Bawang Putih Menjadi Pemicu Kenaikan Impor Barang Konsumsi di Bulan Mei

Selasa, 25 Juni 2019 | 05:21 WIB
Bawang Putih Menjadi Pemicu Kenaikan Impor Barang Konsumsi di Bulan Mei
[]
Reporter: Benedicta Prima, Titis Nurdiana | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tanda-tanda perlambatan ekonomi semakin terang. Ini terlihat dari kinerja impor Indonesia pada Mei 2019 yang kembali melemah, setelah mencatat kenaikan dua bulan berturut-turut selama Maret dan April 2019. Walhasil, neraca dagang membiru US$ 207,6 juta.

Performa impor Mei 2019 berbeda dengan pola impor bulan Mei dua tahun sebelumnya. Nilai impor Mei 2017 dan Mei 2018 mencatatkan kenaikan dari bulan sebelumnya. Padahal, kondisinya hampir sama, bahwa Mei 2017, 2018, dan 2019 merupakan bulan dimulainya puasa.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor Mei 2019 sebesar US$ 14,53 miliar. Baik secara bulanan alias month to month (mtm) dan tahunan alias year on year (yoy), angka ini turun, masing-masing sebesar 5,62% dan 17,71%.

Impor hampir semua jenis barang menurun. Kecuali, impor barang konsumsi yang naik 5,62% mtm menjadi US$ 1,54 miliar. Kenaikan ini, dipicu oleh kebijakan impor bawang putih oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Kepala BPS Suhariyanto memerinci impor bahan baku atau penolong, turun 7,82% ketimbang April, menjadi US$ 10,66 miliar. Penurunan impor bahan baku terjadi pada komoditas mobile phone tanpa baterai, emas batangan dan gula mentah dan kapas.

Sementara itu, impor barang modal tercatat turun 1,76% ketimbang bulan sebelumnya menjadi sebesar US$ 2,33 miliar. Penurunan impor kelompok ini, terjadi pada truk dan mesin berat.

Meski demikian, BPS tak sepakat bahwa penurunan impor sebagai indikasi melemahnya pertumbuhan ekonomi. Sebab, pertumbuhan industri kuartal satu lalu masih cukup baik, yakni 3,86%. Suhariyanto berharap pada kuartal dua ini pertumbuhan industri bisa semakin baik.

Tak hanya itu, konsumsi rumah tangga juga masih bagus. "Saya tidak melihat indikasi pelemahan ekonomi. Triwulan dua barang konsumsi masih naik, konsumsi rumah tangga saya yakin bagus dengan inflasi yang terkendali," katanya, Senin (24/6).

Sementara, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengkhawatirkan penurunan performa impor ini, terutama penurunan pada impor bahan baku dan barang modal. Sebab, penurunan itu bisa menekan kegiatan industri dalam negeri. Penurunan impor bahan baku, bisa berdampak pada penurunan produksi.

"Kalau komponen impor turun dan ada substitusinya dalam negeri, itu baik. Kalau tidak, sektor manufaktur akan melemah karena bahan baku menurun," ujar Sri Mulyani, Jumat (21/6) lalu.

Pemerintah memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua tahun ini sebesar 5,05%–5,15% yoy. Angka ini melambat dibanding pertumbuhan ekonomi kuartal II-2018 sebesar 5,27% yoy.

Tumbuh lebih rendah

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo juga mewanti-wanti potensi perlambatan ekonomi kuartal kedua tahun ini. Ekonomi tahun ini diperkirakan tumbuh 5,2% yoy dan berpotensi lebih rendah lebih menjadi 5,1% yoy. "Yang perlu di-mantain, konsumsi rumah tangga dan investasi non bangunan harus didorong," tandasnya.

Peneliti Institute Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhi Negara juga memperkirakan, penurunan impor bahan baku dan barang modal akan berlanjut di semester kedua nanti. Ini karena pengusaha mengurangi stok bahan baku akibat perang dagang dan ketidakpastian permintaan dalam negeri.

