Banjir Produksi, Harga Komoditas Energi di Kuartal I-2019 Tenggelam

Selasa, 02 April 2019 | 07:00 WIB
Banjir Produksi, Harga Komoditas Energi di Kuartal I-2019 Tenggelam
[]
Reporter: Amalia Fitri, Yusuf Imam Santoso | Editor: Yuwono triatmojo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja komoditas energi sepanjang kuartal I-2019 cenderung turun. Sentimen berkurangnya permintaan sempat menghantui komoditas energi.

Batubara mencatatkan kinerja buruk di tiga bulan pertama tahun ini. Sepanjang kuartal I-2019, harga batubara di ICE Futures ambruk 14,11%. Di akhir Maret lalu, harga komoditas batubara berada di level US$ 84,30 per metrik ton. Ini adalah level terendah batubara di tahun ini.

Setali tiga uang, kinerja gas alam di triwulan pertama tahun ini juga kurang menggembirakan. Jumat (29/3), harga gas alam kontrak pengiriman Mei 2019 di New York Mercantile Exchange berada di level US$ 2,662 per mmbtu. Angka ini melemah 0,37% dibandingkan akhir tahun lalu.

Tapi harga minyak masih melesat. Di akhir kuartal I lalu, harga minyak kontrak pengiriman Mei 2019 di New York Mercantile Exchange mencapai US$ 60,14 per barel. Artinya, di tiga bulan pertama tahun ini, komoditas energi yang satu ini mengalami kenaikan harga hingga 29,30%.

Para analis melihat, banjir pasokan dan berkurangnya permintaan masih menghantui harga komoditas energi. Berikut ulasannya.

Batubara

Sepanjang kuartal I-2019, harga batubara cenderung loyo. Padahal tahun lalu, si hitam ini menjadi komoditas yang diunggulkan. Awan hitam yang menghantui harga batubara dimulai setelah China memangkas impor batubara asal Australia.

Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono menjelaskan, berkurangnya permintaan batubara China cukup mempengaruhi harga batubara. Maklum, Negeri Tirai Bambu ini merupakan konsumen terbesar si hitam.

Pemerintah China memang berniat memangkas impor batubara tahun ini. China memang mulai memperhatikan masalah lingkungan dan berniat memperbesar penggunaan bahan bakar ramah lingkungan.

Wahyu memprediksi, harga batubara tahun ini sulit berbalik arah. Apalagi, batubara mulai tergantikan oleh gas alam seiring program pengurangan emisi," jelas dia.

Bahkan, harga batubara cenderung tertekan saat harga minyak menguat. Sekadar info, biasanya harga batubara bergerak seiring harga minyak. Karena itu, Wahyu memprediksi harga si hitam ini akan bergerak dengan kisaran US$ 70–US$ 100 per metrik ton di kuartal II-2019.

Gas alam

Sepanjang tiga bulan pertama 2019, pergerakan gas alam cenderung stabil. Musim dingin menjadi sentimen utama bagi pergerakan gas alam. Cuaca di Januari dan Februari masih masuk musim dingin. Ini membuat permintaan terhadap komoditas energi yang satu ini cenderung besar.

Namun, memasuki Maret, biasanya udara di kawasan benua Amerika dan Eropa serta China mulai hangat. Hal ini mendorong penggunaan gas alam untuk pemanas ruangan cenderung berkurang. Otomatis harga gas alam terjungkal.

Analis Asia Trade Point Futures Cahyo Dewanto mengatakan, jika perang dagang berakhir positif, ada potensi harga gas alam melesat. Mengingat, tarif 10% untuk liquefied natural gas (LNG) AS akan membantu dorongan ekspor gas alam ke China, yang akan menaikkan permintaan dan mengerek harga.

Minyak

Minyak berhasil mencetak hasil fantastis di akhir kuartal I-2019. Komoditas energi yang satu ini berhasil kembali ke atas US$ 60 per barel.

Analis Global Artha Futures Adnan Chaniago menjelaskan, perlahan tapi pasti, harga minyak kembali perkasa. Sentimen utama datang dari keputusan OPEC dan negara sekutunya untuk melakukan pemangkasan produksi sebesar 1,2 juta barel per hari.

Sepanjang kuartal I-2019, program tersebut berjalan lancar. Bahkan, harga minyak kian melesat setelah stok minyak Amerika Serikat mengalami penurunan.

