Atur Strategi Agar Tetap Kuat Menghadapi Serangan Omicron

Selasa, 30 November 2021 | 04:30 WIB
Atur Strategi Agar Tetap Kuat Menghadapi Serangan Omicron
[]
Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham menghadapi ketidakpastian lagi. Salah satu pemicunyanya adalah kemunculan omicron, varian baru Covid-19.  

Akibat ketidakpastian tersebut, bursa saham pun fluktuatif. Akhir pekan lalu (26/11), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun sebesar  2,06% ke posisi  6.561,5. Kemarin (29/11), IHSG berakhir menguat sebesar 0,71% ke posisi 6.608,29.  Investor pun perlu mengantisipasi fluktuasi pasar saham agar tak menelan kerugian.

Perencana Keuangan Finansia Consulting Eko Endarto melihat,  fluktuasi pasar saham saat ini masih terbilang waja. Dia optimistis harga saham berpotensi menguat pada Desember. 

Baca Juga: Saham-saham berikut layak dicermati jelang window dressing

Meski begitu pelaku pasar masih mencermati dampak varian baru. Eko menyarankan, investor mengurangi instrumen investasi jangka panjang dan tidak menambah instrumen saham lebih dulu. 

Selain itu, menurut Eko, dalam jangka waktu dua hingga tiga bulan ke depan, investor bisa memilih emas sebagai aset yang relatif aman.  "Untuk berjaga-jaga, jangka pendek seperti cash dan deposito bisa ditambah untuk menghadapi pengetatan aktivitas,"  kata Eko, Senin (29/11). 

Atur strategi investasi

Secara umum, Eko merekomendasikan porsi penempatan investasi jangka pendek  sebesar 20%, sebesar 40%  di aset jangka menengah, dan  porsi 40% ditempatkan pada aset yang bersifat jangka panjang. "Aset jangka panjang bisa dipindahkan dulu ke jangka menengah sembari mencermati dampaknya seperti apa,"  kata dia.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto justru berpendapat, penurunan harga saham bisa dimanfaatkan untuk menambah investasi saham. Secara statistik, Desember selalu terjadi window dressing, dan harga saham cenderung naik. "Fenomena ini sudah terjadi selama 20 tahun terakhir dari 2001-2020. Sangat mungkin akan terulang lagi tahun ini," kata dia. 

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio pun sepakat, secara historis IHSG menguat pada Desember. Penopangnya adalah kenaikan harga saham bluechip karena efek window dressing. "Tapi, sentimen Covid-19 varian terbaru di Afrika cukup mengkhawatirkan sehingga  menjadi sentimen negatif yang menahan laju IHSG,"  kata dia.

Baca Juga: Melirik saham blue chip jelang akhir tahun 2021

Rudi menambahkan, investor tak perlu memangkas porsi investasi di instrumen saham. Begitu juga aset investasi obligasi pemerintah yang diproyeksikan bisa kembali melesat pada Desember. 

Tahun depan, kata Rudi, merupakan tahun pertumbuhan dan perbaikan kinerja. "Dengan asumsi tidak ada gelombang baru yang menyebabkan lockdown dalam waktu lama, seharusnya kinerja saham berpotensi lebih baik di tahun depan," kata dia.

Rudi merekomendasikan agar pelaku pasar mempertimbangkan saham yang diuntungkan oleh  pemulihan ekonomi dan masuknya dana asing. Sebagai alternatif, investor bisa menempatkan dananya  pada instrumen obligasi korporasi ataupun reksadana pendapatan tetap.

Bagi Anda yang memiliki profil investor agresif, Rudi  menyarankan porsi penempatan dananya sebagai berikut. Sebanyak 10% di  reksadana pasar uang, 20%  di pendapatan tetap, 30% di reksadana campuran, dan 40% di reksadana saham.

Kendati pasar berfluktuasi, Frankie optimistis IHSG akan stabil di kisaran 6.500-6.700 hingga tutup tahun 2021. "Jika investor mau masuk saat ini, masih ada peluang memperoleh keuntungan. Koreksi IHSG ikut menurunkan harga  beberapa saham berkinerja baik, sehingga menjadi menarik untuk dipertimbangkan beli," kata dia.

