Bank Daerah Memacu Pertumbuhan Laba

Rabu, 27 Maret 2019 | 06:28 WIB
Bank Daerah Memacu Pertumbuhan Laba
[]
Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Yuwono Triatmodjo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA/SERANG. Bank pembangunan daerah (BPD) masih bisa mencatatkan pertumbuhan laba bersih meski tipis. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), laba bersih BPD sepanjang 2018 sebesar Rp 13,09 triliun, tumbuh 5,38% secara year on year (yoy) dibandingkan 2017 yang sebesar Rp 12,42 triliun.

Beberapa BPD yang sudah melaporkan kinerjanya sepanjang 2018 punya catatan bervariasi. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM) misalnya membukukan laba Rp 1,26 triliun, masih tumbuh 8,71% yoy dibanding laba 2017 senilai Rp 1,15 triliun.

Pertumbuhan laba ini ditopang dari pertumbuhan kredit pada 2018 yang mencapai Rp 33,89 triliun atau tumbuh 6,74% yoy. Di sisi lain, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) juga tumbuh signifikan menjadi Rp 50,91 triliun dengan pertumbuhan 27,78% yoy dari Rp 39,84 triliun.

Untuk tahun ini minimal kami mematok target pertumbuhan laba sebesar 7,5%, kata Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyanugraha kepada KONTAN.

PT Bank Pembangunan Jawa Tengah yang juga masih membukukan laba, meski tipis. Sepanjang 2018 perseroan ini mendapat laba Rp 1,24 triliun, tumbuh 4,83% yoy. Kenaikan laba ditopang pertumbuhan kredit naik 7,14% yoy menjadi Rp 43,13 triliun.

Direktur Bisnis Ritel dan Unit Usaha Syariah Bank Jateng Hanawijaya mengatakan, tahun ini Bank Jateng akan meningkatkan penyaluran kredit di sektor produktif dan penguatan pengumpulan dana murah. Sepanjang 2018 portofolio kredit produktif kami masih 37,66% atau Rp 17,28 triliun dari total penyaluran kredit. Tahun ini kami menargetkan komposisinya bisa 43,29% dari total kredit, kata Hanawijaya.

Pertumbuhan laba paling signifikan terjadi pada PT Bank DKI Jakarta. Hingga akhir 2018 lalu, perseroan ini berhasil membukukan laba Rp 800,3 miliar atau meningkat 12,4% yoy dari Rp 712,2 miliar di 2017.

Adapula BPD yang justru mengalami kerugian. PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk menjadi contoh. Sepanjang 2018 lalu perseroan ini menderita rugi bersih Rp 100,13 miliar. Padahal pada 2017 kerugian Bank Banten masih Rp 76,25 miliar.

Padahal, kredit maupun DPK perseroan ini sejatinya tumbuh masing-masing 7,99% yoy dan 19,84% yoy. Kami kekurangan modal, sehingga masih kesulitan melakukan ekspansi, kata Direktur Utama Bank Banten Fahmi Bagus Mahesa usai RUPST di Serang, Senin (25/3).

Untuk menambah modal Bank Banten berencana menerbitkan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) mencapai Rp 600 miliar tahun ini.

Sementara PT Bank BPD DIY sepanjang 2018 masih mencatatkan laba, meski tipis. Tahun lalu perseroan ini berhasil mencetak laba Rp 223,07 miliar, tumbuh 1,33% yoy dibandingkan 2017 senilai Rp 220,14 miliar. Direktur pemasaran Bank DIY Agus Trimurjanto mengatakan, tahun ini target laba Rp 350 miliar, dengan target pertumbuhan kredit 14,5% dengan mendorong kredit di sektor produktif khususnya di sektor perdagangan besar, industri makan dan minuman.

Bagikan

Berita Terbaru

Bisnis Asuransi Umum Masih Kurang Berotot
| Jumat, 21 November 2025 | 04:50 WIB

Bisnis Asuransi Umum Masih Kurang Berotot

Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mencatat pelaku industri membukukan pendapatan premi sebesar Rp 84,72 triliun hingga kuartal III-2025. 

IHSG Cetak Rekor Baru 8.491, Intip Proyeksi & Rekomendasi Saham Hari Ini (21/11)
| Jumat, 21 November 2025 | 04:45 WIB

IHSG Cetak Rekor Baru 8.491, Intip Proyeksi & Rekomendasi Saham Hari Ini (21/11)

IHSG capai rekor baru 8.491. Simak analisis ahli, proyeksi pergerakan, sentimen pasar global, dan rekomendasi saham pilihan untuk Jumat (21/11).

Pajak Ekspor dan Pasar Batubara Indonesia
| Jumat, 21 November 2025 | 04:15 WIB

Pajak Ekspor dan Pasar Batubara Indonesia

Indonesia adalah pemain besar, tetapi harga batubara kita justru sering lebih rendah daripada pasar global.

Industri Penjaminan Siapkan Mitigasi Hadapi Perubahan Aturan Main KUR
| Jumat, 21 November 2025 | 04:10 WIB

Industri Penjaminan Siapkan Mitigasi Hadapi Perubahan Aturan Main KUR

Pelaku industri penjaminan turut menyiapkan antisipasi guna menghindari dampak buruk dari perubahan regulasi terkait KUR di tahun 2026.

Anomali Buyback Saham DEWA, Tak Sesuai Parameter Pasar Berfluktuasi Secara Signifikan
| Kamis, 20 November 2025 | 22:22 WIB

Anomali Buyback Saham DEWA, Tak Sesuai Parameter Pasar Berfluktuasi Secara Signifikan

Buyback saham PT Darma Henwa (DEWA) digelar saat IHSG tengah rally dan harga sahamnya sedang mendaki.  

UNTR Berisiko Menghadapi Low Cycle, Diversifikasi ke Emas dan Nikel Masih Menantang
| Kamis, 20 November 2025 | 14:00 WIB

UNTR Berisiko Menghadapi Low Cycle, Diversifikasi ke Emas dan Nikel Masih Menantang

Prospek bisnis United Tractors (UNTR) diprediksi menantang hingga 2026, terlihat dari revisi proyeksi kinerja operasional.

Neraca Pembayaran Q3-2025 Defisit US$ 6,4 Miliar, Tertekan Arus Keluar Dana Asing
| Kamis, 20 November 2025 | 11:07 WIB

Neraca Pembayaran Q3-2025 Defisit US$ 6,4 Miliar, Tertekan Arus Keluar Dana Asing

Defisit NPI Indonesia berlanjut tiga kuartal berturut-turut. Transaksi berjalan surplus didorong ekspor nonmigas, namun modal finansial defisit.

Belanja Beberapa Lembaga & Kementerian Masih Seret
| Kamis, 20 November 2025 | 09:53 WIB

Belanja Beberapa Lembaga & Kementerian Masih Seret

Realisasi anggaran tiga K/L tercat baru mencapai sekitar 60% dari pagu                              

Wamenkeu Ikut Koordinasi Fiskal Moneter
| Kamis, 20 November 2025 | 09:45 WIB

Wamenkeu Ikut Koordinasi Fiskal Moneter

Kementerian Keuangan akan turut hadir dalam setiap Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan yang digelar Bank Indonesia

Setoran Pajak Masih Loyo, Target Berisiko Jebol
| Kamis, 20 November 2025 | 09:27 WIB

Setoran Pajak Masih Loyo, Target Berisiko Jebol

Hingga akhir Oktober 2025, realisasi penerimaan pajak tercatat masih terkontraksi 3,92%                         

INDEKS BERITA

Terpopuler