Antisipasi Peningkatan Jumlah Perusahaan Zombie, Asuransi Mengerek Biaya Premi

Selasa, 08 Juni 2021 | 16:51 WIB
Antisipasi Peningkatan Jumlah Perusahaan Zombie, Asuransi Mengerek Biaya Premi
[ILUSTRASI. Situasi Wall St. di depan gedung New York Stock Exchange (NYSE) di New York City, AS, 19 Maret 2021. REUTERS/Brendan McDermid/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Tren peningkatan premi asuransi akan bertahan seiring dengan kecenderungan perusahaan asuransi menghindari risiko. Menurut Swiss Re AG, Selasa (8/6), kecenderungan itu dipicu oleh proyeksi tentang semakin banyaknya perusahaan yang gagal selama beberapa tahun ke depan dan menularkan masalahnya ke pemain lain.

Perusahaan gagal yang populer juga disebut zombie itu, memiliki arus kas yang tidak memadai untuk menutup biaya utang mereka. "Perusahaan zombie adalah bom waktu yang terus berdetak. Efek ledakannya akan terasa ketika pemerintah dan bank sentral menarik langkah-langkah yang telah membantu menjaga perusahaan-perusahaan ini tetap hidup selama pandemi," tutur Jerome Haegeli, kepala ekonom di perusahaan asuransi asal Swiss itu.

Prediksi yang masuk akal itu muncul di saat harga saham melambung mencapai rekor tertinggi dan ekonomi Amerika Serikat menuju pertumbuhan 6,5% di tahun ini. "Namun kekuatan ini adalah ilusi, karena didasarkan atas dukungan fiskal dan moneter sementara," kata Haegeli. 

Baca Juga: Deutsche Bank peringatkan kenaikan inflasi jadi bom waktu di pasar keuangan global

Dia menambahkan, proporsi perusahaan yang menjadi zombie meningkat selama pandemi, karena bank sentral membanjiri pasar dengan uang dan pemerintah memberikan bantuan. Di saat yang sama, tingkat kebangkrutan perusahaan di AS menurun 5% pada 2020, demikian kutipan dari laporan Swiss Re yang dipublikasikan hari ini.

Sebelum pandemi, sekitar 20% perusahaan yang terdaftar di AS dan Inggris adalah zombie, demikian pernyataan kata Bank for International Settlements, September lalu. Proporsi perusahaan zombie di Australia dan Kanada, masing-masing adalah 30% dari seluruh perusahaan terdaftar.

Sebagai perbandingan, pada tahun 2017 sekitar 15% dari seluruh perusahaan yang terdaftar di 14 negara maju masuk dalam kategori zombie. Persentase lebih rendah tercatat di masa sebelum krisis keuangan 2008, yaitu 4%.

Baca Juga: Wall Street melemah tipis, investor menanti data inflasi AS

Asuransi mengambil langkah hati-hati karena harus mempertimbangkan situasi ekonomi dalam satu tahun mendatang, atau lebih, kata Haegeli. Industri asuransi berupaya mengekang risiko penjaminan, dan mengambil sikap yang lebih hati-hati saat mengevaluasi alokasi aset portofolio investasi. Bahkan, asuransi mengambil tindakan pencegahan saat memberi pertanggungan atas kegiatan operasi dan risiko rantai pasokan.

"Jika Anda melihat pasar hari ini, semuanya tampak hebat. Namun, adalah ilusi untuk berpikir bahwa lingkungan ini dapat bertahan karena penopang kehidupan dapat ditarik dalam beberapa bulan mendatang," ujar Haegali. Dan itu akan membawa peningkatan kebangkrutan yang telah lama tertunda.

"Saya khawatir Anda akan melihat lonjakan tiba-tiba dalam default karena tingkat default sangat rendah," katanya.

Penanggung juga kemungkinan akan terus menaikkan harga untuk memastikan mereka cukup memperhitungkan risiko di masa depan, katanya.

Harga asuransi komersial global mulai naik pada tahun 2017 dan telah naik sejak itu, termasuk kenaikan 18% pada kuartal pertama tahun 2021, menurut data dari Marsh & McLennan Companies Inc.

