Berbekal Proyek Kereta Cepat, Wijaya Karya Berpotensi Meraup Omzet Ratusan Triliun

Kamis, 02 Mei 2019 | 06:05 WIB
Berbekal Proyek Kereta Cepat, Wijaya Karya Berpotensi Meraup Omzet Ratusan Triliun
[]
Reporter: Yoliawan H | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di balik proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, ada potensi pemasukan ratusan triliun bagi PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). 

Direktur Utama Wijaya Karya Tumiyana mengungkapkan, sampai 50 tahun ke depan, perusahaan ini bisa meraih pendapatan Rp 466 triliun. Pemasukan itu berasal dari empat kawasan kota mandiri yang bisa dibangun seiring dengan kehadiran proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.

Salah satu lokasi pengembangan kota mandiri berada di kawasan Pulomas, Jakarta Timur. Tiga kota mandiri lainnya berada di jalur kereta cepat. "Properti diharapkan bisa menghasilkan recurring income (pendapatan berulang)," ujar dia, Selasa (30/4).

Kota mandiri di Pulomas sejauh ini paling siap. Pembangunannya bakal dilakukan dengan membentuk perusahaan patungan atau joint venture (JV) bersama dengan PT Jakarta Propertindo.

Kota mandiri Pulomas bakal dibangun di atas lahan seluas 300 hektare (ha). Pembangunannya dilakukan secara bertahap. Tahap pertama mencakup 100 ha. Wijaya Karya diperkirakan perlu investasi sekitar Rp 60 triliun untuk pengembangan tahap pertama selama 10 tahun ke depan.

Wijaya Karya berpotensi meraup pendapatan Rp 200 triliun jika proyek ini kelar. Sementara, potensi pendapatan Rp 266 triliun berasal dari tiga kota mandiri lainnya yang mengusung konsep transit orientation development (TOD).

Di luar Pulomas, perusahaan yang sahamnya merupakan anggota indeks Kompas100 ini telah menyiapkan lahan dengan total luas 1.970 ha. Perinciannya, Karawang seluas 250 ha, Walini seluas 1.270 ha, dan Tegal Luar seluas 450 ha.

Sama seperti di kawasan Pulomas, WIKA terbuka dengan investor lain yang turut berminat menggarap ketiga proyek tersebut. Manajemen emiten ini berharap, kota mandiri bisa mulai dihuni bersamaan dengan mulai beroperasinya kereta cepat.

Bukan hanya proyek dalam negeri, WIKA juga memburu kontrak luar negeri senilai Rp 4,5 triliun. Proyek ini berasal dari sejumlah negara yang sebelumnya sudah ditangani seperti Taiwan, Filipina, Malaysia, Dubai, Aljazair dan Senegal.

"Taiwan ada proyek baru untuk stasiun MRT sudah signing contract. Filipina proyek jalan. Serawak proyek jembatan Rp 800 miliar, Dubai proyek housing dan Senegal untuk hotel, komersial dan kantor. Ada juga Aljazair dan Nigeria," kata Tumiyana.

Tumiyana menyatakan, margin bisnis di luar negeri menarik. Margin bersih proyek di luar negeri berkisar mulai dari 15% bahkan bisa sampai 20%.

Namun kontribusinya belum sebesar kontrak dari dalam negeri. Kontribusinya maksimal 11% terhadap total kontrak dan sebesar 7% terhadap total pendapatan Wijaya Karya. "Sebab pertumbuhan kontrak domestik juga besar," kata Tumiyana.

Bagikan

Berita Terbaru

Profit 26,3% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Susut (30 Juni 2025)
| Senin, 30 Juni 2025 | 09:02 WIB

Profit 26,3% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Susut (30 Juni 2025)

Harga emas Antam hari ini (30 Juni 2025) Rp 1.880.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 26,3% jika menjual hari ini.

Neraca Perdagangan Berpotensi Kembali Mencetak Surplus Besar
| Senin, 30 Juni 2025 | 07:51 WIB

Neraca Perdagangan Berpotensi Kembali Mencetak Surplus Besar

Kinerja ekspor pada bulan Mei diperkirakan meningkat akibat normalisasi setelah liburhari raya pada April lalu

Tantangan Berat Para Pengelola Dana Investasi
| Senin, 30 Juni 2025 | 07:51 WIB

Tantangan Berat Para Pengelola Dana Investasi

Hanya MI dengan permodalan kuat yang mampu mendanai pengembangan ini, memperkuat prinsip Pareto (20/80) dan survival of the fittest.

Harga Pangan Bisa Picu Inflasi Juni
| Senin, 30 Juni 2025 | 07:40 WIB

Harga Pangan Bisa Picu Inflasi Juni

Inflasi kelompok harga bergejolak diperkirakan meningkat, terutama disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditas pangan

Sisa Anggaran Pemerintah Cetak Rekor Tertinggi
| Senin, 30 Juni 2025 | 07:32 WIB

Sisa Anggaran Pemerintah Cetak Rekor Tertinggi

Sisa lebih pembiayaan anggaran (SiLPA) dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) per akhir Mei 2025 melampaui Rp 300 triliun

Mengawal Harga Beras
| Senin, 30 Juni 2025 | 07:05 WIB

Mengawal Harga Beras

Pemerintah perlu mengawal harga beras yang masih di atas harga eceran tertinggi (HET) agar tidak menimbulkan gejolak di publik.

Terjebak Dalam Demokrasi Konsumtif
| Senin, 30 Juni 2025 | 07:00 WIB

Terjebak Dalam Demokrasi Konsumtif

Relasi negara dengan masyarakatnya adalah sebuah modal yang penting untuk membangun demokrasi berkualitas.​

Pelonggaran Moneter AS Bisa Kembali Mengangkat Bitcoin
| Senin, 30 Juni 2025 | 06:45 WIB

Pelonggaran Moneter AS Bisa Kembali Mengangkat Bitcoin

Berdasarkan data Coinmarketcap, BTC naik 6,16% dalam sepekan terakhir ke level US$ 108.158 pada Minggu (29/6).

Wamen Investasi dan Hilirisasi Memperkenalkan Terobosan Kemudahan Berusaha di OSS
| Senin, 30 Juni 2025 | 06:44 WIB

Wamen Investasi dan Hilirisasi Memperkenalkan Terobosan Kemudahan Berusaha di OSS

Fiktif positif diberlakukan sebagai terobosan reformasi birokrasi untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi layanan perizinan.

Harga Logam Industri Menanti Perkembangan Tarif Trump
| Senin, 30 Juni 2025 | 06:20 WIB

Harga Logam Industri Menanti Perkembangan Tarif Trump

Peningkatan pada logam industri ini didorong oleh sentimen pasar yang optimistis terhadap pemulihan ekonomi global.

INDEKS BERITA

Terpopuler