Frankie menyatakan, investor bisa mempertimbangkan saham PT Astra International Tbk (ASII) dari sektor otomotif. Selain itu, dia menjagokan  saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).

Baca Juga: Panin AM andalkan aset saham untuk dongkrak kinerja reksadana campuran

Kepala Riset Henan Putihrai Sekuritas Robertus Yanuar Hardy yakin IHSG tetap terjaga di kisaran 6.650-6.700 hingga tutup tahun ini. Dia menjagokan saham bank dan telekomunikasi. "Sebaiknya akumulasi lagi saham bluechips, karena vaksin mRNA dikembangkan untuk menjinakkan protein spike mutasi omicron," kata dia.   

Bagikan

Berita Terbaru

Mengukur Kerugian Akuisisi di Kasus ASDP
| Kamis, 27 November 2025 | 07:00 WIB

Mengukur Kerugian Akuisisi di Kasus ASDP

Kasus korupsi di ASDP yang melibatkan para mantan petinggi BUMN ini merupakan ujian integritas dan kualitas pengambilan keputusan.​

Harga Saham DNAR Lompat Kodok, Begini Kata Direktur OK Bank Soal Upaya Mengerek Modal
| Kamis, 27 November 2025 | 06:57 WIB

Harga Saham DNAR Lompat Kodok, Begini Kata Direktur OK Bank Soal Upaya Mengerek Modal

Lonjakan harga saham PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) seiring rencana OJK mengubah aturan permodalan bank umum.

Tekanan Jual Saham Mantan MSCI Mulai Mereda
| Kamis, 27 November 2025 | 06:57 WIB

Tekanan Jual Saham Mantan MSCI Mulai Mereda

Setelah aksi jual mulai reda, analis menilai terdapat peluang rebound di saham-saham yang keluar dari MSCI

HAIS Membidik Pendapatan Tumbuh 5%
| Kamis, 27 November 2025 | 06:54 WIB

HAIS Membidik Pendapatan Tumbuh 5%

Emiten jasa angkut pelayaran ini optimistis, permintaan dari pelanggan dan utilitas armada masih cenderung stabil.

Rupiah Terpengaruh Sentimen Eksternal pada Rabu (26/11)
| Kamis, 27 November 2025 | 06:30 WIB

Rupiah Terpengaruh Sentimen Eksternal pada Rabu (26/11)

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot turun 0,04% secara harian ke Rp 16.664 per dolar AS. 

Merger Batal, Bank MNC dan Bank Nobu Didorong Tambah Modal
| Kamis, 27 November 2025 | 06:20 WIB

Merger Batal, Bank MNC dan Bank Nobu Didorong Tambah Modal

Merger antara Bank Nobu dan Bank MNC yang sempat diharapkan jadi konsolidasi sukarela percontohan di Tanah Air resmi batal. ​

Investor Institusi Domestik Mulai Melirik Investasi di Aset Digital
| Kamis, 27 November 2025 | 06:15 WIB

Investor Institusi Domestik Mulai Melirik Investasi di Aset Digital

Indonesia berada di posisi ke-7 setelah India, Amerika Serikat, Pakistan, Vietnam, Brasil, dan Nigeria dalam adopsi kripto institusional. 

Transaksi Valas Naik Jelang Akhir Tahun
| Kamis, 27 November 2025 | 06:15 WIB

Transaksi Valas Naik Jelang Akhir Tahun

Transaksi valas jelang akhir tahun naik dipicu tingginya kebutuhan masyarakat untuk berlibur ke luar negeri serta permintaan dari pelaku usaha 

Peta Persaingan Bank Digital Berpotensi Berubah
| Kamis, 27 November 2025 | 06:05 WIB

Peta Persaingan Bank Digital Berpotensi Berubah

Wacana merger dua ekosistem besar seperti GOTO dan Grab menyisakan pertanyaan mengenai nasib bank digital di belakangnya.​

Permintaan Lesu Masih Membayangi Kinerja Indocement, Begini Rekomendasinya
| Kamis, 27 November 2025 | 06:00 WIB

Permintaan Lesu Masih Membayangi Kinerja Indocement, Begini Rekomendasinya

INTP membukukan pendapatan Rp 12,91 triliun pada sembilan bulan 2025, turun 3,07% year on year (yoy). 

INDEKS BERITA

Terpopuler