Tetapi produksi minyak AS berpotensi kembali naik. Apalagi, saat ini Negeri Paman Sam merupakan produsen terbesar minyak, dengan produksi sebesar 12,1 juta barel.

Bagikan

Berita Terbaru

Pertebal Portofolio, Saratoga (SRTG) Siapkan Dana US$ 150 Juta
| Kamis, 23 Januari 2025 | 09:07 WIB

Pertebal Portofolio, Saratoga (SRTG) Siapkan Dana US$ 150 Juta

PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) membidik sejumlah perusahaan potensial untuk didanai pada tahun 2025 ini. 

Berbenah, Prospek Saham GOTO Berpotensi Merekah
| Kamis, 23 Januari 2025 | 09:03 WIB

Berbenah, Prospek Saham GOTO Berpotensi Merekah

Pemulihan kinerja dan bisnis on demand service mendorong prospek harga saham PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO)

Menangkap Peluang Mengoleksi Emas Saat Harga Terkoreksi
| Kamis, 23 Januari 2025 | 08:31 WIB

Menangkap Peluang Mengoleksi Emas Saat Harga Terkoreksi

Di jangka pendek ada peluang harga emas terkoreksi. Data-data inflasi Amerika Serikat menunjukkan pelambatan

Langkah Konsolidasi Akan Berlanjut, Taji KPR Syariah Bank BTN (BBTN) Kian Kuat
| Kamis, 23 Januari 2025 | 08:26 WIB

Langkah Konsolidasi Akan Berlanjut, Taji KPR Syariah Bank BTN (BBTN) Kian Kuat

Ketimbang IPO entitas hasil merger UUS BTN Syariah dan Bank Victoria Syariah, BBTN membuka peluang untuk mengakuisisi bank syariah lain.

Tarik Minat Masyarakat di Program 3 Juta Rumah, Kementerian BUMN Gunakan Konsep TOD
| Kamis, 23 Januari 2025 | 08:09 WIB

Tarik Minat Masyarakat di Program 3 Juta Rumah, Kementerian BUMN Gunakan Konsep TOD

Pemerintah akan menyisir dan mendata developer nakal agar tidak bisa berpartisipasi dalam Program Tiga Juta Rumah. 

Diam-Diam Sahamnya Sudah Terbang 45%, SMKL Rupanya Berkongsi dengan Perusahaan China
| Kamis, 23 Januari 2025 | 07:53 WIB

Diam-Diam Sahamnya Sudah Terbang 45%, SMKL Rupanya Berkongsi dengan Perusahaan China

PT Satyamitra Kemas Lestari Tbk (SMKL) dan Ghuangzhou Yi Song berkongsi masuk ke bisnis paper pulp mold. ​

PK Ditolak, Subagio Wirjoatmodjo Mesti Melepas Kepemilikannya di Trimata Benua
| Kamis, 23 Januari 2025 | 07:41 WIB

PK Ditolak, Subagio Wirjoatmodjo Mesti Melepas Kepemilikannya di Trimata Benua

Data terbaru menunjukkan, kepemilikan Subagio Wirjoatmodjo di perusahaan batubara PT Trimata Benua sebanyak 25 persen.

Gara-Gara Perintah Donald Trump, Arus Masuk Dana ke Obligasi Domestik Tersendat
| Kamis, 23 Januari 2025 | 07:02 WIB

Gara-Gara Perintah Donald Trump, Arus Masuk Dana ke Obligasi Domestik Tersendat

Peluang pemangkasan suku bunga acuan alias BI rate dapat mendukung valuasi yield obligasi domestik. 

Bank Indonesia Siap Borong SBN di Pasar Sekunder
| Kamis, 23 Januari 2025 | 07:00 WIB

Bank Indonesia Siap Borong SBN di Pasar Sekunder

Langkah borong SBN oleh Bank Indonesia sebagai bentuk dukungan bank sentral terhadap program ekonomi pemerintah.

Indonesia Menawarkan Investasi Baterai Listrik
| Kamis, 23 Januari 2025 | 06:45 WIB

Indonesia Menawarkan Investasi Baterai Listrik

Pada September nanti Indonesia secara keseluruhan bisa memenuhi standar besar seperti Exponential Moving Average (EMA).

INDEKS BERITA

Terpopuler