Awas Greenwashing

Selasa, 14 Januari 2025 | 06:12 WIB
Awas Greenwashing
[ILUSTRASI. Jurnalis KONTAN Asnil Bambani Amri. (Ilustrasi KONTAN/Indra Surya)]
Asnil Bambani | Senior Editor

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2024 lalu, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menerima 873 laporan keberlanjutan atau sustainability report dari emiten di bursa. Artinya, sudah 97% emiten di telah menyusun kewajiban menjalankan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No 51/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten, & Perusahaan Publik.

Dari sisi kuantitatif layak diapresiasi, karena jumlah emiten yang mengirimkan laporan keberlanjutan itu sudah mengalami kenaikan dari 2023. Namun bagaimana penilaian secara kualitatif terhadap laporan keberlanjutan tersebut? Apakah sudah sesuai tujuan keberlanjutan atau tidak? Sampai saat ini, BEI belum membuat penilaian atas laporan keberlanjutan emiten tersebut. 

Jika ada, penilaian atas laporan keberlanjutan tersebut dilakukan oleh pihak ketiga. Namun sayangnya, tidak semua emiten di bursa mendapatkan penilaian. Dari 873 laporan keberlanjutan dari emiten tersebut, yang diberikan penilaian hanya 80 perusahaan saja.

Sejatinya, kriteria penyusunan laporan keberlanjutan sudah diatur OJK dalam Peraturan OJK No 51/2017 dan juga dalam Surat Edaran (SE) OJK No 15/2021. Dalam beleid itu, sudah ada teknis penyusunan laporan keberlanjutan yang berlaku bagi emiten. 

Seperti keharusan melaporkan strategi keberlanjutan yang dilakukan oleh perusahaan. Kemudian harus melaporkan penggunaan energi dan laporan pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK). Namun hasilnya, banyak laporan keberlanjutan emiten tahun 2024 belum sesuai pedoman OJK. 

Ada emiten yang belum melaporkan penurunan emisi GRK, bahkan belum melaporkan jumlah emisi GRK sama sekali. Sebaliknya, banyak juga emiten justru melaporkan kenaikan emisi GRK, yang tentu saja kontraproduktif dari misi keberlanjutan. Melihat hal ini, saatnya otoritas bursa melakukan penilaian atas laporan keberlanjutan yang telah disampaikan emiten ke publik itu. 

Waktunya bagi otoritas bursa mengukur sejauh mana emiten berada di jalur keberlanjutan. Memastikan emiten memiliki roadmap keberlanjutan dan mengurangi emisi GRK. Kontribusi pelaku usaha menurunkan emisi GRK sangat penting untuk mewujudkan cita-cita pemerintah Indonesia menurunkan emisi GRK sebesar 41% tahun 2030. 

Maka itu, penilaian laporan keberlanjutan sangat penting agar emiten tidak terjebak praktik greenwashing. Seolah-olah menerapkan keberlanjutan, padahal tidak!

Selanjutnya: Mencegat Gerojok Limbah Sawit ke Pasar Ekspor

Bagikan

Berita Terbaru

Korupsi Taspen, KPK Tahan Ekiawan Direktur Utama Insight Investment Management
| Selasa, 14 Januari 2025 | 19:46 WIB

Korupsi Taspen, KPK Tahan Ekiawan Direktur Utama Insight Investment Management

Penahanan tersangka EHP, terkait dugaan tindak pidana korupsi kegiatan investasi PT Taspen (Persero) tahun anggaran 2019.

Laris Manis, Retno Marsudi Diangkat Jadi Komisaris dan Direktur di Sejumlah Korporasi
| Selasa, 14 Januari 2025 | 12:12 WIB

Laris Manis, Retno Marsudi Diangkat Jadi Komisaris dan Direktur di Sejumlah Korporasi

Terbaru, mantan Menteri Luar Negeri di masa pemerintahan Jokowi, Retno Marsudi didapuk sebagai Komisaris Independen INCO.

Coretax System Masih Dikeluhkan Wajib Pajak
| Selasa, 14 Januari 2025 | 08:38 WIB

Coretax System Masih Dikeluhkan Wajib Pajak

Tak hanya masalah sertifikat digital dan faktur pajak, tetapi juga pembuatan nomor pokok wajib pajak (NPWP)

Bank Indonesia Berpotensi Menahan Bunga Acuan 6%
| Selasa, 14 Januari 2025 | 08:35 WIB

Bank Indonesia Berpotensi Menahan Bunga Acuan 6%

BI-Rate diperkirakan tetap di level 6%, setelah penurunan terakhir sebesar 25 basis poin (bps) pada September 2024

Penerimaan Cukai 2025 Sulit Tembus Target
| Selasa, 14 Januari 2025 | 08:29 WIB

Penerimaan Cukai 2025 Sulit Tembus Target

Pelemahan daya beli masyarakat menjadi salah satu batu sandungan pemerintah untuk mencapai target penerimaan cukai

Faktor AS dan China Mengusik Surplus Dagang
| Selasa, 14 Januari 2025 | 08:24 WIB

Faktor AS dan China Mengusik Surplus Dagang

Surplus neraca perdagangan pada bulan Desember 2024 diramal mencapai US$ 3 miliar hingga US$ 4,77 miliar

Tuntaskan IPO, Delta Giri (DGWG) Bidik Laba Tumbuh Dua Digit
| Selasa, 14 Januari 2025 | 08:17 WIB

Tuntaskan IPO, Delta Giri (DGWG) Bidik Laba Tumbuh Dua Digit

Usai saham DGWG tercatat di BEI, David menargetkan penjualan DGWG bisa tumbuh 15%-20% secara tahunan di tahun 2025.

Hashim Djojohadikusumo, Fadel Muhammad dan Arwin Rasyid Mendongkrak Pamor Saham WIFI
| Selasa, 14 Januari 2025 | 08:11 WIB

Hashim Djojohadikusumo, Fadel Muhammad dan Arwin Rasyid Mendongkrak Pamor Saham WIFI

WIFI masih mengantongi rencana mengggelar rights issue maksimal 4,71 miliar saham biasa dengan nominal Rp 100 setiap saham.

Tunjuk Kontraktor, Indika Energy (INDY) Memacu Proyek Awak Mas
| Selasa, 14 Januari 2025 | 08:10 WIB

Tunjuk Kontraktor, Indika Energy (INDY) Memacu Proyek Awak Mas

PT Indika Energy Tbk (INDY) segera memacu proyek emas Awak Mas di Sulawesi Selatan, melalui anak usahanya, PT Masmindo Dwi Area.

Saham Keping Biru Kalah Pamor
| Selasa, 14 Januari 2025 | 08:07 WIB

Saham Keping Biru Kalah Pamor

Saat aksi jual investor asing berlanjut, investor memilih saham yang bisa memberi cuan dalam jangka pendek

INDEKS BERITA

Terpopuler