Buka Pasar Baru, Sido Muncul Genjot Kontribusi Ekspor Hingga 10%

Senin, 18 Februari 2019 | 06:00 WIB
Buka Pasar Baru, Sido Muncul Genjot Kontribusi Ekspor Hingga 10%
[]
Reporter: Agung Hidayat | Editor: Dian Pertiwi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk mengharapkan bisa menggenjot kontribusi penjualan ekspor dari 2% pada tahun lalu menjadi 5%-10% di tahun ini. Salah satu pasar yang mereka andalkan adalah Afrika.

Kalau tak meleset, Nigeria bakal menjadi tujuan perdana ekspor Sido Muncul ke Benua Hitam. Produsen Tolak Angin tersebut akan mengandalkan anak usaha bernama Muncul Nigeria Limited.

Mengintip informasi dalam laporan keuangan Sido Muncul per 30 September 2018, Muncul Nigeria terbentuk pada 15 Januari 2018. Namun sampai dengan periode tersebut belum beroperasi.

Pemilik sahamnya terdiri dari 99% Sido Muncul dan 1% Maria Reviani Hidayat. Sebagai informasi, Maria Reviani adalah anak tertua dari Irwan Hidayat, salah satu pemilik sekaligus Direktur Sido Muncul.

Sambil membuka pasar ke Afrika, Sido Muncul akan menyisir pasar Asia Tenggara seperti Vietnam dan Myanmar. "Saat ini produk kami memang sudah dipasarkan di beberapa negara, tapi kami akan lebih fokus ke negara-negara ASEAN dan Afrika," ujar David Hidayat, Direktur Utama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk kepada KONTAN, (17/2).

Pemilihan tujuan negara ekspor tentu penuh pertimbangan. Maklum, beberapa produk Sido Muncul bersifat khas. Makanya, perusahaan yang tercatat dengan kode saham SIDO di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu memilih negara tujuan ekspor yang memiliki kemiripan budaya konsumsi dan jumlah penduduk yang menjanjikan.

Rencana perluasan pasar ekspor sejalan dengan ekspansi tahun lalu. Pada 2018 kemarin, Sido Muncul telah menyelesaikan perluasan pabrik cairan obat dalam (COD) di Semarang, Jawa Tengah. Kini, kapasitas produksi obat mereka naik 2,5 kali lipat dari semula 80 juta sachet per bulan menjadi 200 juta sachet per bulan.

Asal tahu, pabrik COD baru telah melewati tahap uji coba perdana pada 23 April 2018. Pabrik tersebut berdiri di atas lahan seluas 17.000 meter persegi (m) dengan luas bangunan 28.000 m. Pabrik COD baru merupakan pengembangan dari pabrik sebelumnya yang dibangun pada 2007. Sido Muncul menggelontorkan anggaran Rp 900 miliar untuk pembelian lahan, mesin dan pembangunan.

 

Incar kenaikan 10%

Lantaran tahun lalu sudah meningkatkan kapasitas produksi, tahun ini Sido Muncul tak mengagendakan ekspansi pabrik. Namun agenda bisnis seperti penambahan varian produk jalan terus.

Pada kuartal IV 2019 nanti misalnya, Sido Muncul akan memperkenalkan produk baru. Hanya, manajemen perusahaan masih merahasiakan detail produk tersebut.

Melalui sejumlah agenda ekspansi bisnis, Sido Muncul berharap bisa membukukan pertumbuhan penjualan maupun laba bersih masing-masing sebesar 10% tahun ini. Target tersebut sama dengan target tahun lalu.

Sido Muncul belum mempublikasikan kinerja sepanjang tahun 2018. "Tapi capaian kami sesuai harapan atau bahkan melebihi harapan kami, karena efisiensi proses produksi herbal sebenarnya sudah kami rasakan di kuartal empat 2018," kata David.

Sebagai gambaran saja, tahun 2017 Sido Muncul mencetak penjualan sebesar Rp 2,57 triliun. Andaikata target 10% tahun lalu terpenuhi, mereka mengantongi Rp 2,83 triliun sepanjang 2018. Sementara target kenaikan 10% penjualan tahun ini setara dengan Rp 3,11 triliun.

