KONTAN.CO.ID - JAKARTA.
Di tengah tantangan yang dihadapi industri perbankan pada 2018, bank-bank menyakini bisa menjaga rasio efisiensi atau rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO). PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) misalnya, masih mampu menjaga rasio BOPO di bawah rata-rata industri. " Tahun lalu rasio kami juga masih 60%-an," kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja usai menghadiri Pertemuan Tahunan Industri Perbankan Jumat (11/1) malam pekan lalu di Jakarta.
Rasio BOPO BCA yang mini turut mendapat sokongan dari kinerja bank ini yang menjaga rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL). "Kalau bicara BOPO itu pasti ngomong NPL, kalau NPL rendah, maka BOPO juga bagus. NPL kami juga sudah stabil di angka 1,4%," lanjutnya. Tahun ini, BCA masih menargetkan rasio BOPO berada di kisaran 60%.
Efisiensi merupakan kata kunci BOPO. Jika tahun-tahun sebelumnya BCA bisa membuka 30 hingga 40 cabang, nah tahun 2019 ini jumlahnya tidak akan sebesar itu. BCA saat ini sedang mempertimbangkan untuk membangun kantor cabang digital (digital branch). Walaupun dari segi biaya lebih mahal, secara jangka panjang kantor jenis digital bisa lebih banyak menekan biaya bank.
Sementara Direktur Utama PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) Parwati Surdaudaja menyatakan pada tahun 2018 perseroan masih dapat menjaga rasio BOPO di level 75%. Tahun ini, Parwati bilang OCBC NISP menargetkan rasio BOPO berada di bawah 75%.
Meski demikian hal tersebut disebutnya akan jadi tantangan, sebab tahun ini OCBC NISP akan melakukan beberapa investasi. "Tahun ini harapan berada di bawah 75%, karena kami akan banyak investasi juga. Seperti renovasi kantor, kemudian membangun online site, dan teknolog informasi," katnya dalam kesempatan sama.
Sekadar catatan, hingga Oktober 2018, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat rasio BOPO industri perbankan berada di level 79,71%. Meningkat tipis dibandingkan bulan Oktober 2017 yang tercatat sebesar 78,39%.