KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minggu-minggu ini penuh kabar ceria bagi para juragan duit Negeri Merlion, Singapura.
Akhir Mei lalu ratusan pengusaha asal Singapura diundang dan diajak jalan-jalan langsung meninjau calon ibukota baru Indonesia, Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. Dipandu langsung oleh para petinggi RI, ratusan juragan duit langsung melihat perkembangan pembangunan fisik IKN.
Kira-kira situasinya mirip calon pembeli rumah di kawasan real estate yang diajak menapaki langsung kaveling-kaveling yang ditawarkan, berikut meninjau unit-unit rumah contoh yang ada.
Melihat langsung dengan mata kepala sendiri, para calon investor itu diharapkan tertarik dan tak ragu-ragu untuk "membayar tanda jadi". Konon segepok surat ketertarikan akhirnya diteken calon investor dari kunjungan itu.
Seolah tak cukup mengajak piknik para pemilik modal, seminggu kemudian giliran Presiden Jokowi datang langsung ke Singapura untuk "berjualan" prospek investasi di IKN. Sederet insentif dijanjikan oleh Presiden RI Jokowi Widodo bagi pengusaha Singapura yang berinvestasi di IKN.
Berbagai media menulis deretan paket insentif yang disebut Presiden Jokowi.
"Jangan khawatir, kami telah menyiapkan insentif fiskal, seperti tax holiday, non collected PPN, super deduction tax, bea impor," ujar Jokowi yang juga mengingatkan hadirin bahwa dirinya pernah menggeluti dunia bisnis.
Di pengujung masa pemerintahannya, kentara sekali Jokowi berusaha mewujudkan IKN dan memastikan kelanjutan pembangunan dan pengembangannya setelah lengser kelak. Dari membentuk Satgas Khusus Percepatan Investasi IKN, kini Presiden turun langsung ikut cawe-cawe sebagai salesman.
Setelah periode pertama pemerintahannya ditandai dengan keberhasilan membangun Tol Trans Jawa, mungkin IKN dia harapkan sebagai prasasti berikutnya.
Mewujudkan IKN di Kalimantan Timur tentu jauh lebih kompleks ketimbang membangun tol sepanjang Jawa yang padat penduduk. Siapa pun investor akan berhitung cermat mengenai prospek keuntungannya.
Jangankan ibukota negara baru, meramaikan pembangunan terminal baru, pasar baru, atau pusat jajanan baru saja banyak yang gagal.
Biarlah IKN berkembang natural puluhan tahun, tak perlu ngoyo berlebihan. Jangan membangun IKN seakan membangun istana pasir di pantai. Semegah apapun istana berbahan pasir laut itu berdiri, mudah runtuh begitu tersapu ombak