Sido Muncul yakin, target kinerja 2019 tak terusik sentimen negatif pemilihan umum (pemilu). Mereka lebih berpegang pada proyeksi pertumbuhan ekonomi makro.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Tersangka Kasus Beras Oplosan Bertambah
| Rabu, 27 Agustus 2025 | 05:05 WIB

Tersangka Kasus Beras Oplosan Bertambah

Satgas Pangan Polri telah menetapkan sebanyak 28 tersangka dalam kasus pengoplosan beras yang ada 25 perkara.

Produsen Tembaga Mewaspadai Penurunan Harga Komoditas
| Rabu, 27 Agustus 2025 | 05:05 WIB

Produsen Tembaga Mewaspadai Penurunan Harga Komoditas

Dalam sebulan terakhir, harga tembaga telah merosot 20,65% ke level US$ 4,44 per pon, Selasa (26/8).

BBM Nonsubsidi Langka, SPBU Swasta Terpaksa Puasa
| Rabu, 27 Agustus 2025 | 05:00 WIB

BBM Nonsubsidi Langka, SPBU Swasta Terpaksa Puasa

Selain imbas perubahan aturan impor, kelangkaan BBM nonsubsidi juga terjadi ditengah bersaingnya harga BBM nonsubdisi diantara pemain.

Sebelum Buka Pasar Rabu (27/8), Intip Top Leaders dan Top Gainers IHSG
| Rabu, 27 Agustus 2025 | 04:55 WIB

Sebelum Buka Pasar Rabu (27/8), Intip Top Leaders dan Top Gainers IHSG

Koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berpeluang berlanjut menguji level support di 7.800-7.850

Sejumlah Saham Danantara Undervalue, Jadi Buruan Investor Asing
| Rabu, 27 Agustus 2025 | 04:50 WIB

Sejumlah Saham Danantara Undervalue, Jadi Buruan Investor Asing

Pendorong utama kinerja emiten Danantara berasal dari ekspektasi pasar terkait penurunan suku bunga Federal Reserve di bulan September 2025 .

Minat Bergeser, Kinerja Bancassurance Kurang Moncer
| Rabu, 27 Agustus 2025 | 04:45 WIB

Minat Bergeser, Kinerja Bancassurance Kurang Moncer

Pendapatan premi asuransi jiwa dari kanal bancassurance turun 4,4% secara tahunan pada semester I-2025.

Timah (TINS) Intip Logam Tanah Jarang
| Rabu, 27 Agustus 2025 | 04:34 WIB

Timah (TINS) Intip Logam Tanah Jarang

Presiden Prabowo Subianto telah memberikan arahan terkait pengelolaan logam tanah jarang sebagai produk sampingan pertambangan timah

Cukai Minuman Berpemanis Bergulir Lagi, Emiten Harus Siap Diversifikasi
| Rabu, 27 Agustus 2025 | 04:25 WIB

Cukai Minuman Berpemanis Bergulir Lagi, Emiten Harus Siap Diversifikasi

Pemerintah bersama parlemen telah mencapai kesepakatan kebijakan cukai minuman berpemanis ini akan mulai berlaku pada tahun 2026. 

Timah (TINS) Intip Logam Tanah Jarang
| Rabu, 27 Agustus 2025 | 04:20 WIB

Timah (TINS) Intip Logam Tanah Jarang

Presiden Prabowo Subianto telah memberikan arahan terkait pengelolaan logam tanah jarang sebagai produk sampingan pertambangan timah

Rebalancing MSCI Dorong Dana Asing ke BE, IHSG 8.000?
| Rabu, 27 Agustus 2025 | 04:11 WIB

Rebalancing MSCI Dorong Dana Asing ke BE, IHSG 8.000?

IHSG melemah, tapi dana asing masih mengalir deras. Rebalancing MSCI dan pemangkasan suku bunga menjadi faktor pendorongnya.

INDEKS BERITA

Terpopuler