Berita Saham

BCA Pilih Pembiayaan Hijau dan Berkelanjutan

Senin, 16 Oktober 2023 | 12:09 WIB
BCA Pilih Pembiayaan Hijau dan Berkelanjutan

ILUSTRASI. JAKARTA,21/12-OPTIMISTIS PERTUMBUHAN KREDIT BBCA - Nasabah melakukan video banking saat membuka rekening tabungan di salah satu kantor cabang BCA di Jakarta, Selasa (21/12/2021). PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) optimis pertumbuhan kredit akan tumbuh di kisaran 4%?6% pada tahun ini. Secara tahunan (year-on-year/yoy), total kredit BCA tumbuh 4,1% menjadi Rp605,9 triliun pada September 2021.KONTAN/Fransiskus Simbolon

Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - Bukan hanya untuk sendiri, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mengajak menerapkan prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik (LST), mulai untuk nasabah hingga lingkungan dan sosial. 

JAKARTA.  Setiap musim laporan keuangan, rapor PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) pastilah ditunggu-tunggu. Wajar saja, sebagai bank swasta terbesar di Tanah Air dengan aset Rp 1.357 triliun, BCA berperan sebagai penggerak ekonomi di Indonesia.

Pertumbuhan nilai kredit dan laba laba setiap tahun memperlihatkan kontribusi dari bisnis keberlanjutan. Alih-alih ugal-ugalan mengejar nilai kredit yang melesat, BCA menerapkan aspek environmental, social, and good governance (ESG) alias lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik (LST) dalam bisnisnya.
 
Sebagai gambaran, di akhir Juni 2023, BCA menyalurkan kredit Rp 735,9 triliun,  atau naik 9% dari perolehan di periode yang sama tahun 2022. Dari nilai itu, sebanyak Rp 181 triliun atau 24,3% disalurkan untuk sektor-sektor berkelanjutan melalui kategori kegiatan usaha berkelanjutan (KKUB).
 
Ada dua sasaran pembiayaan, yaitu untuk Kegiatan Usaha Berwawasan Lingkungan (KUBL) dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). 
 
Per akhir 2022 lalu, KUBL dikucuri kredit Rp 80,9 triliun. Ada delapan sektor yang menjadi sasaran kredit, antara lain sumber daya alam hayati dan penggunaan lahan berkelanjutan, pengelolaan air dan limbah air, energi terbarukan, sampai produk eco-efficient.
 
Pembiayaan berkelanjutan BCA, salah satunya mengalir ke sektor energi terbarukan, dengan total kapasitas energi yang dihasilkan mencapai 210 MW, yang terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM), Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm), dan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg), hingga Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
 
Di sisi lain, BCA memetakan sektor bisnis yang berisiko lebih tinggi terhadap kerusakan lingkungan, seperti perkebunan dan industri kelapa sawit, tambang batubara, pembangunan jalan tol, industri kayu dan hasil hutan, serta industri semen dan besi baja dasar. 
 
Bukan berarti BCA tidak membiayai sektor-sektor ini. Hanya saja, mereka selektif pilih debitur. Sebagian besar pembiayaan untuk SDA hayati dan lahan berkelanjutan diberikan kepada pekebun sawit tersertifikasi, baik Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) maupun Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO). 
 
Sedangkan untuk UMKM berbasis LST mengalir Rp 102,3 triliun.  Antara lain lewat penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) dan untuk produsen brand lokal lewat  sekitar 1.500 merchant Bangga Lokal BCA. 
 
Ke depan, prospek kredit berkelanjutan BCA cukup baik dan masih banyak peluang pembiayaan ke sektor-sektor berkelanjutan. “BCA tidak membidik sektor tertentu, namun membuka kesempatan untuk pembiayaan ke seluruh sektor berkelanjutan,” kata EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn. 
 
Komitmen BCA menjalankan bisnis berkelanjutan selaras dengan POJK 51/2017 tentang Keuangan Berkelanjutan. “Bagi kami, bisnis berkelanjutan akan terus  jadi bagian penting dalam strategi usaha BCA,” ujar Hera.
 

Luncurkan paylater

Selain menerapkan sustainable financing atau pembiayaan berkelanjutan, BCA punya berbagai langkah untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dan transisi menuju ekonomi rendah karbon. 

Untuk aspek lingkungan misalnya, langkah BCA antara lain, mendorong digitalisasi layanan perbankan dan inovasi berbasis teknologi digital, operasional yang ramah lingkungan, hingga konservasi keanekaragaman hayati. 
 
“Digitalisasi layanan perbankan dan inovasi berbasis teknologi digital mengalami kemajuan sangat pesat di BCA. Lebih dari 99% transaksi di BCA dilakukan melalui kanal digital,” ujar Hera. 
Selain itu, digitalisasi membawa dampak positif khususnya bagi pelaku usaha UMKM. Sebagai contoh, nilai transaksi QRIS yang diproses BCA mencapai Rp 47 triliun hingga Juli 2023, atau meningkat 260% year on year.
 
