XL Axiata (EXCL) Akan Mengurangi Utang Dollar AS

Selasa, 11 Desember 2018 | 09:02 WIB
XL Axiata (EXCL) Akan Mengurangi Utang Dollar AS
[ILUSTRASI. BTS 4G XL di Cirebon]
Reporter: Auriga Agustina | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT XL Axiata Tbk (EXCL) tengah berupaya mengurangi paparan risiko fluktuasi kurs. Perusahaan ini berniat melunasi sisa utang berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS) yang nilainya mencapai US$ 200 juta.

Emiten ini berniat membiayai kembali utang lama dengan utang baru (refinancing). Dalam waktu dekat, EXCL akan mencari pinjaman rupiah. "Akhir kuartal pertama 2019, kami menargetkan 100% utang dalam kurs rupiah," ujar Tri Wahyu Ningsih, Group Head Corporate Communication EXCL, kepada KONTAN, Senin (10/12).
 
Hingga saat ini, 30% dari total utang EXCL masih dalam bentuk dollar AS. Namun, manajemen belum bersedia merinci berapa nilai pinjaman yang diincar. Sama halnya dengan rincian bunga dan tenor pinjaman anyar itu nantinya. Alasannya, rencana ini masih dalam tahap finalisasi.
 
Namun, Tri memastikan, pinjaman anyar nanti tidak akan mengubah posisi rasio utang terhadap ekuitas atawa debt to equity ratio (DER) EXCL. Sebab, refinancing sifatnya hanya mengganti utang lama menggunakan utang baru. Mengutip RTI, posisi DER EXCL saat ini ada di level 1,78 kali.
 
Manajemen EXCL juga belum mengungkap utang mana yang bakal dibiayai ulang. Namun, berdasarkan laporan keuangan perusahaan, EXCL masih memiliki utang jangka panjang kepada Bank DBS senilai US$ 300 juta.
 
Pinjaman tersebut bakal jatuh tempo pada Maret 2019. Pada Oktober lalu, EXCL sudah lebih dulu melunasi sejumlah US$ 200 juta.
 
Wajar jika EXCL ingin mengurangi utang dollar AS. Sebab, kinerja keuangan EXCL selama sembilan bulan tahun ini tertekan oleh rugi kurs.
 
Di periode tersebut, rugi kurs EXCL lompat 23 kali lipat menjadi Rp 445,2 miliar dari sebelumnya hanya sebesar 19,59 miliar. Akibatnya, EXCL menderita rugi Rp 144,81 miliar. Padahal, di periode yang sama tahun sebelumnya, perusahaan ini membukukan laba bersih Rp 238,06 miliar.
 
Kondisi serupa juga terjadi jika dihitung secara kuartalan. Per kuartal ketiga tahun ini, rugi kurs EXCL naik 162% menjadi Rp 157,5 miliar. Sementara, kerugian tercatat sebesar Rp 63,07 miliar.
 
Kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia Alfred Nainggolan menilai, refinancing memang langkah yang paling efektif bagi EXCL untuk saat ini. Terlebih, perusahaan ini kembali merugi. "EXCL tidak punya pilihan lain kecuali refinancing karena masih mencatat rugi bersih, sehingga dari sisi operasional tidak mencukupi untuk membayar utang yang segera jatuh tempo," papar dia.

 

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.

Berlangganan

Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan

-
Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000
Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Sampai Akhir September 2024, Laba Bersih Summarecon Agung (SMRA) Melejit 43%
| Sabtu, 23 November 2024 | 07:19 WIB

Sampai Akhir September 2024, Laba Bersih Summarecon Agung (SMRA) Melejit 43%

Pertumbuhan laba bersih SMRA itu didongkrak melejitnya pendapatan di periode Januari-September 2024.

Pendapatan dan Laba Harita Nickel (NCKL) Melesat di Kuartal III-2024
| Sabtu, 23 November 2024 | 07:11 WIB

Pendapatan dan Laba Harita Nickel (NCKL) Melesat di Kuartal III-2024

Pendapatan dan laba bersih PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) alias Harita Nickel kompak naik di sembilan bulan 2024. 

Menguat Dalam Sepekan, IHSG Ditopang Optimisme Pasar
| Sabtu, 23 November 2024 | 07:01 WIB

Menguat Dalam Sepekan, IHSG Ditopang Optimisme Pasar

Dalam sepekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakumulasi penguatan 0,48%. Jumat (22/11), IHSG ditutup naik 0,77% ke level 7.195,56 

Insentif Pajak Lanjutan, Harapan Emiten Kendaraan Listrik
| Sabtu, 23 November 2024 | 06:54 WIB

Insentif Pajak Lanjutan, Harapan Emiten Kendaraan Listrik

Menakar efek insentif pajak lanjutan PPnBM DTP dan PPN DTP terhadap prospek kinerja emiten kendaraan listrik​.

Timah (TINS) Memacu Produksi Bijih Timah
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:45 WIB

Timah (TINS) Memacu Produksi Bijih Timah

TINS berhasil memproduksi bijih timah sebesar 15.189 ton hingga kuartal III-2024 atau naik 36% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Total Bangun Persada (TOTL) Menembus Target Kontrak Baru
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:40 WIB

Total Bangun Persada (TOTL) Menembus Target Kontrak Baru

TOTL menerima nilai kontrak baru senilai Rp4,4 triliun per Oktober 2024. Perolehan ini melampaui target awal TOTL sebesar Rp 3,5 triliun.

Mobil Baru Siap Meluncur Menjelang Akhir Tahun
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:30 WIB

Mobil Baru Siap Meluncur Menjelang Akhir Tahun

Keberadaan pameran otomotif diharapkan mampu mendorong penjualan mobil baru menjelang akhir tahun ini.

Lion Air Group Mendominasi Pasar Penerbangan di Indonesia
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:25 WIB

Lion Air Group Mendominasi Pasar Penerbangan di Indonesia

Menurut INACA, Lion Air Group menguasai 62% pasar penerbangan domestik di Indonesia, khususunya segmen LCC.

Produk Terstruktur BEI Sepi Peminat
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:20 WIB

Produk Terstruktur BEI Sepi Peminat

Masalah likuiditas membuat produk terstruktur kurang diminati. Berdasarkan data KSEI, AUM ETF sebesar Rp 14,46 triliun hingga Oktober 2024.

Mempertahankan dan Perebutan Kekuasaan
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:15 WIB

Mempertahankan dan Perebutan Kekuasaan

Rakyat harus cerdas dan kritis dalam membaca peta pertarungan politik di ajang pilkada pada saat ini.

INDEKS BERITA

Terpopuler