KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT XL Axiata Tbk (EXCL) tengah berupaya mengurangi paparan risiko fluktuasi kurs. Perusahaan ini berniat melunasi sisa utang berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS) yang nilainya mencapai US$ 200 juta.
Emiten ini berniat membiayai kembali utang lama dengan utang baru (refinancing). Dalam waktu dekat, EXCL akan mencari pinjaman rupiah. "Akhir kuartal pertama 2019, kami menargetkan 100% utang dalam kurs rupiah," ujar Tri Wahyu Ningsih, Group Head Corporate Communication EXCL, kepada KONTAN, Senin (10/12).
Hingga saat ini, 30% dari total utang EXCL masih dalam bentuk dollar AS. Namun, manajemen belum bersedia merinci berapa nilai pinjaman yang diincar. Sama halnya dengan rincian bunga dan tenor pinjaman anyar itu nantinya. Alasannya, rencana ini masih dalam tahap finalisasi.
Namun, Tri memastikan, pinjaman anyar nanti tidak akan mengubah posisi rasio utang terhadap ekuitas atawa debt to equity ratio (DER) EXCL. Sebab, refinancing sifatnya hanya mengganti utang lama menggunakan utang baru. Mengutip RTI, posisi DER EXCL saat ini ada di level 1,78 kali.
Manajemen EXCL juga belum mengungkap utang mana yang bakal dibiayai ulang. Namun, berdasarkan laporan keuangan perusahaan, EXCL masih memiliki utang jangka panjang kepada Bank DBS senilai US$ 300 juta.
Pinjaman tersebut bakal jatuh tempo pada Maret 2019. Pada Oktober lalu, EXCL sudah lebih dulu melunasi sejumlah US$ 200 juta.
Wajar jika EXCL ingin mengurangi utang dollar AS. Sebab, kinerja keuangan EXCL selama sembilan bulan tahun ini tertekan oleh rugi kurs.
Di periode tersebut, rugi kurs EXCL lompat 23 kali lipat menjadi Rp 445,2 miliar dari sebelumnya hanya sebesar 19,59 miliar. Akibatnya, EXCL menderita rugi Rp 144,81 miliar. Padahal, di periode yang sama tahun sebelumnya, perusahaan ini membukukan laba bersih Rp 238,06 miliar.
Kondisi serupa juga terjadi jika dihitung secara kuartalan. Per kuartal ketiga tahun ini, rugi kurs EXCL naik 162% menjadi Rp 157,5 miliar. Sementara, kerugian tercatat sebesar Rp 63,07 miliar.
Kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia Alfred Nainggolan menilai, refinancing memang langkah yang paling efektif bagi EXCL untuk saat ini. Terlebih, perusahaan ini kembali merugi. "EXCL tidak punya pilihan lain kecuali refinancing karena masih mencatat rugi bersih, sehingga dari sisi operasional tidak mencukupi untuk membayar utang yang segera jatuh tempo," papar dia.
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.