Supaya operasional bersama dengan nasabah juga memiliki gaya hidup ramah lingkungan, Nasabah diharapkan mengoptimalkan penggunaan kanal-kanal digital guna mendukung kegiatan sehari-hari, misalnya aplikasi mobile banking m-BCA dan myBCA, layanan internet banking serta contact center Halo BCA yang kini dilengkapi dengan kanal aplikasi.
 
BCA juga mengembangkan digital loan platform yang memberikan layanan yang lebih cepat dan nyaman kepada calon UMKM. Yang terbaru, BCA meluncurkan fitur paylater sebagai alternatif pembayaran melalui scan QRIS di aplikasi MyBCA.
 
Untuk operasional ramah lingkungan, BCA mendaur ulang barang atau produk yang tidak terpakai atau rusak. Total  limbah yang dikelola BCA mencapai 266 ton per semester I-2023 lalu. 
 
Dari komitmen menuju operasi ramah lingkungan ini, BCA menghitung, estimasi total pengurangan emisi karbon di tahun 2022 lalu mencapai 1.995,6 tCO2 eq. Angka ini naik 2,25 kali dari tahun sebelumnya. 
 
Untuk transisi menekan karbon, yang terbaru, BCA mendukung kedatangan bursa karbon di Indonesia. Ketika bursa karbon dibuka pada 26 September 2022 lalu, BCA jadi salah satu pembeli perdana unit karbon yang dijajakan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. 
 
Masuk ke aspek sosial, BCA melakukan CSR di bawah payung Bakti BCA. Ada beberapa agenda, antara lain  melakukan  pelestarian keanekaragaman hayati. Melalui kegiatan ini, BCA menanam puluhan ribu pohon di penjuru Indonesia, berkontribusi terhadap pelepasliaran 49 orangutan dan rehabilitasi 46 orangutan, melakukan edukasi lingkungan, hingga  mendukung pelepasliaran sekitar 24.000 tukik (anak penyu) serta adopsi dan relokasi 400 sarang penyu.
 
Bakti BCA juga mengembangkan desa binaan, klinik binaan, sekolah binaan, serta memberi beasiswa. Selain itu, ada juga konservasi alam dan literasi keuangan. Pada tahun 2022 lalu, dana Rp 143,1 miliar digelontorkan untuk CSR BCA. 
 
Pada aspek sosial ini, BCA juga menekankan pentingnya menghargai SDM. Pekerja, baik wanita maupun pria mendapat kesempatan yang sama di BCA, termasuk untuk mencapai jenjang tinggi di perusahaan.
 
Sedangkan aspek tata kelola (good governance), BCA melihat keuangan digital akan makin cepat dan perlu diimbangi dengan sistem keamanan data dan privasi yang andal. Jadi, mereka banyak berinvestasi di luar negeri. Dana yang dikeluarkan untuk sistem jaringan dan operasi data center serta enterprise security. 
 
Budget IT & Enterprise Security BCA mencapai Rp 5,3 triliun di tahun 2022, naik 67% dari tahun sebelumnya. Talenta untuk mengoperasikan TI dan keamanan ini juga ditambah 306 orang pada tahun lalu.
 
Meski punya unit kerja ESG, Hera mengatakan, penerapan prinsip keberlanjutan tetap ada tantangannya tersendiri. Salah satunya pemahaman  pemenuhan aspek LST. Rencana penerapan Taksonomi Hijau Indonesia (THI) pada seluruh segmen debitur di tahun 2023 membutuhkan dukungan dari regulator untuk memperluas sosialisasi dan memberikan waktu persiapan yang memadai bagi debitur agar kegiatan usahanya semakin selaras dengan panduan THI.
 
BCA juga memahami aspek LST di dunia industri tidak seragam karena setiap industri punya ciri khas masing-masing. Maka, BCA meningkatkan komunikasi dan edukasi kepada karyawan maupun debitur perihal LST guna mengurangi kesenjangan pemahaman. 
 
“Kami akan senantiasa berproses bersama dengan debitur untuk menuju penerapan aspek LST yang lebih baik,” ujar Hera.
 

Saham BCA

BCA yakin, komitmen perusahaan menerapkan prinsip keberlanjutan secara konsisten   meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan, yang pada akhirnya memberi nilai tambah jangka panjang. 

Ke depan, BCA berkomitmen untuk senantiasa memperkuat dan mengintegrasikan aspek LST dalam kegiatan operasi dan bisnis. 
 
“Kami terus mendorong dan mengedukasi nasabah, debitur, serta segenap insan BCA untuk mengimplementasikan praktik keberlanjutan,” kata Hera.]
 
Di atas kertas, saham BCA juga memberikan keuntungan bagi para investor mereka. Dengan laba yang selalu bertumbuh, BBCA terbilang rajin memberikan dividen. Tahun 2022 lalu, rasio pemberian dividen atau dividend payout ratio (DPR) mencapai 62% dari laba. 
 
CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas, William Surya Wijaya menilai, prinsip ESG yang dijalankan BCA membuat saham ini menarik mengingat perusahaan terus berinovasi dan terus mengikuti kemajuan zaman.  Bagi William, BCA cocok untuk koleksi saham jangka panjang. 
Terbaru