Bagikan

Berita Terbaru

Aliran Dana Asing Keluar Rp 2,49 Triliun, Dalam Sepekan IHSG Turun 3,25%
| Sabtu, 12 April 2025 | 09:52 WIB

Aliran Dana Asing Keluar Rp 2,49 Triliun, Dalam Sepekan IHSG Turun 3,25%

Kemarin, aliran dana asing net buy Rp 44,61 miliar. Namun, jika ditotal aliran dana asing keluar (net sell)  Rp 2,49 triliun selama sepekan.

Profit 32,48% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik Lagi (12 April 2025)
| Sabtu, 12 April 2025 | 08:39 WIB

Profit 32,48% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik Lagi (12 April 2025)

Harga emas Antam hari ini (12 April 2025) 1 gram Rp 1.904.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 32,48% jika menjual hari ini.

Tunggu Respon Permintaan Pertemuan Prabowo-Trump
| Sabtu, 12 April 2025 | 07:28 WIB

Tunggu Respon Permintaan Pertemuan Prabowo-Trump

Kementerian Luar Negeri telah memulai negosiasi terkait pengenaan tarif  PresidenTrump terhadap Indonesia

Kenaikan Tarif Jalan Tol Tunggu Hasil Pemeriksaan SPM
| Sabtu, 12 April 2025 | 07:24 WIB

Kenaikan Tarif Jalan Tol Tunggu Hasil Pemeriksaan SPM

Menurut Kementerian Pekerjaan Umum (PU) sudah ada Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yang mengajukan kenaikan tarif tol

Komoditas dan Tarif AS Ganggu Likuiditas Valas
| Sabtu, 12 April 2025 | 07:16 WIB

Komoditas dan Tarif AS Ganggu Likuiditas Valas

Pemerintah dinilai perlu menempuh jalan tengah untuk mengamankan likuiditas valuta asing dalam negeri

Rupiah Sepanjang Pekan Tertekan Tarif Trump
| Sabtu, 12 April 2025 | 06:41 WIB

Rupiah Sepanjang Pekan Tertekan Tarif Trump

Rupiah bergerak melemah sepanjang pekan ini. Tensi perang dagang yang meningkat menjadi penekan mata uang Garuda.

CEO Erajaya Food Jeremy Sim Nyaman Investasi di Instrumen Minim Risiko
| Sabtu, 12 April 2025 | 06:35 WIB

CEO Erajaya Food Jeremy Sim Nyaman Investasi di Instrumen Minim Risiko

 Investasi sesuai usia dan waktu. Kalimat itu menjadi pegangan Jeremy Sim, CEO Erajaya Food & Nourishment

Menyiangi Reksadana Saat Volatilitas Tinggi
| Sabtu, 12 April 2025 | 06:30 WIB

Menyiangi Reksadana Saat Volatilitas Tinggi

Di tengah volatilitas pasar keuangan, instrumen reksadana dipandang memiliki risiko lebih terukur dan lebih stabil. 

Ekspansi Pasar Surya Biru Murni Acetylene TBk (SBMA) ke Berbagai Sektor
| Sabtu, 12 April 2025 | 06:28 WIB

Ekspansi Pasar Surya Biru Murni Acetylene TBk (SBMA) ke Berbagai Sektor

Mengupas profil PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) dan strategi bisnis untuk meningkatkan kinerja di tahun 2025

Bidik Dana Rp 5,89 Triliun, Solusi Sinergi Digital (WIFI) Menggelar Rights Issue
| Sabtu, 12 April 2025 | 06:15 WIB

Bidik Dana Rp 5,89 Triliun, Solusi Sinergi Digital (WIFI) Menggelar Rights Issue

Emiten teknologi milik Hashim Djojohadikusumo itu, berencana menerbitkan maksimal 2,94 miliar saham dengan nominal Rp 100.

INDEKS BERITA

Terpopuler