KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aktivitas pasar keuangan di dalam negeri riuh di tengah pandemi. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat nilai rights issue mencetak rekor dengan nilai Rp 149,27 triliun. Emiten sektor perbankan menyokong kenaikan pengumpulan dana melalui penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue di bursa saham.
BEI mencatat sepanjang tahun ini, ada 13 bank yang rights issue. Sebagian besar adalah bank kecil yang berupaya mempertebal modal untuk memenuhi aturan modal inti minimum senilai Rp 2 triliun di akhir 2021 dan Rp 3 triliun di akhir 2022 dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) akan rights issue pada November 2021. Berdasar prospektus rights issue, bank ini akan menawarkan 282.718.750 saham baru. Direktur Utama Bank Ina Daniel Budirahayu menjelaskan, jumlah saham yang ditawarkan turun dari rencana sebelumnya yang sebanyak 2 miliar saham.
Namun dana yang ditargetkan tetap seperti target semula. "Target dana Rp 1 triliun sampai Rp 1,2 triliun dengan harga rights issue berkisar Rp 4.300 hingga Rp 4.387 per saham," katanya ke KONTAN, Minggu (19/9).
Daniel bilang, Bank Ina memiliki modal yang memadai, sehingga tidak terdesak untuk meningkatkan target perolehan dana. Per Juni 2021, modal inti Bank Ina sebesar Rp 1,1 triliun. Untuk memenuhi ketentuan OJK, Bank Ina akan kembali menggelar rights issue pada tahun depan.
Analis Erdhika Elit Sekuritas, Ivan Kasulthan menilai harga penawaran rights issue BINA menarik. Alasan dia, harga itu di bawah harga pasar BINA, yaitu Rp 4.400 per saham pada perdagangan Jumat (17/9). "Kami merekomendasikan buy dengan target harga Rp 4.900 - Rp 4.980 per saham," ujar Ivan.
Sementara PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) akan rights issue sebanyak-banyaknya 14,23 miliar saham. Dengan harga rights issue
Rp 318 per saham, maka perolehan dana yang dibidik mencapai Rp 4,5 triliun. Perdagangan saham rights issue BABP masih berlangsung hingga 27 September.
Namun, PT MNC Kapital Indonesia Tbk sebagai pemegang saham utama BABP tidak akan menyerap semua haknya dan tidak akan mengalihkan HMETD. Selain itu, tidak ada juga pembeli siaga dalam rights issue ini. Mengutip prospektus, bank ini juga akan melakukan private placement sehingga membuka pintu masuknya investor strategis. BABP termasuk bank yang agresif meningkatkan layanan digital melalui MotionBanking.
Investor anyar
PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA) juga akan rights issue dengan menerbitkan sebanyak-banyak 20 miliar saham. Bank ini masih proses penjajakan dengan calon investor strategis. "(Investor yang dijajaki) siapa saja yang bisa mendukung rencana go digital perseroan ke depan," kata Direktur Utama Bank Capital, Wahyu Dwi Ali.
Kemudian PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) bakal menjual sebanyak-banyaknya 750 juta saham. Jumlah rights issue tersebut, setara 32,47% dari total modal yang ditempatkan dan disetor penuh BNBA saat ini.
Belum diketahui harga pelaksanaan rights issue BNBA. Namun jika memakai asumsi harga saham BNBA pada akhir perdagangan Jumat (17/9) di Rp 1.420, maka BNBA maksimal bisa menghimpun dana hingga Rp 1,06 triliun.
BNBA telah menunjuk konsultan independen untuk mewakilinya mencari investor strategis. Langkah ini sudah tahap final. "Kami akan informasikan pada saatnya," ujar Wikan Aryono, Direktur Utama BNBA, Minggu (19/9).
BNBA merupakan salah satu bank yang tersengat euforia bank digital, setelah santer kabar Sea Group mengincar bank ini. Sejak awal tahun, saham bank ini naik 265,98% ke level Rp 1.420 per saham pada Jumat (17/9).
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.