KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lambat laun, Indonesia mulai membuka aktivitas di sejumlah sektor. Akhir pekan lalu, pemerintah mengizinkan pertandingan Liga 1. Kasta tertinggi kompetisi sepakbola di negeri ini kembali menggelinding setelah musim lalu tertunda akibat wabah Covid-19.
Meski bisa bermain, para klub peserta kompetisi harus bersabar lantaran belum bisa mengundang para penonton untuk hadir di stadion. Oleh karena itu, klub sepakbola harus kreatif dan mampu berimprovisasi.
Demi mengompensasi absennya para suporter di stadion, pengelola klub bisa berkolaborasi dengan penyedia konten untuk menyajikan layanan live streaming pertandingan sepakbola.
Wabah korona memang memaksa kita untuk kreatif dan inovatif, termasuk dalam menjalani bisnis sepakbola, olahraga sejuta umat.
Jika Indonesia ingin olahraga ini maju dan membesar, maka harus dikelola secara profesional, mulai dari urusan teknis seperti sistem kompetisi, pembinaan usia dini, aturan transfer pemain hingga urusan bisnis termasuk hak siar televisi.
Selain berkolaborasi dari sisi konten, klub bola bisa mempertajam kontribusi sumber lain, seperti merchandise dengan memanfaatkan fanatisme suporter. Di zaman serba digital, kanal penjualan online perlu dimanfaatkan secara masif.
Hal yang tak kalah penting, pengelola klub harus mampu mendatangkan para sponsor agar operasional klub, seperti membayar gaji pemain hingga ongkos pertandingan, tetap terjaga.
Sejatinya, potensi perputaran uang dari bisnis sepakbola cukup menggiurkan. Bahkan, sebuah kajian mengklaim perputaran uang dari Liga 1 dalam satu musim bisa mencapai Rp 3 triliun.
Angka itu tidaklah berlebihan. Hal tersebut lantaran kompetisi sepakbola membawa efek domino hingga berbagai sektor, mulai dari bisnis televisi (hak siar), jersei, sepatu bola, merchandise, transportasi, perhotelan hingga katering.
Bahkan, PT Liga Indonesia Baru mengklaim kompetisi sepakbola mampu menyerap tenaga kerja hingga 112.000 orang.
Potensi tadi memang masih di atas kertas. Realisasinya tentu akan tergantung pada realitas di lapangan, termasuk bagaimana otoritas sepakbola di negeri ini menampilkan pertandingan yang berkualitas. Sebab, tontonan keren otomatis akan mendatangkan keuntungan.
Setidaknya ada dua kunci untuk membangun bisnis sepakbola yang kuat. Pertama, menciptakan kompetisi yang sehat dan bebas suap. Kedua, pembinaan usia dini.