Arah Bisnis Digital

Senin, 20 Juni 2022 | 08:00 WIB
Arah Bisnis Digital
[]
Reporter: Harian Kontan | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belakangan ini kita mendengar kabar terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) di perusahaan rintisan (startup).  LinkAja misalnya telah melakukan PHK terhadap ratusan karyawan. 

Kepala Corporate Secretary Group LinkAja, Reka Sadewo mengatakan, kebijakan tersebut karena perusahaan itu melakukan perubahan dalam penyesuaian bisnis.

Kabarnya lagi, perusahaan e-commerce JD.ID dan  startup teknologi edukasi Zenius melakukan PHK.  Paling anyar,  Shopee Indonesia mengambil kebijakan serupa.  
Tapi Shopee Indonesia membantah.

"Kami terus merekrut talenta-talenta terbaik untuk mengembangkan tim kami," ujar Direktur Eksekutif Shopee Indonesia, Handhika Jahja, dalam keterangan resmi.

Mengusung konsep digital, bisnis ini  tetap berbiaya tinggi. Terutama terkait biaya gaji.

Sumber KONTAN mengaku, gajinya sebagai data scientist di salah satu perusahaan teknologi dengan pengalaman dua tahun di Singapura mencapai Rp 100 juta sebulan.

Lalu ia menjajal posisi serupa di Indonesia,di salah satu bank digital. Bank itu berani membayar sekitar Rp 25 juta per bulan.

Tapi bukan melulu gaji. Kebanyakan bisnis digital itu serupa. Entah itu e-commerce, bank digital, fintech atau startup. Hampir-hampir tidak ada perbedaan.

Konsumen menjadi tidak loyal. Mereka berpindah-pindah layanan yang memberikan diskon atau cashback.  Bagi perusahaan digital, diskon atau cashback  adalah membakar uang.  

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menyatakan, bisnis digital  paling sensitif adalah yang membakar uang. Fenomena itu terjadi di bisnis e-commerce yang mengandalkan full online.

"Banyak  digital tourist. Mereka berpindah dari satu aplikasi ke aplikasi lain, berharap diskon ongkos kirim. Setelah bakar uang usai, ongkos kirim  full, pembeli itu kembali belanja ke toko fisik," terang Bhima.

Kini beberapa  e-commerce mencoba mengusung  konsep  omnichannel atau online to offline (O2O). Dengan konsep ini, beli di kanal online lalu mengambil di toko fisik. Omnichannel bisa menyeret positif bisnis lain, seperti sistem pembayaran online dan sektor riil. 

Di beberapa negara, omnichannel ini disebut-sebut  fase selanjutnya  e-commerce.

"Ini terjadi di Amerika Serikat," kata Bhima.

Amazon kini memiliki Amazon Go sebagai omnichannel. Walmart juga mengayunkan strategi serupa. Jadi bersiaplah berpisah dengan diskon ongkir atau ongkir gratis.

Bagikan

Berita Terbaru

Menilik Peluang FILM Menyusup ke MSCI Global Standard
| Rabu, 10 Desember 2025 | 20:31 WIB

Menilik Peluang FILM Menyusup ke MSCI Global Standard

Menurutnya, pergerakan harga FILM merupakan kombinasi antara dorongan teknikal dan peningkatan kualitas fundamental.

Emiten Terafiliasi Grup Bakrie Kompak Menguat Lagi, Simak Rekomendasi Analis
| Rabu, 10 Desember 2025 | 20:09 WIB

Emiten Terafiliasi Grup Bakrie Kompak Menguat Lagi, Simak Rekomendasi Analis

Konglomerasi Salim bawa kredibilitas korporat, akses modal yang kuat, network bisnis yang luas, sehingga menjadi daya tarik investor institusi.

Reli Cepat Berujung Koreksi, Ini Prediksi Arah Harga Saham Mandiri Herindo (MAHA)
| Rabu, 10 Desember 2025 | 19:56 WIB

Reli Cepat Berujung Koreksi, Ini Prediksi Arah Harga Saham Mandiri Herindo (MAHA)

PT Mandiri Herindo Adiperkasa Tbk (MAHA) mengumumkan rencana pembelian kembali (buyback) saham dengan dana sebanyak-banyaknya Rp 153,58 miliar.

Saham FAST Diprediksi Masih Bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan
| Rabu, 10 Desember 2025 | 11:00 WIB

Saham FAST Diprediksi Masih Bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan

Selain inisiatif ekspansinya, FAST akan diuntungkan oleh industri jasa makanan Indonesia yang berkembang pesat.

Jejak Backdoor Listing Industri Nikel dan Kendaraan Listrik China di Indonesia
| Rabu, 10 Desember 2025 | 10:00 WIB

Jejak Backdoor Listing Industri Nikel dan Kendaraan Listrik China di Indonesia

Setelah pergantian kepemilikan, gerak LABA dalam menggarap bisnis baterai cukup lincah di sepanjang 2024.

Saham FAST Diprediksi Masih bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan
| Rabu, 10 Desember 2025 | 08:30 WIB

Saham FAST Diprediksi Masih bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan

Industri jasa makanan Indonesia diproyeksikan akan mencatat pertumbuhan hingga 13% (CAGR 2025–2030). 

Ancaman Penurunan Laba Bersih hingga 27%, Investor Diimbau Waspadai Saham Batubara
| Rabu, 10 Desember 2025 | 08:05 WIB

Ancaman Penurunan Laba Bersih hingga 27%, Investor Diimbau Waspadai Saham Batubara

Regulasi DHE 2026 mengurangi konversi valuta asing menjadi rupiah dari 100% ke 50%, membatasi likuiditas perusahaan batubara.

Proyek IKN Jadi Pedang Bermata Dua untuk Emiten BUMN Karya
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:51 WIB

Proyek IKN Jadi Pedang Bermata Dua untuk Emiten BUMN Karya

Kebutuhan modal kerja untuk mengerjakan proyek IKN justru bisa menambah tekanan arus kas dan memperburuk leverage.

Bangun Tiga Gerai Baru, DEPO Incar Pendapatan Rp 3 Triliun
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:49 WIB

Bangun Tiga Gerai Baru, DEPO Incar Pendapatan Rp 3 Triliun

Emiten bahan bangunan milik konglomerat Hermanto Tanoko itu berencana menambah tiga gerai baru tahun depan.

Cuaca Ekstrem dan Momentum Nataru Diklaim Jadi Pendorong Pemulihan Harga CPO
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:35 WIB

Cuaca Ekstrem dan Momentum Nataru Diklaim Jadi Pendorong Pemulihan Harga CPO

Emiten yang memiliki basis kebun kelapa sawit di Kalimantan diprediksi relatif lebih aman dari gangguan cuaca.

INDEKS BERITA

Terpopuler