Warisan Warren Buffett

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Warren Buffett, sang "Oracle of Omaha", pelan tapi pasti mulai menyerahkan tongkat estafet. Memang, belum ada konfirmasi pasti kapan dia secara resmi akan pensiun. Akan tetapi, Buffett telah mengumumkan bahwa dirinya akan mengundurkan diri sebagai CEO Berkshire Hathaway pada akhir 2025.
Kini, Buffett berusia 94 tahun. Melansir Investopedia, dia menyiapkan Howard Graham Buffett -- putra tengahnya -- untuk menduduki kursi non-executive chairman Berkshire Hathaway. Sebuah keputusan yang sekaligus menandai transisi penting dalam sejarah konglomerasi yang bernilai hampir US$ 1 triliun.
Keputusan ini bukan semata urusan keluarga, melainkan juga strategi melestarikan budaya Berkshire. Buffett sadar, yang paling berharga dari perusahaan ini bukan hanya portofolio sahamnya, tetapi juga etos kerja, disiplin investasi, dan integritas yang menjadi fondasi sejak awal. Dengan menempatkan orang yang mengenal "roh" Berkshire sejak kecil, Buffett ingin memastikan warisan nilainya tetap terjaga.
Tentu saja, langkah ini menuai pro dan kontra. Kritikus menyoroti minimnya pengalaman Howie dalam mengelola investasi besar. Namun Buffett menegaskan, tugas non-executive chairman bukanlah memilih saham atau akuisisi. Melainkan menjaga arah, kultur dan integritas perusahaan. Dalam hal itu, Howard dianggap memenuhi syarat: ia tumbuh menyaksikan langsung gaya kepemimpinan sang ayah dan terlibat lebih dari tiga dekade di dewan Berkshire.
Pelajaran penting bagi investor, termasuk di Indonesia, adalah bahwa keberhasilan jangka panjang bukan hanya soal memilih aset yang tepat, tetapi juga membangun sistem yang berkelanjutan. Regenerasi kepemimpinan, bila dilakukan dengan hati-hati, justru memperkuat fondasi perusahaan. Pelajaran lain dari Buffett adalah keberanian untuk tetap rasional di tengah euforia pasar. Pesannya, "Jangan ikut arus, belilah ketika orang lain takut." Buffett juga menunjukkan bahwa etika dan integritas tak bisa dipisahkan dari bisnis. Dalam setiap langkahnya, Buffett selalu menekankan pentingnya reputasi, kepercayaan dan tanggung jawab.
Kini, ketika Warren Buffett mendekati senja kariernya, jelas bahwa warisan terbesarnya bukan sekadar angka keuntungan, melainkan prinsip-prinsip abadi: kesabaran, integritas dan keberanian melawan arus. Dengan Howard di kursi penerus, dunia akan menunggu: apakah nilai-nilai itu tetap hidup, atau justru diuji dalam generasi baru Berkshire Hathaway.