AUM Reksadana Melejit tapi Katalis Utamanya Bukan Bullish Pasar Saham dan Obligasi

Kamis, 11 Juli 2019 | 07:16 WIB
AUM Reksadana Melejit tapi Katalis Utamanya Bukan Bullish Pasar Saham dan Obligasi
[]
Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Membaiknya kinerja pasar keuangan dalam negeri membuat dana kelolaan atau assets under management (AUM) industri reksadana periode Juni melonjak. Berdasarkan data Infovesta Utama, per Juni 2019, AUM industri reksadana, di luar reksadana berdenominasi dollar AS dan penyertaan terbatas, mencapai Rp 493,06 triliun. Artinya, sepanjang bulan lalu, AUM industri reksadana bertambah Rp 4,94 triliun.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, rebound pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan pasar obligasi terjadi pasca Indonesia mendapatkan kenaikan peringkat utang dari Standard & Poor's. Tambah lagi, ekspektasi penurunan suku bunga acuan dari berbagai bank sentral turut menopang kinerja ciamik pasar keuangan dalam negeri.

Uniknya, meski pasar saham dan pasar obligasi membaik, ternyata bukan reksadana saham maupun reksadana beraset obligasi yang menyumbang pertumbuhan AUM terbesar. Kenaikan AUM paling tinggi terjadi pada reksadana pasar uang, yang naik sebesar Rp 2,2 triliun. "Reksadana pasar uang kembali diminati karena return relatif lebih tinggi dari deposito dan likuiditas setara tabungan," jelas Wawan.

Rudiyanto, Direktur Panin Asset Management, berpendapat, saat ini banyak investor yang memilih memarkir dana di reksadana pasar uang karena faktor likuiditas. "Biasanya ditempatkan dalam jangka pendek, lalu investor akan menarik dana di reksadana pasar uang kembali," jelas dia. Di Panin AM sendiri dana di reksadana pasar uang kerap keluar masuk dalam jumlah besar dan tempo singkat.

Terproteksi turun

Di antara semua jenis reksadana, hanya reksadana terproteksi yang mengalami penurunan AUM di bulan lalu. AUM reksadana ini turun sekitar Rp 975 miliar menjadi Rp 123,58 triliun.

Wawan menjelaskan, AUM reksadana terproteksi turun karena sedang masa jatuh tempo. Di saat yang sama, produk baru belum terbit. Karena itu, Wawan menilai, AUM reksadana terproteksi akan tumbuh seiring banyaknya produk yang diterbitkan.

MI penerbit reksadana terproteksi juga sedang menanti insentif pajak sebesar 5% diperpanjang. Pasalnya, pemerintah akan menaikkan pajak reksadana terproteksi menjadi 10%.

Jika ini terjadi, maka imbal hasil reksadana terproteksi dapat terkikis dan investor cenderung wait and see untuk kembali masuk ke reksadana ini. Tetapi Wawan tetap yakin, hingga akhir tahun AUM industri reksadana dapat mencapai Rp 540 triliun.

Bagikan

Berita Terbaru

Bitcoin Terus Tertekan Hingga di Bawah US$ 120.000/btc, Saatnya Akumulasi Bertahap?
| Jumat, 07 November 2025 | 15:04 WIB

Bitcoin Terus Tertekan Hingga di Bawah US$ 120.000/btc, Saatnya Akumulasi Bertahap?

Di saat bitcoin melemah, beberapa altcoin menunjukkan performa yang apik, meski trader harus tetap melakukan manajemen risiko.

Kabar Superbank IPO Rp 5,35 Triliun, Begini Kinerja Keuangannya yang Melesat Tinggi
| Jumat, 07 November 2025 | 13:21 WIB

Kabar Superbank IPO Rp 5,35 Triliun, Begini Kinerja Keuangannya yang Melesat Tinggi

Kinerja Superbank melesat jelang IPO 2025, profitabilitas dan rasio-rasio keuangan membaik, NPL juga makin oke.

Laba Bersih ANJT Melonjak di Tangan Pengendali Baru
| Jumat, 07 November 2025 | 08:42 WIB

Laba Bersih ANJT Melonjak di Tangan Pengendali Baru

Di bawah pengendali baru, yakni First Resources Limited, ANJT mengantongi laba bersih sebesar US$ 24,28 juta, naik 1.520,39% yoy

Laba Grup Astra Turun, Prospek ASII Masih Ditopang Otomotif dan Diversifikasi Bisnis
| Jumat, 07 November 2025 | 08:23 WIB

Laba Grup Astra Turun, Prospek ASII Masih Ditopang Otomotif dan Diversifikasi Bisnis

Divisi alat berat PT Astra International Tbk (ASII) melemah, namun otomotif dan jasa keuangan masih resilient.

Laba Anjlok 47%, Begini Prospek Bisnis Nikel dan Batubara PT Harum Energy Tbk (HRUM)
| Jumat, 07 November 2025 | 08:08 WIB

Laba Anjlok 47%, Begini Prospek Bisnis Nikel dan Batubara PT Harum Energy Tbk (HRUM)

Diversifikasi menjadi kunci bagi PT Harum Energy Tbk (HRUM) mengelola risiko di tengah volatilitas harga komoditas.

Bisnis Elevator Terangkat Segmen Rumah Pribadi
| Jumat, 07 November 2025 | 07:05 WIB

Bisnis Elevator Terangkat Segmen Rumah Pribadi

Sektor bisnis yang paling banyak menyerap produk elevator Shanghai Mitsubishi datang dari rumah pribadi dan bisnis rumah toko (ruko) 

Suku Bunga Kredit Masih Tinggi, Laba Emiten Otomotif dan Komponen Mini
| Jumat, 07 November 2025 | 06:51 WIB

Suku Bunga Kredit Masih Tinggi, Laba Emiten Otomotif dan Komponen Mini

Pendapatan dan laba emiten otomotif dan komponen masih lemah di sepanjang Sembilan bulan tahun 2025. ​

Saham UVCR Terbang 92,54% Tanpa Aba-Aba, Manajemen Beberkan Rencana Bisnis ke Depan
| Jumat, 07 November 2025 | 06:48 WIB

Saham UVCR Terbang 92,54% Tanpa Aba-Aba, Manajemen Beberkan Rencana Bisnis ke Depan

Per September 2025 utang bank jangka pendek PT Trimegah Karya Pratama Tbk (UVCR) melonjak hingga 58%.

Pyridam Farma (PYFA) Genjot Kinerja di Sisa Tahun
| Jumat, 07 November 2025 | 06:45 WIB

Pyridam Farma (PYFA) Genjot Kinerja di Sisa Tahun

Hingga kuartal III-2025, PYFA tercatat membukukan pendapatan sebesar Rp 2,06 triliun, meningkat 77,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu

Saham Masuk Radar MSCI, Dana Asing Siap Menghampiri
| Jumat, 07 November 2025 | 06:43 WIB

Saham Masuk Radar MSCI, Dana Asing Siap Menghampiri

Tak hanya aliran dana ke saham-saham yang mejeng di indeks MSCI, efek domino dari reblancing juga akan menjalar ke kepemilikan saham.

INDEKS BERITA

Terpopuler