Selanjutnya: Singapura Akan Menyesuaikan Aturan Pajaknya dengan Rezim Global yang Baru

 

Bagikan

Berita Terbaru

Garuda Indonesia (GIAA) Disuntik Modal Rp 23,67 Triliun
| Jumat, 14 November 2025 | 07:35 WIB

Garuda Indonesia (GIAA) Disuntik Modal Rp 23,67 Triliun

Langkah strategis ini merupakan bagian dari rangkaian upaya penyehatan dan transformasi kinerja keuangan Garuda Indonesia Group.

IPO Sektor Keuangan Bisa Bawa Sentimen Positif
| Jumat, 14 November 2025 | 07:25 WIB

IPO Sektor Keuangan Bisa Bawa Sentimen Positif

Rencana sejumlah perusahaan sektor keuangan menggelar initial public offering (IPO) bisa membawa angin segar bagi saham sektor keuangan​

 Pasar Keuangan Tak Dalam, Penyebab Duit Orang Tajir Parkir di Luar Negeri
| Jumat, 14 November 2025 | 07:21 WIB

Pasar Keuangan Tak Dalam, Penyebab Duit Orang Tajir Parkir di Luar Negeri

Fenomena warga kaya Indonesia menempatkan dananya di luar negeri tinggi. Kondisi ini pula yang mendorong Himbara mengerek bunga deposito ​USD

Pemerintah Bidik Mobil Nasional Berproduksi 2027
| Jumat, 14 November 2025 | 07:20 WIB

Pemerintah Bidik Mobil Nasional Berproduksi 2027

Kemenperin telah menggelar pertemuan dengan Pindad untuk membahas secara komprehensif mengenai eksekusi program mobil nasional.

Uji Jalan Program B50 Dimulai Bulan Depan
| Jumat, 14 November 2025 | 07:00 WIB

Uji Jalan Program B50 Dimulai Bulan Depan

Rencananya uji jalan program B50 ini akan dimulai pada 3 Desember 2025 secara serentak di enam sektor industri.

Daya Beli Masyarakat Masih Lesu, MIDI Memangkas Target Ekspansi Gerai
| Jumat, 14 November 2025 | 06:57 WIB

Daya Beli Masyarakat Masih Lesu, MIDI Memangkas Target Ekspansi Gerai

MIDI melakukan revisi seiring masih lemahnya daya beli masyarakat di Tanah Air, khususnya di wilayah Jawa.

Lagi, Indikasi Ekonomi Tidak Baik-Baik Saja, Kinerja Emiten Kawasan Industri Layu
| Jumat, 14 November 2025 | 06:48 WIB

Lagi, Indikasi Ekonomi Tidak Baik-Baik Saja, Kinerja Emiten Kawasan Industri Layu

Lemahnya kinerja emiten kawasan industri hingga akhir kuartal III-2025 lantaran loyonya penanaman modal asing (PMA) sembilan bulan tahun ini.

IHSG Masih Rawan Koreksi di Akhir Pekan Ini
| Jumat, 14 November 2025 | 06:44 WIB

IHSG Masih Rawan Koreksi di Akhir Pekan Ini

IHSG masih rawan melanjutkan koreksi pada perdagangan Jumat (14/11), dengan support 8.353 dan resistance 8.384

Deretan Emiten Growth Stock Merajai Bursa
| Jumat, 14 November 2025 | 06:39 WIB

Deretan Emiten Growth Stock Merajai Bursa

Sejumlah saham dengan historis fundamental solid tergusur dari liga market cap terbesar di Bursa Efek Indonesia 

Emiten Bersiap Tarik Pinjaman Bank di Tahun 2026, Ikhtiar Agar Bisnis Berbiak
| Jumat, 14 November 2025 | 06:36 WIB

Emiten Bersiap Tarik Pinjaman Bank di Tahun 2026, Ikhtiar Agar Bisnis Berbiak

Jika dana pinjaman bank dimanfaatkan dengan baik, bisa mempertebal margin perusahaan, sehingga laba per saham ikut naik.

INDEKS BERITA

Terpopuler