidak akan pernah bernilai di bawah Rp 4.500. Jika harga saham TLKM berada di atas Rp 4.500, put tidak akan digunakan. Tetapi investor tadi akan menggunakan opsinya ini, yaitu menjual saham TLKM, jika harga TLKM di pasar lebih rendah dari level Rp 4.500 per saham.
Payoff yang persis seperti ini ternyata dapat juga dilakukan dengan memiliki call dan sejumlah uang untuk eksekusi call pada harga Rp 4.500. Besar dana yang diperlukan tidak perlu sebesar Rp 4.500, tetapi di bawah angka ini, yaitu nilai sekarangnya atau present value (PV) jika menggunakan persamaan kontinu.
Dengan memiliki uang sebesar ini dan call, portofolio investor minimal bernilai Rp 4.500 dalam bentuk kas, yaitu ketika harga TLKM di bawah Rp 4.500 dan opsi tidak digunakan. Sebaliknya, jika harga saham TLKM ada di atas Rp 4.500, maka investor akan mengeksekusi opsinya, sehingga portofolionya akan bernilai sebesar harga TLKM.
Dengan demikian, payoff dari memiliki saham TLKM dan put-nya akan selalu sama dengan payoff memegang call dan kas untuk mengeksekusinya.