BPS: Produksi Manufaktur di Kuartal Kedua Tumbuh Lebih Lambat

Jumat, 02 Agustus 2019 | 08:15 WIB
BPS: Produksi Manufaktur di Kuartal Kedua Tumbuh Lebih Lambat
[]
Reporter: Bidara Pink, Yusuf Imam Santoso | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tanda-tanda melesunya kinerja industri manufaktur semakin jelas. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi manufaktur di kuartal kedua tahun ini tumbuh melambat.

Perlambatan itu terjadi baik pada industri manufaktur besar dan sedang (IBS) maupun industri manufaktur mikro dan kecil (IMK).

BPS mencatat IBS kuartal II-2019 hanya tumbuh 3,62% year on year (yoy). Jika dibandingkan dengan data dua tahun ke belakang, pertumbuhan itu merupakan yang terendah sejak kuartal I-2017.

Sementara itu, IMK juga tecatat hanya tumbuh 5,52% yoy. Angka ini melambat dibanding pertumbuhan kuartal pertama 2019 yang tercatat sebesar 6,88% yoy.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, melambatnya pertumbuhan IBS disebabkan oleh penurunan produksi sejumlah subsektor pada IBS.

Penurunan terbesar terjadi pada subsektor industri barang logam, bukan mesin, dan peralatannya sebesar 21,46%; industri karet, barang dari karet dan plastik sebesar 15,30%; dan industri kayu, barang dari kayu dan gabus, serta barang anyaman sebesar 14,88%.

Menurut Suhariyanto, menurunnya produksi industri karet dipengaruhi oleh melemahnya harga karet di sejumlah daerah. Selain itu masih ditambah lagi, "Ekspor karet juga menurun, baik dari sisi volume maupun harganya," kata dia, Kamis (1/8).

Sementara dari sisi IMK, perlambatan terjadi karena penurunan produksi sejumlah subsektor. Yang terbesar, yaitu industri logam dasar yang turun hingga 26,09% yoy; industri mesin dan perlengkapan sebesar 16,63% yoy, dan industri peralatan listrik sebesar 10,71% yoy.

Bank Indonesia (BI) sebelumnya memperkirakan, pelemahan industri manufaktur bakal berlanjut ke kuartal ketiga tahun ini. Sebab, dari hasil survei Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI-BI) kuartal III-2019 sebesar 52,11%, turun dari kuartal-II 2019 yang tercatat sebesar 52,65%.

Namun, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara memperkirakan, kinerja manufaktur bakal membaik di kuartal ketiga dan keempat tahun ini.

Pada kuartal III-2019, perbaikan itu didorong oleh ekspektasi stabilitas nilai tukar rupiah yang baik. Perbaikan itu menjaga harga bahan baku dan produksi.

Selain itu, pemangkasan bunga acuan BI alias BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRRR) juga turut membuat kegiatan usaha bergeliat, termasuk manufaktur dalam negeri. Walaupun geliat itu akan lebih terasa jika BI memangkas bunga acuannya satu kali lagi.

Di kuartal IV nanti, kinerja manufaktur akan membaik sejalan dengan adanya momentum Natal dan tahun baru. Momentum itu akan membuat produksi manufaktur dalam negeri meningkat.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun
| Rabu, 24 Desember 2025 | 09:13 WIB

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun

Korporasi masih wait and see dan mereka mash punya simpanan internal atau dana internal. Rumah tangga juga menahan diri mengambl kredit konsumsi.

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:46 WIB

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?

Meningkatnya porsi saham publik pasca-rights issue membuka lebar peluang PANI untuk masuk ke indeks global bergengsi seperti MSCI.

Mengejar Dividen Saham BMRI dan BBRI: Peluang Cuan atau Sekadar Jebakan?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:28 WIB

Mengejar Dividen Saham BMRI dan BBRI: Peluang Cuan atau Sekadar Jebakan?

Analisis mendalam prospek saham BMRI dan BBRI di tengah pembagian dividen. Prediksi penguatan di 2026 didukung fundamental solid.

Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:25 WIB

Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways

Memasuki tahun 2026, pasar energi diprediksi akan berada dalam fase moderasi dan stabilisasi, harga minyak mentah cenderung tetap sideways.

Rupiah Nyungsep dan Bayang-Bayang Profit Taking, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:20 WIB

Rupiah Nyungsep dan Bayang-Bayang Profit Taking, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini

Risiko lanjutan aksi profit taking masih membayangi pergerakan indeks. Ditambah kurs rupiah melemah, menjebol level Rp 16.700 sejak pekan lalu. ​

IHSG Berpeluang Melemah Jelang Libur Natal
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:15 WIB

IHSG Berpeluang Melemah Jelang Libur Natal

Pemicu pelemahan IHSG adalah tekanan pada saham-saham berkapitalisasi pasar besar dan aksi ambil untung (profit taking) investor.

SSIA Bisa Lebih Stabil Tahun Depan
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:10 WIB

SSIA Bisa Lebih Stabil Tahun Depan

Ruang pemulihan kinerja PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mulai terbuka, ditopang pengakuan awal penjualan lahan Subang Smartpolitan, 

Peta Bank Syariah 2026 Berubah, Cek Rekomendasi Saham BRIS & BTPS Pasca Hadirnya BSN
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:59 WIB

Peta Bank Syariah 2026 Berubah, Cek Rekomendasi Saham BRIS & BTPS Pasca Hadirnya BSN

Bank Syariah Nasional langsung merangsek ke posisi dua dari sisi aset dan membawa DNA pembiayaan properti.

Pesta Pora Asing di Saham BUMI, Blackrock hingga Vanguard Ramai-Ramai Serok Barang
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:34 WIB

Pesta Pora Asing di Saham BUMI, Blackrock hingga Vanguard Ramai-Ramai Serok Barang

Investor institusi global seperti Blackrock dan Vanguard mengakumulasi saham BUMI. Simak rekomendasi analis dan target harga terbarunya.

Sederet Tantangan Industri Manufaktur pada 2026
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:20 WIB

Sederet Tantangan Industri Manufaktur pada 2026

Kadin melihat sektor manufaktur tetap menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia pada tahun 2026,

INDEKS BERITA