Aset Berbasis Suku Bunga Akan Menjadi Pilihan Minim Risiko

Selasa, 20 Desember 2022 | 04:20 WIB
Aset Berbasis Suku Bunga Akan Menjadi Pilihan Minim Risiko
[]
Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belum usainya era suku bunga tinggi bakal mempengaruhi racikan portofolio investasi. Sebaiknya investor mencermati kembali instrumen investasi yang tepat di tahun depan.

Apalagi The Fed masih akan melanjutkan sikap hawkish sampai semester I-2023. Rencana bank sentral Amerika Serikat (AS) akan berimbas pada sikap Bank Indonesia (BI) yang mengerek bunga.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, dari sisi risiko, investor yang tingkat penerimaan risiko lebih rendah dan mengutamakan keamanan maka bisa memilih reksadana pasar uang (RDPU). Sebab dengan tren kenaikan suku bunga, maka bunga deposito juga akan naik. 

Baca Juga: Era Suku Bunga Tinggi Belum Usai, Simak Instrumen Investasi yang Tepat Tahun Depan

Arjun memperkirakan, investor masih bisa memperoleh return sekitar 4%-6% jika menempatkan investasi di reksadana pasar uang. "Untuk tipe investor yang menghindari risiko bisa mengalokasikan 70%-80% dana di reksadana pasar uang," kata dia. 

Sementara bagi investor yang berharap mendapatkan kinerja optimal maka bisa masuk ke saham. Pilih saham yang diuntungkan dari kenaikan suku bunga, seperti saham sektor perbankan. 

Arjun menilai, kenaikan net interest margin (NIM) akan menguntungkan BMRI, BBCA, BBNI dan BBRI. Menurut dia, pasar saham masih menjadi instrumen paling prospektif di tahun depan. Terlebih, jika skenarionya The Fed dan sejumlah bank sentral menghentikan kenaikan suku bunga, maka bakal ada pergerakan lebih kondusif.

Arjun memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa mencapai 7.800 di akhir 2023.Sedangkan di akhir tahun ini, IHSG diprediksi ditutup pada area 7.150. 

Baca Juga: Pasar Kripto Memasuki Momentum Seleksi Alam pada Tahun 2023

Artinya, IHSG diperkirakan bertumbuh sekitar 9,09% di tahun depan. "Tipe investor agresif penyuka risiko bisa menempatkan alokasi dana 70%-80% di saham dengan diversifikasi ke beberapa saham bank berkapitalisasi besar," jelas Arjun.

Presiden dan CEO Pinnacle Persada Investama Guntur Putra juga menyarankan investor masuk reksadana pasar uang untuk memanfaatkan tren kenaikan suku bunga. Sedang investasi di obligasi kurang oke lantaran jika suku bunga naik, maka harga obligasi akan turun. 

Arjun berpendapat, jika ingin berinvestasi pada pasar obligasi sebaiknya menerapkan strategi hold to maturity (HTM). Dengan cara ini maka investor bisa mendapatkan keuntungan dari tren bunga yang tengah tinggi. 

Tapi jika ingin trading obligasi maka sebaiknya membeli obligasi negara tenor pendek atau seri-seri benchmark. Sebab, seri tersebut lebih likuid, sehingga investor bisa meminimalisir risiko dengan cepat.

Guntur juga menyarankan investor untuk tetap waspada dan bersikap defensif. Selain itu, investor harus menyesuikan profil risiko. 

Baca Juga: Ditutup Datar Hari Ini, Kurs Rupiah Berpotensi Melemah pada Selasa (20/12)

Bagikan

Berita Terbaru

Profit 34,01% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik Seuprit (10 Mei 2025)
| Sabtu, 10 Mei 2025 | 10:14 WIB

Profit 34,01% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik Seuprit (10 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (10 Mei 2025) 1 gram Rp 1.928.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 34,01% jika menjual hari ini.

Merdeka Copper Gold (MDKA) Kebut Target Operasi Dua Smelter
| Sabtu, 10 Mei 2025 | 09:40 WIB

Merdeka Copper Gold (MDKA) Kebut Target Operasi Dua Smelter

MDKA membangun tiga smelter nikel. MDKA baru mengoperasikan smelter HPAL pertama mereka lewat PT ESG New Energy Material  (ESG).

Denny Asalim Sukses Meniti Jalan Menjadi Bos Properti
| Sabtu, 10 Mei 2025 | 08:50 WIB

Denny Asalim Sukses Meniti Jalan Menjadi Bos Properti

Dunia Propertti tak pernah berhenti mengajarkan hal-hal baru bagi Denny Asalim untuk terus selalu berkembang.

Tekanan Likuiditas Masih Hantui Kinerja Anak Usaha BUMN Karya
| Sabtu, 10 Mei 2025 | 08:12 WIB

Tekanan Likuiditas Masih Hantui Kinerja Anak Usaha BUMN Karya

Proyek mangkrak hingga tingginya utang masih akan membayangi kinerja emiten anak usaha BUMN Karya ke depan

Beban Tinggi Membayangi Kinerja Krakatau Steel (KRAS)
| Sabtu, 10 Mei 2025 | 08:09 WIB

Beban Tinggi Membayangi Kinerja Krakatau Steel (KRAS)

PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) masih merugi. Emiten pelat merah ini juga dihadapkan dengan kondisi industri baja yang cukup menantang.​

Instruksi Danantara Tunda RUPS Bisa Mempengaruhi Kinerja Emiten BUMN
| Sabtu, 10 Mei 2025 | 08:07 WIB

Instruksi Danantara Tunda RUPS Bisa Mempengaruhi Kinerja Emiten BUMN

Sejumlah aksi korporasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berada di tengah ketidakpastian setelah BPI Danantara meminta penundaan RUPS BUMN 

Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) Sedia Semen Hijau untuk Pembangunan IKN Tahap II
| Sabtu, 10 Mei 2025 | 07:30 WIB

Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) Sedia Semen Hijau untuk Pembangunan IKN Tahap II

INTP menilai penyediakan semen untuk pembangunan IKN dapat mendorong penjualan semen di Pulau Kalimantan.

Ekspor Beras dan Ketahanan Pangan
| Sabtu, 10 Mei 2025 | 07:15 WIB

Ekspor Beras dan Ketahanan Pangan

Keinginan pemerintah untuk melakukan ekspor beras harus melihat data produksi beras lima tahunan yang fluktuatif.

Kelinci Percobaan
| Sabtu, 10 Mei 2025 | 07:10 WIB

Kelinci Percobaan

Pemerintah perlu mempunyai regulasi yang jelas terkait adanya kegiatan ujicoba vaksin untuk menjamin keselamatan relawan uji klinis.

Puradelta Lestari (DMAS) Genjot Penjualan Lahan Inudstri
| Sabtu, 10 Mei 2025 | 07:10 WIB

Puradelta Lestari (DMAS) Genjot Penjualan Lahan Inudstri

DMAS mengintip peluang penjualan lahan industri dari sektor industri data center dan juga sektor lainnya.

INDEKS BERITA

Terpopuler