Arus Modal Hengkang dari Safe Haven, Harga Emas Anjlok Lagi

Senin, 25 November 2019 | 15:34 WIB
Arus Modal Hengkang dari Safe Haven, Harga Emas Anjlok Lagi
[ILUSTRASI. Emas batangan. REUTERS/Ilya Naymushin/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga emas dunia jatuh ke posisi terendah dalam sepekan terakhir pada transaksi Senin (25/11). Data Reuters menunjukkan, harga emas di pasar spot turun 0,2% menjadi US$ 1.459,16 per troy ounce pada pukul 0728 GMT. Bahkan pada transaksi sebelumnya, harga emas sempat anjlok 0,3% ke level US$ 1.459 per troy ounce. Ini merupakan level terendah sejak 18 November lalu. 

Penurunan harga emas terjadi setelah Amerika Serikat dan China mengekspresikan keinginannya untuk menandatangani perjanjian dagang awal pada akhir tahun. Sentimen ini mendongkrak permintaan aset-aset berisiko dan meningkatkan posisi dollar AS. 

"Optimisme perdagangan mengirim pasar saham global naik dan arus modal hengkang dari safe haven ke aset-aset berisiko," jelas Margaret Yang Yan, market analyst CMC Markets kepada Reuters. 

Baca Juga: Duh, Harga Emas Hari Ini Sempat Sentuh Level Terendah

Sejumlah isu hangat mengenai perundingan dagang antara Washington dan China membantu pasar saham Asia kembali kokoh. Sementara, dollar AS juga mencatatkan penguatan. Alhasil, harga emas menjadi mahal bagi mereka yang memegang mata uang selain dollar.

Melansir Reuters, mata uang dollar AS mengalami rebound yang sangat kuat pada Jumat lalu setelah hasil survei menunjukkan data manufaktur AS mengalami peningkatan pada November dan aktivitas jasa mencatatkan kenaikan lebih tinggi dari yang diperkirakan. 

"Data ekonomi AS menunjukkan adanya sinyal stabilisasi beberapa waktu terakhir...selain itu, ada konsensus bahwa perlambatan ekonomi global akan menyentuh bottom pada kuartal pertama tahun depan dan kemudian mulai rebound," kata Yan kepada Reuters

Baca Juga: Berusaha rebound, harga emas spot ada di US$ 1.461,48 per ons troi (pukul 10.50 WIB)

Emas, yang dipertimbangkan sebagai salah satu aset yang aman saat terjadi ketidakstabilan politik dan ekonomi, sudah mengalami kenaikan sebesar 13% di sepanjang tahun ini. Penyebabnya sebagian besar karena perselisihan tarif dan kecemasan perlambatan ekonomi global. 

"Harga emas bisa jatuh di bawah US$ 1.400 jika kesepakatan fase 1 ditandatangani. Meski demikian, kita bisa mendapatkan arah harga emas yang lebih jelas lagi setelah fase satu selesai," jelas Hareesh V, head of commodity research Geojit Financial Services. 

Investor sepertinya juga masih hati-hati terkait perundingan dagang AS dan China. Banyak yang memprediksi perundingan fase dua sulit tercapai. 

Baca Juga: Harga emas masih melemah ke US$ 1.460,82 per ons troi

"Data ekonomi sepertinya sangat mempengaruhi keputusan trader untuk membeli emas hingga akhir tahun seperti halnya isu perundingan dagang. Namun yang pasti, semuanya juga menyangkut kebijakan The Fed, suku bunga AS, dan dollar," papar AxiTrader market strategist Stephen Innes kepada Reuters. 

Berdasarkan analis teknikal Reuters Wang Tao, harga emas di pasar spot akan menguji level support di US$ 1.455 per troy ounce. Jika level ini ditembus, harga emas akan jatuh ke level US$ 1.440 per troy ounce. 

Bagikan

Berita Terbaru

Mediasi Diperpanjang, Gugatan 40 Nasabah Mirae Senilai Rp 8,17 Triliun Masih Bergulir
| Senin, 23 Desember 2024 | 14:21 WIB

Mediasi Diperpanjang, Gugatan 40 Nasabah Mirae Senilai Rp 8,17 Triliun Masih Bergulir

Mirae Asset minta waktu hingga 16 Januari 2025 untuk memberikan tanggapan karena proposal penggugat harus dirapatkan melibatkan seluruh direksi.

Pilihan Saham Big Caps Menarik Untuk Investasi Jangka Panjang
| Senin, 23 Desember 2024 | 13:58 WIB

Pilihan Saham Big Caps Menarik Untuk Investasi Jangka Panjang

Saham-saham dengan kapitalisasi pasar atau market capitalization (market cap) besar tak melulu jadi pilihan tepat untuk investasi jangka panjang.

Harga Saham Provident (PALM) Menguat, Aksi Borong Dua Pemegang Picu Lonjakan Harga
| Senin, 23 Desember 2024 | 09:00 WIB

Harga Saham Provident (PALM) Menguat, Aksi Borong Dua Pemegang Picu Lonjakan Harga

PALM mencetak laba bersih Rp 464,63 miliar di Januari-September 2024, dibandingkan periode sebelumnya rugi bersih sebesar Rp 1,94 triliun.

Sektor Bisnis yang Mendorong Perekonomian Domestik
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:52 WIB

Sektor Bisnis yang Mendorong Perekonomian Domestik

Sejumlah sektor usaha dinilai masih prospektif dan berpotensi sebagai motor penggerak ekonomi Indonesia ke depan, setidaknya dalam jangka menengah

Modal Cekak Pemerintah Mengerek Pertumbuhan Ekonomi 2025
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:47 WIB

Modal Cekak Pemerintah Mengerek Pertumbuhan Ekonomi 2025

Tantangan pemerintah Indonesia untuk memacu perekonomian semakin berat pada tahun depan, termasuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%

Insentif Pajak Mobil Hybrid Dorong Sektor Otomotif, Saham ASII Jadi Unggulan
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:36 WIB

Insentif Pajak Mobil Hybrid Dorong Sektor Otomotif, Saham ASII Jadi Unggulan

Bila mendapatkan insentif pajak, maka PPnBM untuk kendaraan hybrid akan dibanderol sebesar 3% hingga 4%.

Rekomendasi Saham Emiten Barang Konsumsi yang Masih Dibayangi Tekanan Daya Beli
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:35 WIB

Rekomendasi Saham Emiten Barang Konsumsi yang Masih Dibayangi Tekanan Daya Beli

Miten yang bergerak di bisnis barang konsumsi dibayangi sentimen kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%.

Peluang Tipis IHSG Menguat di Pengujung Tahun
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:25 WIB

Peluang Tipis IHSG Menguat di Pengujung Tahun

Sudah tidak banyak lagi ruang bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk menguat di sisa tahun ini. 

Pemerintah Tebar Insentif Kepabeanan Rp 33 Triliun
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:15 WIB

Pemerintah Tebar Insentif Kepabeanan Rp 33 Triliun

Insentif yang dimaksud, antara lain berupa insentif kawasan berikat, penanaman modal, serta kebutuhan pertahanan dan keamanan.

Belanja Masyarakat Bisa Tertahan Tarif PPN 12%
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:04 WIB

Belanja Masyarakat Bisa Tertahan Tarif PPN 12%

Data terbaru Mandiri Spending Index mengindikasikan belanja masyarakat hingga 8 Desember 2024 terkerek momentum Nataru

INDEKS BERITA

Terpopuler