Ambisi Hilirisasi

Kamis, 16 Januari 2025 | 06:13 WIB
Ambisi Hilirisasi
[ILUSTRASI. Jurnalis KONTAN Tedy Gumilar. (Ilustrasi KONTAN/Indra Surya)]
Tedy Gumilar | Senior Editor

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pernyataan menggelitik dilontarkan Bahlil Lahadalia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sekaligus Ketua Satgas Hilirisasi itu menyebut, bank baik pelat merah ataupun swasta, harus mau membiayai proyek hilirisasi. 

Bahlil yang juga Ketua Umum Partai Golkar bilang, sebisa mungkin proyek hilirisasi tak memakai duit negara. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) lebih baik dialokasikan ke urusan seperti program Makan Bergizi Gratis, kesehatan dan infrastruktur.

Apa yang disampaikan Bahlil jadi menarik lantaran tanpa disertai kewajiban sekalipun, perbankan sejatinya sudah masuk untuk membiayai proyek hilirisasi. Tentu dengan dasar penilaian dan perhitungan masing-masing mengenai proyek apa yang bisa dikasih pinjaman serta berapa nilai kreditnya. Rasa-rasanya bankir tak perlu didikte soal bagaimana cara membiakkan duit.

Namun, jika keharusan itu berlaku untuk semua bank, dengan skema dan syarat yang dipaksakan secara sepihak, yang terjadi malah bisa mencederai kredibilitas bank itu sendiri. Bank berpotensi melanggar prinsip kehati-hatian dalam mengucurkan kredit demi memenuhi hajat pemerintah. 

Lagipula, dan ini tak kalah pentingnya, pernyataan Bahlil juga menunjukkan pemerintah tak peka dalam melihat skala prioritas kebutuhan. Dalam kondisi Indonesia seperti sekarang, perhatian, dukungan kebijakan, dan sumber daya modal mestinya dicurahkan untuk sektor-sektor usaha yang mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja.

Kebangkrutan yang berlangsung di industri tekstil dan disertai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran adalah masalah nyata di depan mata yang mestinya jadi prioritas pemerintah. Ia adalah puncak gunung es dari pengabaian bertahun-tahun panjang atas kebutuhan investasi yang lebih berkualitas dan dukungan kebijakan pemerintah yang memadai terhadap sektor usaha padat karya.

Pemerintah terlihat lebih jor-joran merayu dan menyodorkan iming-iming insentif fiskal dan non fiskal ke investor di sektor padat modal seperti hilirisasi tambang. Namun tak menunjukkan atensi dan semangat yang sama ke industri dengan penyerapan tenaga kerja besar. 

Padahal, melemahnya daya beli yang tengah dihadapi masyarakat tak lepas dari persoalan ini. Repotnya, Indonesia selama ini bergantung pada konsumsi rumah tangga sebagai motor utama pertumbuhan ekonomi. Masih mimpi bisa 8%?

Selanjutnya: Teka-teki Pagar Laut di Tangerang & Bekasi

Bagikan

Berita Terbaru

Nakhoda Danantara
| Minggu, 23 Februari 2025 | 06:10 WIB

Nakhoda Danantara

​Pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) terus menjadi sorotan publik. Kenapa?

Sektor Teknologi Naik 20% Saat IHSG Hanya Naik 2,5% Sepekan
| Minggu, 23 Februari 2025 | 06:00 WIB

Sektor Teknologi Naik 20% Saat IHSG Hanya Naik 2,5% Sepekan

Pada periode 17-21 Februari 2025, IHSG mengakumulasi kenaikan 2,48% dan ditutup pada 6.803 di perdagangan terakhir.

Mengekas Protein dari Ternak Ayam Sendiri di Belakang Rumah
| Minggu, 23 Februari 2025 | 05:35 WIB

Mengekas Protein dari Ternak Ayam Sendiri di Belakang Rumah

Tren memelihara ayam di rumah kian digemari. Proses pemeliharaan yang mudah membuat banyak orang keranjingan melakukannya

Mencari Jalan Menuju Akses Internet Rumah dan Murah
| Minggu, 23 Februari 2025 | 05:30 WIB

Mencari Jalan Menuju Akses Internet Rumah dan Murah

Pemerintah akan melelang frekuensi 1,4 GHz untuk memperluas akses internet ke rumah-rumah dengan tarif murah Rp 100.000

 
Dirut DMMX Budiasto Kusuma: Memanen Buah Manis dari Krisis
| Sabtu, 22 Februari 2025 | 10:14 WIB

Dirut DMMX Budiasto Kusuma: Memanen Buah Manis dari Krisis

Melihat portofolio dan strategi investasi Budiasto Kusuma, Direktur Utama PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) 

Produksi Stagnan, Pendapatan AALI Tahun 2024 Tumbuh 5,16%
| Sabtu, 22 Februari 2025 | 10:12 WIB

Produksi Stagnan, Pendapatan AALI Tahun 2024 Tumbuh 5,16%

Tahun lalu, AALI memang fokus melakukan penanaman kembali tanaman sawit yang telah melewati masa produktif menyebabkan produksi stagnan.

KIJA Mencetak Marketing Sales Rp 3,19 Triliun Pada Tahun 2024
| Sabtu, 22 Februari 2025 | 10:01 WIB

KIJA Mencetak Marketing Sales Rp 3,19 Triliun Pada Tahun 2024

Tahun ini, KIJA menargetkan penjualan pemasaran Rp 3,5 triliun. Sebesar Rp 1,25 triliun dari target tersebut dari Kawasan Cikarang dan lainnya.

Beban Berat Uang Pensiun di APBN
| Sabtu, 22 Februari 2025 | 09:38 WIB

Beban Berat Uang Pensiun di APBN

Saat kondisi keuangan negara  sulit dan banyak pemangkasan anggaran, tambahan dana pensiun sebesar ini tentu bukan prioritas.

Ganti Juragan, Emiten Baru Di Bawah Naungan Pemilik Anyar
| Sabtu, 22 Februari 2025 | 09:16 WIB

Ganti Juragan, Emiten Baru Di Bawah Naungan Pemilik Anyar

Perubahan pengendali ini sangat mungkin exit strategy investor emiten kecil tersebut. Atau sarana perusahaan besar untuk backdoor listing.

Meski Sepekan Menguat, IHSG Masih Jauh Dari Angka 7.000
| Sabtu, 22 Februari 2025 | 08:59 WIB

Meski Sepekan Menguat, IHSG Masih Jauh Dari Angka 7.000

Dari dalam negeri, pelaku pasar masih optimistis, BI dapat menjalankan perannya dalam menstabilkan pergerakan rupiah.

INDEKS BERITA

Terpopuler