KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masih terbuka peluang bagi para pengembang lahan industri untuk melanjutkan ekspansi usaha. Sebab, kebutuhan terhadap lahan industri terus meningkat seiring perkembangan sejumlah sektor industri seperti manufaktur, otomotif, logistik hingga e-commerce.
Tak pelak, sejumlah pengembang properti terus memperluas bisnisnya dengan membangun kawasan industri di sejumlah wilayah potensial. Meski demikian, keterbatasan lahan dan harga tanah yang semakin meningkat menjadi tantangan bagi pengembang kawasan industri.
Pengelola kawasan industri mengaku tidak mudah menambah lahan baru atawa landbank.
General Manager PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA), Rudy Subrata, menjelaskan selama ini tidak mudah untuk melaksanakan akuisisi lahan baru. Oleh karena itu, pemilik Kawasan Industri Jababeka dan Kawasan Industri Kendal ini mengharapkan pemerintah mempermudah regulasi terkait akuisisi lahan. "Masyarakat tahu berapa harga tanah mereka dan meminta harga tinggi. Jadi butuh campur tangan pemerintah agar akuisisi lahan lebih mudah," ujar dia, Rabu (31/7).
Menurut Rudy, pertumbuhan kawasan industri memiliki dampak ekonomi kepada masyarakat setempat, khususnya dalam penyediaan lapangan kerja baru. Meski demikian, sejauh ini pengembang masih cukup sulit menjalankan rencana akuisisi lahan.
Pengembang kawasan industri lainnya, yakni PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk juga melihat masalah serupa. Bahkan, emiten properti dengan kode saham BEST di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini sudah menyiapkan dana Rp 600 miliar untuk mengakuisisi 100 hektare (ha) lahan baru pada tahun ini. Namun realisasinya belum optimal. Manajemen BEST mengemukakan banyak tantangan yang mesti dihadapi pengembang kawasan industri.
"Negosiasinya tidak mudah. Kalau pun harganya cocok, kami juga butuh waktu untuk pengembangannya. Kemudian bagaimana menjualnya kepada pelaku industri," ujar Direktur BEST, Wijaya Surya.
PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP) juga berencana ekspansi besar-besaran dengan mengucurkan dana Rp 2 triliun untuk rencana bisnis lima tahun ke depan.
Mereka akan menggunakan dana tersebut untuk pengembangan mixed use, pusat pergudangan, bangunan pabrik siap pakai (BPSP) dan lainnya. "Untuk penyewaan lahan industri sekitar 90% dan untuk properti industri sekitar 80% dari kapasitas," sebut Direktur Utama JIEP, Landi Rizaldi Mangaweang, kepada KONTAN, Rabu (31/7).
Saat ini, tingkat penyewaan di kawasan JIEP cukup tinggi sehingga memerlukan pengembangan baru. Apalagi perusahaan milik Pemprov DKI Jakarta dan Kementerian BUMN ini sedang berupaya menjadi kawasan industri internasional dalam tempo 20 tahun mendatang. "Dalam lima tahun ke depan kami akan mengembangkan 20 hektare lahan untuk mendukung kawasan industri," beber Landi.
Sementara, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) berharap segmen kawasan industri bisa meningkat tahun ini. Pasalnya, di semester I 2019, kontribusi kawasan industri satu-satunya segmen yang mengalami penurunan. "Kawasan industri menurun karena belum ada penjualan yang di-booking, tapi seharusnya meningkat di kuartal III dan seterusnya," ujar Head of Investor Relation SSIA, Erlin Budiman.
Hingga semester I-2019, SSIA telah mengakuisisi lahan seluas 1.100 ha di Subang untuk proyek Subang City of Industry yang bakal terbentang seluas 2.000 ha. Saat ini, SSIA membangun fase pertama seluas 250 ha. "Kami mengharapkan pada tahun depan sudah meluncurkan proyek," ungkap Erlin.